1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hantu Komunis Gentayangi Istana

28 September 2017

Presiden Joko Widodo kembali digoyang hantu komunisme. Tudingan beracun yang dilayangkan kelompok Alumni 212 itu ditengarai untuk menjatuhkan pamor sang presiden jelang Pemilu Kepresidenan 2019.

China Symbolbild Flagge Menschen Kommunismus Hammer und Sichel
Ilustrasi bendera Partai KomunisFoto: dapd

Hantu komunisme kembali hidup sehari menjelang peringatan 52 tahun Gerakan 30 September. Sebanyak 30.000 aparat kepolisian akan diterjunkan buat mengamankan demonstrasi anti Partai Komunis Indonesia (PKI) yang digelar oleh kelompok Alumni 212 pada Jumat, (29/9), di depan gedung DPR RI. Diperkirakan 50.000 demonstran akan menyemuti kawasan Senayan.

Namun demonstrasi yang dinamakan Aksi Bela Islam 299 itu sarat muatan politik yang diarahkan pada Istana Negara. "Saya melihat Jokowi sebagai faktor di balik kebangkitan Komunisme di Indonesia karena hubungan yang kooperatif dengan Cina," tulis Yudi Syamhudi Suyuti, bekas calon legislatif Partai Gerindra dan salah seorang penggagas demonstrasi di akun pribadinya di media sosial.

Komunisme belakangan kembali hidup sebagai senjata politik buat menyerang kelompok moderat Indonesia. Dua pekan lalu sebuah diskusi tentang Demokrasi di kantor Lembaga Bantuan Hukum yang digagas sejumlah kelompok HAM diserbu gerombolan tak dikenal yang mengaku anti-PKI. Meski digerakkan oleh kabar Hoaks, kelompok garis keras seperti Front Pembela Islam malah menjanjikan bantuan hukum buat kelompok penyerang.

Sejumlah pengamat menilai isu Komunsime kembali dihidupkan untuk mengumpulkan dukungan jelang Pemilu Kepresidenan 2019. Tobias Basuki, seorang analis politik dari Centre for Strategic and International Studies, mengatakan kelompok ultra-konservatif Islam kini mendapat dukungan dari petinggi militer yang memiliki ambisi politik.

"Tidak ada bukti sama sekali terkait kebangkitan Komunisme. Tapi ketika kita sedang menuju Pemilu 2019, hantu komunisme digunakan oleh berbagai kelompok," katanya. "Kita menyaksikan munculnya teori konspirasi dari sekelompok petinggi militer dan kelompok Islam untuk kepentingan politik."

Salah satu petinggi militer yang terlibat aktif mempopulerkan isu kebangkitan PKI adalah Panglima TNI Gatot Nurmantyo. Belum lama ini Jendral bintang lima itu membuat keputusan kontroversial dengan mewajibkan semua prajurit TNI menonton film propaganda orde baru, Penkhianatan G30 S PKI. Sejumlah komando militer di daerah bahkan menggelar acara nonton bareng dengan warga sipil.

Presiden Joko Widodo pernah menjadi korban kampanye hitam saat dituduh komunis dan berdarah Cina saat Pemilu Kepresidenan 2014. Kampanye yang antara lain digalang lewat media cetak, Obor Rakyat, itu kemudian menginspirasi gelombang ujaran kebencian dan fitnah lewat media sosial terhadap bekas Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama, saat Pilkada 2016 lalu.

Sejarahwan, Bonnie Triyana, mengatakan kegagalan Indonesia mengungkap tuntas sejarah pembantaian 1965 membebani generasi muda. Menurutnya kebanyakan penduduk hingga kini belum memahami dimensi brutalitas pembunuhan massal tersebut. "Politisi saat ini gemar mengeksploitasi amnesia kolektif masyarakat," ujarnya.

rzn/yf (rtr,ap)