Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Shristi Mangal Pan
8 Oktober 2024
Ilmuwan John Hopfield dan Geoffrey Hinton memenangkan Penghargaan Nobel Fisika 2024 untuk penemuan dan inovasi yang memungkinkan pembelajaran mesin dalam jaringan saraf tiruan.
Iklan
John Hopfield dan Geoffrey Hinton dianugerahi Penghargaan Nobel Fisika atas penelitian mereka yang memungkinkan pembelajaran mesin dengan jaringan saraf artifisial.
Hopfield, yang berusia 91 tahun, adalah profesor emeritus pada Princeton University, pencipta memory asosiatif yang dapat menyimpan dan merekonstruksi citra serta pola tipe lainnya dalam data.
Sementara Hinton, 76, adalah profesor emeritus di University of Toronto yang dijuluki "godfather" kecerdasan buatan, yang namanya jadi kepala berita pada tahun lalu, setelah menyatakan hengkang dari Google, untuk bisa lebih bebas berbicara tentang "bahaya" dari tekologi yang dia rintis pengembangannya.
Penghargaan ini dianugerahkan usai pemberian Penghargaan Nobel dalam bidang fisiologi kemarin kepada Victor Ambros dan Gary Ruvkun atas penemuan mereka tentang mikroRNA dan perannya dalam regulasi gen. Penghargaan untuk kimia akan diumumkan pada hari Rabu (09/10).
Penghargaan Nobel dalam bidang fisika telah diberikan 118 kali kepada 227 penerima dari tahun 1901 hingga 2024.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Dalam pengumuman penghargaan tersebut, panitia yang dipimpin oleh Hans Ellengren, mencatat bahwa pembelajaran mesin "telah lama menjadi penting untuk penelitian, termasuk penyortiran dan analisis sejumlah besar data."
Iklan
Pembelajaran Mesin akan lampaui kemampuan intelektual manusia
Peraih Nobel, ilmuwan komputer, dan psikolog kognitif berkebangsaan Inggris-Kanada, Geoffrey Hinton berbicara kepada pers tak lama setelah pemenang diumumkan.
"Saya tercengang, saya tidak menyangka ini akan terjadi, saya sangat terkejut," kata Hinton, ketika ditanya bagaimana perasaannya menjadi pemenang Nobel. Ia memastikan bahwa kemajuan dalam jaringan saraf artifisial akan memiliki pengaruh yang besar.
"Ini akan sebanding dengan revolusi industri. Pembelajaran mesin akan melampaui manusia dalam kemampuan intelektual," tambahnya.
Sementara ia menyebutkan berbagai aplikasi, seperti dalam perawatan kesehatan, asisten AI, dan peningkatan produktivitas kerja, ia juga menunjukkan bahwa pembelajaran mesin menimbulkan ancaman bahwa segala sesuatunya dapat menjadi tidak terkendali.
Hinton mengaku sering menggunakan Chat GPT 4. "Saya tidak sepenuhnya mempercayainya, karena terkadang bisa berhalusinasi;" tambahnya.
"Saya tengah berada di hotel murah di Kalifornia tanpa koneksi internet atau telepon yang bagus," katanya, mengenai tempat dia berada saat menerima berita tersebut.
Pemenang Nobel Kontroversial: Yang Layak dan Tidak Layak Memperoleh
Hadiah Nobel sudah berulang kali menyebabkan terbelahnya opini publik dan menyulut debat sejak mulai diberikan tahun 1910. DW mengajak Anda untuk menengok kembali beberapa pemenang Nobel yang kontroversial.
Foto: AP
Pembuat Pupuk dan Senjata Kimia
Ilmuwan Jerman Fritz Haber dianugerahi Nobel untuk bidang kimia tahun 1918 dengan menemukan metode sintesa amoniak. Ini penting untuk produksi pupuk yang merevolusi produksi pangan global. Tapi Haber juga terkenal sebagai "bapak senjata kimia" karena mengembangkan gas beracun Chlor yang digunakan dalam Perang Dunia I.
