1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikIsrael

Hamas Tunjuk Yahya Sinwar sebagai Pemimpin Baru

7 Agustus 2024

Hamas memilih Yahya Sinwar menjadi pemimpin utamanya di Gaza. Sinwar dituding Israel sebagai dalang atas serangan teror 7 Oktober. Sementara itu, Hizbullah menyerukan tindakan balasan atas kematian Haniyeh dan Shukr.

Yahya Sinwar dipilih Hamas sebagai pengganti Ismail Haniyeh
Yahya Sinwar dipilih Hamas sebagai pengganti Ismail HaniyehFoto: MAHMUD HAMS/AFP/Getty Images

Hamas menunjuk Yahya Sinwar sebagai pemimpin barunya pada hari Selasa (06/08). Pengumuman itu muncul setelah pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, tewas di Teheran, Iran, pekan lalu.

Sinwar akan mengambil alih biro politik Hamas setelah pembunuhan Haniyeh.

Sinwar, pemimpin tertinggi kelompok militan Palestina di Gaza, diyakini sebagai otak dan perencana utama serangan teror 7 Oktober di Israel, yang menewaskan sekitar 1.200 orang.

Hamas juga menyandera ratusan orang dari Israel dalam serangan tersebut, meskipun hampir setengahnya sudah dibebaskan selama pertukaran tahanan dan sandera pada November 2023.

Hamas dikategorikan sebagai organisasi teroris oleh Israel, Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, Jerman dan beberapa negara lain.

Hizbullah akan 'merespons' pembunuhan Haniyeh dan Shukr

Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan bahwa kelompok militan Lebanon dan sekutunya Iran akan membalas pembunuhan pejabat tinggi Hizbullah dan Hamas.

Nasrallah berbicara seminggu setelah komandan militer Hizbullah, Fuad Shukr, tewas dalam serangan Israel di Beirut selatan, dan beberapa hari setelah Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, tewas dalam ledakan bom di ibu kota Iran, Teheran.

Israel belum mengklaim bertanggung jawab atas pembunuhan Haniyeh.

Iran "merasa berkewajiban untuk menanggapi, dan musuh sedang menunggu dalam ketakutan besar," kata Nasrallah dalam pidato yang disiarkan televisi.

Dia mengatakan bahwa Hizbullah akan merespons "sendiri atau dalam konteks respons terpadu" dari kelompok-kelompok yang didukung Teheran.

Nasrallah mengatakan bahwa Hizbullah akan bertindak "apa pun konsekuensinya."

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Protes Ultra-Ortodoks mencoba masuk ke pangkalan militer IDF

Sementara itu puluhan orang Yahudi ultra-Ortodoks mencoba menerobos masuk ke pangkalan Tel Hashomer di Kota Ramat Gan, kata Pasukan Pertahanan Israel IDF, sebagai protes terhadap wajib militer bagi komunitas mereka.

Tel Hashomer, yang terletak di timur Tel Aviv, adalah pangkalan terbesar untuk tentara baru yang mendaftar di Israel.

IDF mengatakan dalam sebuah pernyataan di X, yang sebelumnya Twitter, bahwa para pengunjuk rasa awalnya berdemo di luar pangkalan. Kelompok ini kemudian masuk ke area pangkalan dekat fasilitas pagar yang berisi monumen untuk korps pendukung IDF.

Petugas polisi, termasuk polisi perbatasan, berhasil mengusir para pengunjuk rasa dari tempat tersebut, menurut pernyataan itu.

Putusan pengadilan Israel pada Juni, yang mengizinkan wajib militer Yahudi ultra-Ortodoks setelah puluhan tahun pengecualian dari wajib militer, telah menjadi sangat kontroversial di kalangan komunitas tersebut.

IDF sekali lagi menegaskan keputusan tersebut pada hari Selasa (06/08), menekankan pentingnya merekrut individu ultra-Ortodoks, dan memastikan putusan itu "terlaksana sesuai dengan hukum, dan kami bertekad untuk terus mempromosikannya."

rs/ha/hp (AP, AFP, Reuters, dpa)