1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sepak BolaIndonesia

Harapan Baru Sepak Bola Indonesia

10 Juni 2022

Korupsi, kekerasan dan pengelolaan yang buruk selama ini meredam ambisi sepak bola Indonesia. Pelatih Shin Tae-yong dari Korea dan pemain generasi baru sekarang berupaya menjawab mimpi Indonesia tampil prima.

Tim nasional sepak bola Indonesia
Nasib sepak bola Indonesia memasuki harapan baru dengan munculnya generasi muda yang bertanding di lapagan hijau.Foto: Suhaimi Abdullah/AP/picture alliance

Dengan populasi lebih dari 270 juta orang  Indonesia selama ini tidak masuk hitungan di ajang sepak bola internasional dan hanya menduduki peringkat 156 dunia. Sekalipun ambisi dan antusias penonton cukup besar, namun belum ada prestasi yang bisa dibanggakan.

"Indonesia tidak pernah maju melampaui babak penyisihan grup di Piala Asia," keluh Shin Tae-yong, kepala pelatih Indonesia asal Korea Selatan. Ia tengah mencoba menggali potensi generasi pemain baru. "Jika kita berhasil kali ini, itu akan memiliki arti besar bagi negara."

Shin Tae Yong berharap sepak bola Indonesia bisa naik kelas di ajang Piala AsiaFoto: Suhaimi Abdullah/AP/picture alliance

Shin adalah salah satu pelatih paling terkenal di Asia, memimpin raksasa Korea Selatan Seongnam FC meraih gelar Liga Champions Asia 2010. Di luar semenanjung Korea, ia mungkin paling dikenal sebagai pelatih yang mengawal kemenangan Korea Selatan atas Jerman di Piala Dunia 2018. Tantangan Shin berikutnya adalah kualifikasi untuk Piala Asia 2023. Tidak akan mudah, karena Indonesia berada di grup yang sulit. 

Wajah kelam sepak bola Indonesia

Di masa lalu, masalah di luar lapangan yang banyak meredam ambisi Indonesia. Hasrat untuk menjadi juara selalu terhalang oleh segelintir orang yang berusaha mengutamakan kepentingan pribadi.

Nurdin Halid adalah salah satu gambaran untuk kesalahan tata kelola sepakbola. Memulai kiprah sebagai politisi, dia diangkat menjadi Ketua Umum PSSI dari 2003 hingga 2011.  Tetapi tahun 2004 dia masuk penjara atas dakwaan terlibat dalam skandal distribusi minyak goreng. Namun dari balik jeruji besi penjara, dia tetap memimpin dan mengelola PSSI sampai 2011.

Setelah pemecatannya pada tahun 2011, sepak bola Indonesia mengalami kekalutan dengan munculnya dua federasi, liga, dan tim nasional yang saling bersaing. FIFA pernah mengucilkan Indonesia dari ajang sepak bola internasional dari 2014 hingga 2016 karena kekacauan dan intervensi pemerintah dalam pengelolaan sepak bola.

"Ini merupakan waktu yang sangat buruk bagi PSSI dan sepak bola Indonesia," kata seorang pejabat PSSI. "Terlalu banyak orang yang terlibat yang memiliki agenda mereka sendiri. Sekarang masih ada masalah tetapi situasinya telah membaik, dan fokusnya sekarang adalah pada sepak bola."

Tetapi ada masalah lain yang masih perlu ditangani: kekerasan dan vandalisme. Indonesia memiliki insiden hooliganisme sepak bola tertinggi di Asia,menurut Save Our Soccer, sebuah organisasi pengamatan sepak bola. Sejak 1994, 74 penggemar sepak bola telah tewas akibat aksi kekerasan.

Masalah lain yang juga sudah berlangsung lama adalah penyogokan dan pengaturan pertandingan. Enam pemain diskors pada November 2021 karena mencoba memanipulasi hasil. Sebelumnya pada 2019, beberapa pejabat PSSI, termasuk ketua sementara Joko Driyono, ditangkap terkait tuduhan pengaturan skor.