Foto: picture-alliance/akg-images
Penemuan Mematikan
Ilmuwan Jerman lain, Otto Hahn (tengah), memenangkan Nobel bidang kimia tahun 1945 dengan penemuan fisi nuklir. Walaupun ia tidak pernah memakainya untuk kebutuhan militer, penemuannya langsung dikembangkan jadi bom atom. Komite Nobel rencananya menganugerahkan hadiah kepada Hahn tahun 1940, tapi ia baru memperolehnya 1945, beberapa bulan setelah bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki.
Foto: picture-alliance/G. Rauchwetter
Nobel bagi Terobosan Yang Ditolak Dunia
Ilmuwan Swiss Paul Müller dianugerahi hadiah Nobel Kedokteran tahun 1948, dengan temuannya DDT yang bisa membunuh serangga inang penyakit seperti malaria. Penggunaan pestisida itu selama Perang Dunia II dan setelahnya menyelamatkan jutaan nyawa. Tapi pakar lingkungan kemudian menyebutnya ancaman bagi kesehatan manusia dan satwa liar. Penggunaan DDT dalam pertanian kini dilarang secara global.
Foto: picture-alliance/dpa/UN
Nobel bagi Perdamaian Yang Gagal
Nobel Perdamaian tahun 1994 diberikan kepada tiga orang, Pemimpin Palestina Yasser Arafat, PM Israel Yitzhak Rabin dan Menlu Israel Shimon Peres. Tujuannya untuk mendorong proses perdamaian di Timur Tengah. Kenyataannya, perundingan gagal, dan Rabin dibunuh warga nasionalis Israel 1995. Seorang anggota komite tanggalkan jabatan karena tidak setuju keputusan itu, dan menyebut Arafat teroris.
Foto: Jamal Aruri/AFP/Getty Images
Terlalu Dini Dapat Hadiah Bergengsi
Banyak orang kaget ketika Barack Obama mendapat Nobel Perdamaian 2009, termasuk Obama sendiri. Belum setahun menduduki jabatan presiden AS, Obama dihargai karena "upaya gigihnya untuk memperkuat diplomasi internasional dan kerja sama antar semua pihak." Kritikus, dan sebagian pendukung Obama mengatakan penghargaan diberikan terlalu dini, karena ia belum sempat menunjukkan kemampuan.
Foto: picture-alliance/dpa
Dapat Anugerah Setelah Meninggal
Tahun 2011, hadiah Nobel diperoleh Jules Hoffman, Bruce Beutler dan Ralph Steinman untuk penemuan prinsip yang memicu pengaktifan sistem kekebalan tubuh. Masalahnya, Steinman meninggal beberapa hari sebelumnya akibat kanker. Menurut peraturan, hadiah tidak bisa diberikan setelah pemenang meninggal. Hadiah tetap diberikan dengan alasan, dewan pengambil keputusan tidak tahu tentang kematiannya.
Foto: picture-alliance/dpa/Rockefeller University
Kelalaian Terbesar
Hadiah Nobel Perdamaian terbukti kontroversial, karena siapa yang terpilih menerima dan yang tidak. Mahatma Gandhi, pemimpin perjuangan tanpa kekerasan di India, dinominasikan lima kali tapi tidak pernah memperolehnya. Geir Lundestad dari komite Nobel Norwegia, 2006, mengakui: "Dalam 106 tahun sejarah kita, kesalahan terbesar adalah tidak memberikan hadian Nobel Perdamaian kepada Mahatma Gandhi."
Foto: AP
7 foto1 | 7
AI, pembelajaran mesin, dan pembelajaran mendalam
"Istilah-istilah seperti pembelajaran mesin, kecerdasan buatan, dan pembelajaran mendalam banyak digunakan pada pengumuman penghargaan Nobel. Kemajuan dalam ilmu komputer telah menghasilkan penelitian ekstensif di bidang-bidang ini, ujar Sekretaris Jenderal Akademi Ilmu Pengetahuan Kerajaan Swedia, Hans Ellengren.
