Sejak awal Januari 2016, hampir 5.000 anak-anak pengungsi yang mengungsi tanpa pendampingan dilaporkan hilang di Jerman.
Iklan
Badan Kriminal Jerman BKA menyebutkan, 10 persen dari jumlah anak yang hilang tersbut berusia masih di bawah 13 tahun. Sementara lebih dari 4200 anak yang dilaporkan raib berusia antara 14 sampai 17 tahun. Sisanya lebih dari 18 tahun.
Angka tersebut menandai peningkatan tajam jumlah pengungsi anak yang hilang dari enam bulan yang lalu, ketika 1637 anak-anak pengungsi dilaporkan hilang.
Juru bicara BKA mengatakan bahwa angka anak hilang berfluktuasi antara 300 sampai 500 anak per hari, tergantung pada jumlah kasus baru. Dia menambahkan bahwa angka itu bisa jadi terlalu tinggi, karena kadang-kadang satu nama terdaftar sebagai orang hilang di banyak tempat.
Instansi penegak hukum Uni Eropa, Europol, baru-baru ini mengatakan bahwa 10.000 anak-anak pengungsi telah dilaporkan hilang di Eropa dalam dua tahun ini.
Beberapa dari mereka ternyata tinggal dengan kerabat tanpa sepengetahuan pemerintah. Namun perlu dicatat, bahwa sejumlah besar dari mereka berada dalam risiko bahaya. Ribuan anak-anak itu lenyap setelah didaftar di negara-negara tujuan mereka.
Organisasi bantuan anak-anak Deutsches Kinderhilfswerk mengatakan bahwa aturan baru kabinet Kanselir Jerman Angela Merkel bisa membahayakan anak-anak pengungsi yang bepergian tanpa pendampingan keluarga. Anak-anak itu digambarkan sebagai pengungsi yang "rentan." Kebijakan yang menetapkan masa tunggu dua tahun untuk reuni keluarga migran beralasan, masa penantian itu tidak berisiko tinggi pada aksi kekerasan di negara asal mereka. Kebijakan itu sedianya diambil untuk meredam datangnya ribuan anggota keluarga sebagai bagian dari program reuni keluarga di negara suaka Jerman.
Organisasi itu mengatakan bahwa masuknya anak di bawah umur dapat dikaitkan dengan perjalanan berbahaya di sepanjang rute Balkan, yang menyebabkan banyak di antara mereka terpaksa harus terpisah dari keluarga mereka. Dikatakan organisasi itu, anak-anak harus diberikan izin untuk tinggal dan dianggap sebagai berkah bagi masyarakat Jerman.
Anak Kecil Jadi Lambang Penderitaan Pengungsi
Fotonya viral di jejaring sosial. Aylan Kurdi adalah anak laki-laki kecil dari Suriah. Ia jadi lambang penderitaan orang yang terpaksa meninggalkan kampung halaman karena perang dan ancaman keselamatan.
Foto: Reuters/Y. Behrakis
Tidak Sampai ke Tujuan
Jasad Aylan Kurdi ditemukan di daerah pantai Bodrum, Turki, 2 September 2015. Ia adalah salah satu pengungsi yang tidak berhasil selamat ketika kapal yang membawa mereka dari Turki ke pulau Kos, Yunani, karam.
Foto: picture-alliance/AP Photo/DHA
Ibu dan Anak
Aylan digendong ibunya, Rehan Kurdi. Selain Aylan, kakaknya, Galip dan ibunya juga tewas ketika perahu yang mereka tumpangi untuk menyeberang dari Turki ke Yunani karam. Ayahnya adalah satu-satunya anggota keluarga yang selamat. Keluarga itu termasuk pengungsi yang lari dari Suriah. Mereka berusaha mencapai Kanada, di mana bibi Aylan sudah bermukim selama beberapa tahun.
Foto: Getty Images/Courtesy of Kurdi family
Kehilangan Seluruh Keluarga
Ayah Aylan Kurdi, Abdullah Kurdi menangis ketika menceritakan, bahwa ia tidak berhasil menyelamatkan keluarganya. Abdullah ditemukan dalam keadaan setengah sadar, setelah perahu yang mereka tumpangi karam. Ia kemudian dirawat di sebuah rumah sakit dekat Bodrum, Turki. Demikian laporan harian Turki, Sabah.
Foto: Reuters/G. Gurbuz
Kembali ke Kobani
Ayah Aylan Kurdi membawa pulang jasad anggota keluarganya kembali ke Kobani, Suriah utara, di mana mereka dimakamkan. Ayahnya mengatakan, ia sekarang hanya akan duduk di sebelah makam keluarganya, dan tidak meneruskan upaya untuk pergi ke Kanada. Upacara pemakaman dihadiri banyak orang yang meratapi nasib mereka. Demikian keterangan wartawan yang hadir.
Foto: Getty Images/AFP/Stringer
Mengenang Sanak Keluarga
Fatima Kurdi, bibi Aylan Kurdi, berdiri di sebelah lukisan yang menggambarkan keponakannya, di depan kantor pusat Uni Eropa di Brussel (14/09/15). Fatima Kurdi sudah bermukim beberapa tahun di Kanada. Ia sudah lama berupaya dapatkan ijin untuk mendatangkan keluarganya. Aylan Kurdi kini juga jadi simbol ketidakpedulian negara-negara kaya, akan penderitaan manusia di negara yang dilanda perang.
Foto: picture-alliance/AP Photo/V. Mayo
Sebagian Bisa Melanjutkan Perjalanan
Sejumlah besar pengungsi melarikan diri dari tanah air dengan membawa seluruh keluarga, dan tidak jarang dengan anak-anak yang masih kecil. Mereka ingin anak mereka hidup dalam situasi damai dan bisa bersekolah. Foto: seorang pengungsi asal Kobani, yang berhasil selamat tiba di Kos. Ia turun dari perahu dengan menggendong dua anak yang masih kecil (10/08/2015).