1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Haluan NATO Tidak Jelas

22 November 2010

Pertemuan puncak NATO di Lissabon tidak menghasilkan agenda konkret tentang haluan NATO di masa depan.

Sekjen NATO Rasmussen, kiri, dan Presiden Rusia Medvedev, kanan, di KTT LissabonFoto: AP

Harian liberal Austria Der Standard yang terbit di Wina menulis:

Setelah dua tahun terhenti, pertemuan konsultasi NATO-Rusia akan dilanjutkan lagi. Keputusan ini bisa dihitung sebagai hasil positif. Kalau kedua pihak berbicara dengan terbuka, bahayanya kecil bahwa satu pihak melakukan kesalahan besar. Tapi tetap tidak boleh dilupakan, bahwa Rusia sama sekali tidak memberi isyarat akan mengubah haluan politiknya sehubungan dengan Georgia dan masalah hak asasi manusia. Mengenai rencana sistem pertahanan roket seeropa juga tidak banyak hal konkret. Tapi negara-negara NATO di Eropa memang harus lebih dulu menentukan posisi. Presiden Rusia Medvedev sedikit menyindir dan mengingatkan, dia ingin tahu, apa sebenarnya yang sedang dibicarakan.

Harian Belanda de Volkskrant mengeritik strategi NATO di Afghanistan dan menulis:

Doktrin baru NATO maupun kesepakatan tentang sistem pertahanan roket tidak bisa menutupi kenyataan, bahwa NATO tidak punya kepastian tentang misi di Afghanistan. Pertemuan puncak NATO bahkan mengirim pesan berbeda. Yang pertama, dan ini ditujukan pada negara anggota NATO sendiri, tanggung jawab bagi Afghanistan akan berakhir. Tidak lama lagi, NATO akan menyerahkan tanggung jawab utama untuk keamanan kepada pihak Afghanistan. Namun agar Taliban tidak berpikir, bahwa pemerintah Karsai nantinya akan sendirian saja, disepakati bahwa NATO tetap akan hadir untuk waktu lama sebagai bantuan bagi Kabul.

Harian konservatif Polandia Rzeczpospolita yang terbit di Warsawa meragukan sikap Rusia dan berkomentar:

Polandia berada dalam posisi sulit. Di satu pihak ia ingin agar NATO bekerjasama lebih erat dengan Rusia dan membangun sistem payung pelindung terhadap ancaman serangan roket. Di lain pihak, Polandia menilai Rusia sebagai mitra yang sulit diperhitungkan dan berusaha menegaskan lagi prinsip NATO, yaitu 'satu untuk semua' dan 'semua untuk satu'. Apakah Rusia memang bisa menjadi mitra strategis bagi NATO? Mari kita jawab dengan pertanyaan lain: Apakah pihak barat bisa menerima sebuah negara sebagai mitra stategis, kalau negara itu memboikot acara penyerahan nobel perdamaian yang diberikan pada seorang disiden Cina yang ditindas dengan brutal?

Tema lain yang jadi sorotan pers Eropa adalah krisis keuangan di Irlandia dan paket penyelamatan yang ditawarkan Eropa. Harian liberal kiri Italia La Repubblica menulis:

Akhirnya Irlandia menyerah dan minta bantuan pada Eropa dan Dana Moneter Internasional. Irlandia akan mendapat kredit dari Paket Penyelamatan dengan bunga yang moderat. Dana Penyelamatan Eropa berhasil mencapai salah satu tujuannya. Namun ada target yang tidak berhasil dicapai, yaitu netralisasi aksi spekulasi di pasar uang. Jadi masih harus ditunggu, apakah pasar memang akan menjadi tenang setelah ada langkah penyelamatan. Atau para pelaku pasar hanya beristirahat sejenak, lalu kemudian menyerang negara lain yang menjadi titik lemah dalam mata rantai Eropa. Dalam hal ini, terutama Italia akan menghadapi masa-masa sulit.

Hendra Pasuhuk/dpa
Editor: Bilsky