Perusahaan teknologi IBM menggambarkan AI sebagai istilah umum untuk mesin yang meniru kecerdasan manusia. Sementara itu, Pembelajaran Mesin (ML) adalah bagian dari AI. Pembelajaran ini berfokus pada peningkatan sistem AI dengan mengajarkannya untuk belajar dari data dan membuat prediksi yang lebih baik.
Pembelajaran mendalam, yang menjadi fokus penelitian Hopfield dan Hinton, adalah versi pembelajaran mesin yang lebih canggih. Pembelajaran mendalam menggunakan lapisan jaringan saraf artifisial yang lebih dalam.
Jaringan saraf adalah blok penyusun model pembelajaran mendalam, seperti halnya neuron yang merupakan blok penyusun dalam sistem saraf manusia.
Jaringan saraf artifisial membentuk inti pembelajaran mendalam. Jaringan ini terdiri dari lapisan simpul seperti neuron di otak. Jaringan saraf sederhana hanya memiliki beberapa lapisan, tetapi model pembelajaran mendalam harus memiliki lebih dari tiga lapisan, yang memberinya kekuatan untuk memecahkan masalah yang lebih kompleks.
"Dua pemenang Nobel di bidang fisika tahun ini telah menggunakan berbagai alat dari fisika untuk mengembangkan metode yang menjadi dasar pembelajaran mesin yang canggih saat ini," tulis badan pemberi penghargaan Nobel dalam sebuah pernyataan, Selasa (08/10).
Luaskan Pikiran dan Diskusi Langsung dengan Penerima Hadiah Nobel
Penerima Hadiah Nobel tiap tahun berkumpul di acara Lindau Nobel Laureate Meetings. Tahun ini untuk ilmu fisiologi dan kedokteran. Ajang ini dinanti peneliti muda karena bisa berdiskusi langsung dengan penerima Nobel!
Foto: Arti Ekawati/DW
Lebih banyak keberagaman dalam sains
Pertemuan tahunan para penerima Hadiah Nobel atau Lindau Nobel Laureate Meetings tahun 2023 dibuka pada Minggu (25/06). Dr. Nkechi Madubuko, jurnalis dan sosiolog dari Universitas Giessen di Jerman tampil sebagai pembawa acara. Perhelatan tahunan ini berupaya untuk lebih menampilkan suara peneliti dari gender minoritas.
Foto: Arti Ekawati/DW
Dihadiri 40 penerima Hadiah Nobel
Tahun ini, perhelatan berfokus pada disiplin ilmu fisiologi dan kedokteran. Hadir sejumlah nama besar, seperti ahli saraf John O'Keefe penerima Nobel tahun 2014.Juga Emmanuelle Charpentier dari Max Planck Unit for the Science of Pathogens, Berlin, yang tahun 2020 dianugerahi Nobel Kimia bersama rekannya Jennifer Doudna karena menemukan ‘gunting genetik’ untuk mengedit DNA.
Foto: Arti Ekawati/DW
Dinanti peneliti muda untuk berdiskusi
Sekitar 600 peneliti muda dari seluruh dunia ikut hadir dalam pertemuan. Ini adalah kesempatan yang hanya mereka peroleh sekali seumur hidup. Peneliti muda berkesempatan mengikuti acara makan siang dengan idola mereka di dunia sains. Selain itu ada pula acara Science Walks di mana mereka bisa berjalan santai sambil mengobrol dengan penerima Nobel.
Foto: Arti Ekawati/DW
Agnes Rosarina Prita Sari: Sains untuk kesejahteraan masyarakat
Peneliti dari Indonesia juga hadir, salah satunya Agnes Rosarina Prita Sari atau Ita, dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM. "Covid-19 berhasil dituntaskan gara-gara vaksinasi, sedangkan vaksinasi itu berasal dari sains," ujarnya. Karena itu ia berpesan kepada sesama peneliti muda utamanya perempuan untuk menuntut ilmu setinggi mungkin untuk kesejahteraan masyarakat.