Membentuk mentalitas juara

"Kami mendapat banyak dukungan dari PSSI," kata pelatih kepala Shin Tae-yong. "Sejak saya bergabung, kami sudah mengalihkan fokus kami ke generasi muda." Pada bulan Desember lalu tim nasional berhasil mencapai final Piala Suzuki AFF yang menjadi turnamen dua tahunan Asia Tenggara. Kemenangan ini menjadi penampilan terbaik skuad Garuda selama ini.

"Rata-rata usia pemain di timnas kurang lebih tujuh tahun lebih muda dari sebelumnya,” jelas Shin. "Masing-masing pemain memiliki keterampilan yang baik dan mereka menikmati bermain, tetapi mereka membutuhkan mentalitas yang lebih kuat."

Asisten pelatih Shin, Dzenan Radoncic, percaya bahwa kunci kemajuan adalah menempa mentalitas yang lebih kuat ke dalam tim sepakbola Indonesia.

"Pemain Indonesia tenang dan memiliki kepribadian yang santai," ungkap Radoncic. "Saya percaya itu datang dari iklim dan budayanya. Saya terus minta mereka fokus pada ketahanan dan agresi selama 90 menit, dan tidak mundur selama pertandingan, bahkan jika mereka kalah.”

"Kami mencoba mengubah pola pikir. Para pemain perlu didorong. Mereka nyaman bermain di Indonesia, tetapi kami ingin membuat mereka lebih internasional." Salah satu caranya adalah dengan mencari pemain keturunan Indonesia yang berlaga di Eropa.

Elkan Baggott misalnya, lahir di Bangkok dari ayah Inggris dan ibu Indonesia. Bek berusia 19 tahun ini tumbuh besar di Jakarta, tetapi pindah ke Inggris saat berusia sembilan tahun. Saat ini dia bermain di divisi tiga Inggris untuk Ipswich Town.

Elkan Baggott memilih untuk mewakili Indonesia di kancah internasional dan kini sedang mempersiapkan diri untuk kualifikasi Asia setelah tiba di Jakarta pada akhir musim Eropa yang panjang. "Saya hanya beristirahat sebentar sebelum datang ke sini," kata Baggot. "Tapi kondisiku semakin membaik."

Indonesia juga ingin menaturalisasi pemain Spanyol Jordi Amat dan mantan pemain muda Belanda, Sandy Walsh. "Mereka berdua adalah pemain yang sangat bagus," kata Shin, yang mengundang mereka untuk berlatih bersama tim nasional sementara dokumen naturalisasi mereka diproses.

Piala Dunia U-20

Tahun 2023 adalah tahap penting dalam perkembangan sekap bola Indonesia karena menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Kompetisi ini adalah turnamen global pertama yang diadakan di Indonesia.

Melatih mental bertanding dari para pemain menjadi kunci yang diharapkan bisa membawa skuad Garuda tampil prima.Foto: Suhaimi Abdullah/AP/picture alliance

"Itu berarti kami akan memiliki banyak pertandingan dan pelatihan, dan ada lebih banyak investasi," kata Radoncic yang sedang mempersiapkan tim yunior. Ia akan mendapatkan anggaran 28 juta dollar AS (sekitar Rp. 407,7 miliar). Dana itu akan dialokasikan untuk fasilitas dan peningkatan stadion menjelang turnamen.

"Ini perlu karena infrastruktur adalah masalah. Lapangannya tidak bagus dan ini perlu ditingkatkan."

Momen ini juga berarti tim U20 Indonesia akan tampil di pentas global untuk pertama kalinya sejak 1979. Tim senior masih jauh dari prestasi itu, tetapi jika mereka bisa lolos ke Piala Asia, ini akan menjadi tamhbahan semangat dan motivasi.

"Kami menantikan tantangan itu," kata Shin Tae-yong. "Kami akan meningkat, dan ini adalah kesempatan untuk melihat seberapa banyak (peningkatannya)."

(rs/hp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait