1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Harapan Kaum Muslim terhadap Paus Fransiskus

Nils Naumann19 Maret 2013

Hubungan antara umat Islam dan Kristen bisa dibilang naik turun. Kaum Muslim di seluruh dunia berharap Paus Fransiskus dapat memperkuat dialog antar agama.

Foto: picture alliance/dpa

Pendahulu Paus Fransiskus, yakni Paus Benediktus XVI, mendapat pelajaran mengenai dialog dengan umat Islam tak lama setelah menjabat. Tahun 2006, setahun setelah naik tahta, Paus Benediktus memberikan pidato kontroversial di Regensburg, Jerman. Ia mengutip seorang Kaisar Romawi Timur yang menuding Nabi Muhammad sebagai tidak manusiawi dan hanya berbuat jahat. Pidatonya langsung memprovokasi umat Muslim di seluruh penjuru dunia.

Paus Benediktus mengungkapkan "penyesalan yang mendalam" atas kesalahpahaman tersebut. Ia berkunjung ke Turki pada tahun 2008 untuk menghidupkan kembali dialog Kristen-Muslim. "Namun pidato tersebut berdampak kerusakan dalam jangka panjang," jelas seorang pengamat Islam, Hussein Hadam.

Pidato Paus Benediktus XVI mengundang amarah Muslim di dunia, termasuk PakistanFoto: AP

Dua tahun lalu Universitas Al-Azhar di Kairo menghentikan dialog dengan Vatikan. Alasan resmi yang diberikan adalah pernyataan Paus Benediktus mengenai serangan terhadap kaum Kristen di Mesir. "Di Kairo dipandang sebagai intervensi terhadap urusan internal," ungkap Hamdan.

Beragam reaksi positif

Universitas Al-Azhar merespon positif perubahan kepemimpinan Gereja Katolik. Mereka mengharapkan "hubungan yang lebih baik" dengan Vatikan. "Begitu ada kebijakan baru, kami akan memulai lagi dialog dengan Vatikan," pungkas Mahmoud Azab, seorang penasehat hubungan antar agama bagi Universitas Al-Azhar.

Hamdan menilai Paus Fransiskus harus mampu mengangkat topik penderitaan umat Kristen di Mesir dan negara lainnya. "Penting untuk menghadapi ini bersama-sama, berdialog dengan para ulama dan pemerintah untuk mencari solusi. Ini cara terbaik dan satu-satunya," tandas Hamdan.

Hubungan Kristen-Muslim dinodai konflik tidak hanya di Mesir, tapi juga di negara-negara Afrika. Boubacar Seydou Toure, kepala Asosiasi Islam di Niger, menekankan pentingnya dialog. "Yang pertama kali harus dilakukan Paus Fransiskus adalah mengupayakan dialog yang jujur antara Kristen dan Muslim," tukas Toure. "Saat umat kedua agama ini bergandeng tangan, maka kami dapat hidup bersama dalam damai."

Komentar serupa datang dari Sheikh Issa bin Shaaban Simba, seorang pemuka agama di Tanzania. Ia berharap babak baru hubungan Gereja Katolik dengan Muslim dapat dimulai. "Kami harus menjauh dari ketakutan, dan bergerak menuju harapan dan perdamaian, dimana semua orang merasa sebagai saudara."

Harapan bagi kaum papa

Indonesia dengan 200 juta penganut agama Islam memiliki jumlah Muslim terbanyak dari negara manapun di dunia. Di sebuah negara dimana umat Kristen menjadi minoritas, Azyumardi Azra dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta berharap Paus Fransiskus dapat merangkul agama-agama lain dan bukan memicu kontroversi-kontroversi baru.

Paus Fransiskus dianggap rendah hati dan memberi perhatian besar bagi kaum miskinFoto: Reuters

Azra berharap banyak pada Paus Fransiskus. Fakta bahwa Paus Fransiskus berasal dari Argentina memegang peranan penting, karena ia datang dari belahan dunia Selatan - sesuatu yang menurut Azra akan membuat Paus Fransiskus lebih mengerti masalah di Asia, Afrika dan Amerika Latin, terutama bagi kaum miskin. "Ia akan memperhatikan mereka yang selama ini tertinggal," kata Azra.

Umat Kristen Indonesia juga menaruh harapan pada peningkatan dialog dengan umat Islam. Uskup Agung Trilaksyanta Pujasumarta menilai dialog semacam ini "sangat penting bagi kami, sebagai umat Katolik yang hidup di negara dengan mayoritas Islam." Ia berharap Paus Fransiskus mengupayakan dialog dengan Muslim.

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait