Hannover Pilih Putra Imigran Turki sebagai Walikota
12 November 2019
Ini belum pernah ada di Jerman: Seorang putra imigran Turki menjadi pemimpin sebuah ibu kota negara bagian. Belit Onay dari Partai Hijau terpilih menjadi walikota Hannover.
Iklan
Seorang politisi Jerman dari Partai Hijau dengan latar belakang Turki menang pemilihan walikota di Hannover. Ini adalah pertama kalinya seorang warga dengan orang tua imigran terpilih menjadi walikota sebuah ibu kota negara bagian di Jerman.
Belit Onay meraih 52,9% suara, unggul dari pesaing Eckhard Scholz dari Partai Persatuan Demokrat Kristen Jerman dengan 47,1% suara.
"Saya berjanji kepada Anda semua, bahwa saya akan melakukan yang terbaik untuk kota kita selama tujuh tahun mendatang," demikian dicuit Onay di Twitter setelah pemilihan Minggu malam (10/11).
Dengan ini Hannover juga menjadi kota besar keempat yang mempunyai walikota dari Partai Hijau, menyusul Freiburg, Darmstadt, dan Stuttgart. Walikota dengan latar belakang asing atau bahkan warga tidak berkewarganegaraan Jerman sudah pernah ada di Jerman sebelumnya, tetapi tidak di sebuah ibu kota negara bagian. Misalnya Ashok-Alexander Sridharan dengan latar belakang India di Bonn atau warga Denmark Claus Ruhe di Rostock.
Terjun ke politik untuk turut membentuk keseharian
Belit Onay lahir di kota Goslar pada tahun 1981. Orang tuanya adalah pekerja asing asal Turki yang datang dari Istanbul pada tahun 1970an. Onay menyebut dirinya sebagai "Muslim liberal".
Di situsnya, Onay menulis, bahwa ia memutuskan untuk terjun ke dunia politik setelah peristiwa pembunuhan di Solingen pada tahun 1993, dimana lima warga keturunan Turki tewas terbunuh di sebuah gedung apartemen yang dibakar oleh ekstrimis kanan. Bagi Onay sangat penting, bahwa kaum muda ikut terlibat dalam politik dan bahwa warga dengan latar belakang asing turut membentuk kehidupan sehari-hari di tempat mereka tinggal.
Lulusan jurusan hukum Belit Onay sempat bekerja selama empat tahun untuk pemerintah daerah kota Hannover dan sejak 2013 anggota parlemen daerah untuk negara bagian Niedersachsen. Ia menggantikan Stefan Schostok dari Partai Demokrat Sosial yang mengundurkan diri karena tuduhan kasus korupsi.
Sebuah momen bersejarah
Ketua fraksi Partau Hijau Katrin Göring-Eckardt memberikan selamat di Twitter atas terpilihnya Onay sebagai walikota Hannover: "Walikota kota besar pertama dengan orang tua pekerja asing di Jerman. Hannover yang beraneka ragam dan warna-warni. Ini momen bersejarah. Ini sebuah sensasi."
Mereka terpaksa meninggalkan kampung halaman. Namun di tanah air baru mereka, para imigran ini mengubah wajah dunia - sebagai saintis, politisi, seniman, pengusaha atau olahragawan.
Foto: Imago/United Archives International
Albert Einstein
Tanpa dia dan teori relativitas, pandangan manusia kini tentang alam semesta akan berbeda. Saat Nazi berkuasa di Jerman, Albert Einstein yang berdarah Yahudi dan tengah berada di Amerika Serikat tak bisa kembali ke Jerman, karena nyawanya bisa terancam. Ia mengembalikan paspornya dan beremigrasi ke Amerika Serikat.
Foto: Imago/United Archives International
Marlene Dietrich
Penyanyi dan aktris Jerman Marlene Dietrich sudah terkenal di Amerika Serikat ketika ia meninggalkan Jerman pada tahun 1938. Dia tinggal di Amerika Serikat dan di Perancis. Dari kedua negara itu, ia membantu para pengungsi dan tentara sekutu. Setelah akhir Perang Dunia II di Jerman, ia dituduh telah berkhianat pada negaranya sendiri.