Foto: Arti Ekawati/DW
Antonia Morita Iswari Saktiawati: Tes TBC lewat e-Nose
Sebagai negara mitra, Indonesia diberi kesempatan mengadakan acara khusus, yang bertajuk "Indonesia in Overcoming COVID-19 Pandemic and Domestic Vaccine". Di acara ini, salah satu pembicara adalah Antonia Morita Iswari Saktiawati yang biasa disapa Morita. Selama pandemi, ia mengembangkan e-Nose untuk bisa mendeteksi COVID-19. Tapi awalnya alat ini dirancang untuk deteksi TBC.
Foto: Arti Ekawati/DW
E-Nose memantik rasa ingin tahu para peneliti
Presentasi Morita tentang e-Nose mengundang rasa ingin tahu peneliti dari berbagai negara, seperti Cina, Brasil, Kuba dan Arab Saudi. Pertanyaan utaman seputar efektivitas pendeteksian dan apakah e-Nose bisa diperkecil agar menjadi semacam alat portable tapi tetap efektif. "Ini menjadi tantangannya, kami sedang bekerja sama dengan departemen fisika kami untuk mewujudkan hal ini," ujar Morita.
Foto: Arti Ekawati/DW
Azzahra Asysyifa: Riset kanker payudara di usia muda
Usianya baru menginjak 23 tahun, Azzahra Asysyifa termasuk salah satu ilmuwan termuda di acara ini. Riset perempuan lulusan S1 dari Universitas Gadjah Mada ini adalah tentang bagaimana sel-sel kanker di payudara bermetastesis. Syifa, panggilan akrabnya, berharap bisa menjalin koneksi dan mendapatkan inspirasi dari sesama peneliti dan penerima Hadiah Nobel.
Foto: Arti Ekawati/DW
Alvin Santoso Kalim: Meneliti penyakit genetik di usus
Alvin Santoso Kalim saat ini sedang menempuh studi S3 di Kyusu University, Jepang. Di sana ia meneliti dengan membuat model hewan coba untuk penyakit bedah anak khususnya penyakit genetik gastrointestinal motility disorder atau gangguan pergerakan usus. "Penyakit ini cukup jarang, tapi secara medis banyak komplikasinya dan masih belum banyak pengetahuan tentang proses penyakit itu," kata Alvin.
Foto: Arti Ekawati/DW
Digelar di kota cantik di selatan Jerman
Lindau berbentuk seperti pulau di Danau Bodensee di selatan Jerman. Kota ini jadi salah satu tujuan wisata musim panas. Selain berlayar dengan kapal-kapal kecil seperti di foto, Lindau juga kerap disinggahi para pesepeda dan pejalan kaki untuk melepas lelah setelah menjalajahi wilayah pegunungan Allgäu yang tidak begitu jauh jaraknya.
Foto: Arti Ekawati/DW
9 foto1 | 9
Nobel sebagai penghargaan bergengsi
Secara luas hadiah Nobel dianggap sebagai penghargaan paling bergengsi bagi para ilmuwan, sastrawan maupun aktivis dan politisi di seluruh dunia, Penghargaan ini dibuat, untuk pencapaian dalam sains, sastra, dan perdamaian, atas wasiat Alfred Nobel.
Penghargaan tersebut telah diberikan dengan beberapa kali interupsi sejak tahun 1901. Penghargaan Nobel di bidang ekonomi merupakan tambahan di kemudian hari untuk mengenang pengusaha dan filantropis Swedia tersebut, yang telah meraup banyak keuntungan dari penemuannya yakni dinamit.
Di luar pilihan yang terkadang kontroversial untuk perdamaian dan sastra, Nobel di bidang fisika sering kali menjadi yang paling menonjol di antara penghargaan-penghargaan lainnya, dengan daftar pemenang sebelumnya yang menampilkan para ilmuwan hebat seperti Albert Einstein, Niels Bohr, dan Enrico Fermi.
Penghargaan fisika tahun lalu diberikan kepada Pierre Agostini, Ferenc Krausz, dan Anne L'Huillier atas karya mereka dalam menciptakan pulsa cahaya yang sangat pendek, yang dapat memberikan gambaran singkat tentang perubahan dalam atom, yang berpotensi meningkatkan deteksi penyakit.