Palang Merah Internasional melaporkan, memfasiltasi pembebassan dua sandera perempuan Israel yang ditahan Hamas di Gaza (23/10). Amerika Serikat (AS) disebut menyarankan Israel untuk menunda serangan darat di Jalur Gaza.
Iklan
Pembebasan kedua sandera Hamas ini dilakukan atas alasan kemanusiaan dan kesehatan. Hal ini juga telah dikofirmasi oleh Komite Palang Merah Internasional melalui kanal media sosial X.
Kantor perdana menteri Israel mengeluarkan pernyataan yang mengonfirmasi bahwa kedua wanita tersebut, yang disebut sebagai Nurit Cooper, 79, dan Yocheved Lifshitz, 85, telah diserahkan kepada militer Israel dan akan dibawa ke fasilitas medis.
Keduanya diculik dari Kibbutz Nir Oz, dekat perbatasan Gaza, bersama dengan suami mereka, yang masih ditahan oleh Hamas. Hamas membebaskan mereka setelah membebaskan seorang perempuan Amerika dan putrinya pada Jumat (20/10).
Keempat sandera itu ditangkap dalam serangan Hamas melintas batas Israel pada 7 Oktober yang menewaskan sedikitnya 1.400 orang.
Hamas dan Fatah: Siapakah Mereka?
Fatah dan Hamas berusaha untuk membentuk pemerintahan persatuan setelah bertahun-tahun bersaing untuk mencapai tujuan sama, negara Palestina. Berikut tujuan, momen penting dan perbedaan yang menghambat kerjasama.
Foto: Getty Images
Kekuatan Palestina
Fatah dan Hamas muncul sebagai dua kekuatan politik utama dalam gerakan kemerdekaan Palestina. Tetapi ada perbedaannya. Misalnya dalam strategi, dalam hal penentuan nasib dan status kemitraan politik mereka.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/M. Faiz
Fatah Didirikan Yasser Arafat
Didirkan 1950-an oleh Yasser Arafat (foto), dan dipimpinnya hingga meninggal 2004. Partai sekuler ini awalnya berupaya dirikan negara Palestina lewat gerilya. Fatah jadi kekuatan utama dalam Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), dibentuk 1964 sebagai representasi berbagai faksi yang ingin menentukan nasib sendiri. Fatah berarti "kemenangan".
Foto: Jamal Aruri/AFP/Getty Images
Bagaimana Hamas Terbentuk?
Organisasi militan ini didirikan Sheikh Ahmed Yassin 1987 dengan sokongan Ikhwanul Muslimin dan anggota PLO yang religius. Partai keagamaan ini mulai naik pamornya 1993, ketika menampik Kesepakatan Oslo, di mana PLO yang dipimpin Fatah setuju bahwa Israel punya hak untuk eksis. Hamas singkatan dari Harakat al-Muqawamah al-Islamiyyah yang berarti Gerakan Perlawanan Islam.
Foto: Getty Images/A.Katib
Tujuan Hamas dan Fatah
Tujuannya sama: penentuan nasib sendiri bagi Palestina. Tapi caranya berbeda. Setelah akhiri perang gerilya terhadap Israel, Fatah jadi mitra perundingan utama di pihak Palestina. Mereka setujui solusi 2 negara dengan Yerusalem sebagai ibukota bersama. Sebaliknya Hamas tidak terima eksistensi Israel, dan serukan penghancurannya. Foto: Perayaan Hari Bencana di Gaza terkait pendirian Israel 1948.
Foto: AP
Organisasi Teroris?
Fatah tidak diklasifikasikan sebagai organisasi teroris. Tetapi pemerintah AS mengklasifikasikan Organisasi Abu Nidal dan Brigade Al Aqsa yang punya hubungan dengan Fatah, sebagai kelompok teroris. Sementara Hamas diklasifikasikan sebagai organisasi teroris oleh AS, Israel dan Uni Eropa.
Foto: Reuters/S. Salem
Status Koalisi Pemerintahan
Koalisi Hamas-Fatah dibubarkan Presiden Mahmoud Abbas setelah Hamas mendesak pemerintah otonomi Palestina keluar dari Jalur Gaza (2006/2007). Setelahnya Hamas berkuasa di Jalur Gaza, dan Fatah di Tepi Barat Yordan. 2011 mulai ada pendekatan lewat pembicaraan menuju rekonsiliasi yang disokong Mesir. Foto: Dua orang kenakan topeng Presiden Mahmoud Abbas dan Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh.
Foto: AP
Upaya Perdamaian Yang Terseok-Seok
Upaya perdamaian antara Hamas dan Fatah sudah digelar berkali-kali. Terakhir, kedua partai berusaha membentuk kabinet persatuan yang beranggotakan menteri-menteri tanpa partai, tahun 2014 Foto: dari kiri: Yasser Arafat, Menlu Israel Shimon Peres dan PM Israel Yitzak Rabin ketika mendapat Nobel Perdamaian 1994 berkat upaya mereka untuk mengadakan perdamaian. Penulis: Kathleen Schuster, Ed.: ml/as
Foto: Getty Images
7 foto1 | 7
AS upayakan bebaskan warganya yang disandera dengan negosiasi
Amerika Serikat menekankan bahwa prioritas mereka adalah untuk mendapatkan waktu negosiasi demi membebaskan sandera lainnya, terutama setelah pembebasan tak terduga warga Amerika Judith dan Natalie Raanan pada Jumat (20/10), papar beberapa sumber, yang berbicara sebelum pembebasan sandera diumumkan Senin (23/10).
AS juga menyarankan Israel untuk menunda serangan darat, agar memungkinkan perundingan pembebasan sandera lebih lanjut.
Presiden AS Joe Biden ketika ditanya mengenai kemungkinan gencatan senjata, mengatakan: "Kita harus membebaskan para sandera dan kemudian kita bisa berbicara."
Presiden AS juga menggarisbawahi perlunya meningkatkan bantuan humanitarian ke Gaza demikian ungkap Gedung Putih. Dalam percakapan telefon dengan PM Israel, Benjamin Netanyahu, Biden juga kembali menegaskan dukungan AS terhadap Israel, termasuk dengan upaya penjeraan regional, jika perlu juga dengan pengerahan militer.