Foto: picture-alliance/dpa
Henry Kissinger
Dia adalah seorang profesor di Harvard University, pernah menjadi menteril luar negeri Amerika Serikat, dan pakar hubungan internasional. Pada tahun 1938, Henry Kissinger meninggalkan Bayern, Jerman, dan melarikan diri dari ancaman maut Nazi. Meskipun saat Perang Dunia II dia menjadi tentara Amerika yang memerangi bangsanya sendiri, dia mengatakan sebagian dari dirinya selalu tetap Jerman.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Schiefelbein
Madeleine Albright
Dari Cekoslovakia, dua kali Madeleine Albright dan keluarganya melarikan diri: pertama, setelah invasi Nazi pada tahun 1939, mereka mengungsi dari Praha ke London. Sempat kembali ke Praha, pada tahun 1948 mereka hijrah ke AS setelah rezim komunis di tanah air mereka mengambil alih kekuasaan. Pada tahun 1997, perempuan berdarah Yahudi ini menjadi menteri luar negeri Amerika Serikat.
Foto: Getty Images/AFP/S. Loeb
M.I.A.
Namanya Mathangi "Maya" Arulpragasam, tapi para penggemar mengenalnya sebagai MIA. Di usia kanak-kanak, dari Sri Lanka, ia melarikan diri ke India menuju ke Inggris. Dalam sebuah wawancara, ia berkata: "Pada awalnya, saya memberitahu semua orang bahwa saya berasal dari Trinidad, jadi saya tidak perlu berbicara tentang Sri Lanka dan perang. Saya tidak mengatakan bahwa saya seorang pengungsi. "
Foto: Getty Images/C. Polk
Miriam Makeba
Miriam Makeba - yang dikenal sebagai Mama Afrika berasal dari Afrika Selatan. Ia berada di sebuah acara di AS ketika pejabat negara Afsel tak mengizinkannya pulang. Lagu mereka "Pata Pata" menjadi hit di seluruh dunia pada tahun 1967. Setelah tinggal di Guinea dan Belgia, atas permintaan Nelson Mandela, pada tahun 1990, pejuang hak-hak sipil ini kembali ke Afrika Selatan.
Foto: Getty Images
Freddie Mercury
Orang tua bintang rock dengan suara khas ini melarikan diri dari gejolak revolusioner di Zanzibar ke London - bersama dengan Freddie kecil. Sisanya adalah sejarah: Mercury naik dan band-nya menjadi ikon rock. Kematiannya akibat HIV/AIDS mendorong kampanye mengatasi isu HIV.
Foto: Getty Images/Hulton Archive
Thomas Mann
Dia dianggap sebagai salah satu penulis paling penting dari abad ke-20. Nazi menyebut peraih penghargaan Nobel ini sebagai "gelombang besar kebiadaban eksentrik". Ia manjadi eksil di Swiss pada tahun 1933 dan pada tahun 1939 ke Amerika Serikat. Pada tahun 1938 ia menciptakan slogan: "Di mana saya berada, itulah Jerman. Saya membawa budaya Jerman dalam diri saya."
Foto: picture-alliance/dpa
Isabel Allende
Setelah kudeta militer berdarah di Chili pada tahun 1973, keluarga Isabel Allende melarikan diri ke Venezuela. 13 tahun kemudian dia pindah ke Amerika Serikat. Pengalaman pribadinya mengalir dalam novel "The House of Spirits". Karena pernah punya pengalaman serupa, tahun 2015 dia menyerukan agar Eropa menyambut para pengungsi.
Foto: Koen van Weel/AFP/Getty Images
Sitting Bull
Kepala suku Sioux , Tatanka Iyotake - lebih dikenal sebagai Sitting Bull - habiskan waktu selama beberapa tahun di pengasingan. 1877 - setahun setelah pertempuran Little Bighorn - ia melarikan diri bersama dengan 2.000 pengikutmya ke Kanada. Tahun 1881 ia kembali ke Amerika dan menyerahkan diri kepada pihak berwenang. Dia ditangkap dan tinggal di reservat Indian. Ia kemudian tewas terbunuh.
Foto: Imago/StockTrek Images
Neven Subotic
Seperti rekannya Vedad Ibisevic (Hertha Berlin), saat masih kecil, Subotic melarikan diri dari kampung halamannya, di Bosnia-Herzegovina. Pada tahun 2012 ia mendirikan sebuah yayasan yang menyediakan akses air minum bagi ana-anak di negara berkembang. Subotic pernah bermain untuk Borussia Dortmund dan pindah ke FC Köln. Ed: Dagmar Breitenbach, Martin Muno (ap/as)