Harapkan Awal Baru, Sekutu Trump Ucapkan Selamat bagi Biden
8 November 2020
Satu per satu, para pemimpin negara yang selama ini dikenal sebagai sahabat atau sekutu dekat Donald Trump mulai ucapkan selamat kepada Joe Biden.
Iklan
Ucapan selamat kepada Joe Biden dan Kamala Harris atas proyeksi kemenangan pada Pemilu Presiden Amerika Serikat tahun 2020 mulai berdatangan dari para pemimpin dunia pada Minggu (08/11). Selain dari pemimpin yang selama ini menjadi rival Trump, ucapan selamat juga datang dari para pemimpin yang dikenal sebagai sekutu dekat Donald Trump.
Hingga berita ini diturunkan, Trump masih belum mengakui kekalahannya, tetapi berbagai negara Barat dan Asia menyatakan harapan untuk adanya awal yang baru setelah dikeluarkannya sejumlah kebijakan luar negeri yang kontroversial seperti penarikan dari Perjanjian Iklim Paris dan perang dagang.
Ucapan selamat mengalir dari para pemimpin yang selama ini dikenal sahabat Trump tetapi mengabaikan klaimnya bahwa pemilihan belum berakhir.
Presiden Duterte dari Filipina yang sebelumnya pernah mengatakan bahwa rakyat Filipina dan Amerika akan "mendapatkan kesepakatan terbaik dengan Trump," kini mengungkapkan harapannya untuk hubungan yang lebih baik berdasarkan "komitmen bersama terhadap demokrasi, kebebasan, dan supremasi hukum."
Putra Mahkota Uni Emirat Arab, Mohammed bin Zayed Al Nahyan, yang dekat dengan menantu Trump, Jared Kushner, juga telah menyampaikan ucapan selamatnya kepada Biden dan Kamala Harris lewat Twitter.
Perdana Menteri India Narendra Modi yang juga kerap terlihat akrab dengan Trump di hadapan publik, kini membagikan foto dirinya bersama Biden dan mengucapkan selamat "atas kemenangan spektakuler Anda!"
Sementara Perdana Menteri Inggris Boris Johnson yang juga dikenal sebagai sekutu Trump mengatakan dia berharap untuk dapat “bekerja sama secara erat dalam prioritas bersama kita, dari (masalah) perubahan iklim hingga perdagangan dan keamanan."
Sejumlah pemimpin negara belum bereaksi
Beberapa pemimpin terkemuka yang mempertahankan hubungan hangat dengan pemerintahan Trump diketahui tetap diam. Mereka yang belum memberikan ucapan selamat antara lain Presiden Jair Bolsonaro dari Brasil dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman dari Arab Saudi.
Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador mengatakan akan menunggu "sampai semua masalah diselesaikan."
Juga belum ada reaksi dari Presiden Rusia Vladimir Putin yang bersahabat dengan Trump. Perdana Menteri Janez Jansa dari Slovenia yang sebelumnya mengatakan kemenangan Trump juga belum berkomentar atas proyeksi kemenangan Biden.
Iklan
Harapan akan awal yang baru
Di Asia, para pemimpin dari Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan mengungkapkan harapan untuk terjalinnya hubungan dekat dengan Washington.
"Saya berharap dapat bekerja sama dengan Anda untuk lebih memperkuat Aliansi Jepang-AS dan memastikan perdamaian, kebebasan, dan kemakmuran di kawasan Indo-Pasifik dan sekitarnya," kata Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga, di Twitter. Presiden Moon Jae-in dari Korea Selatan berharap dapat bekerja sama "untuk nilai-nilai kita bersama."
Beginilah Para Kartunis Dunia Mencermati Pemilu AS
Amerika telah memilih, dan Joe Biden diproyeksikan meraih suara terbanyak. Pesta demokrasi di negara Paman Sam ini digambarkan oleh para kartunis dunia.
Selamat pagi, Amerika
Akhirnya, ada pemenang? Paman Sam dan Lady Liberty hampir tidak bisa percaya. Selama berhari-hari warga Amerika - dan seluruh dunia - gelisah menunggu siapa yang akan menjadi penghuni Gedung Putih. Hasil pemungutan suara telah diumumkan, pemenang sudah terpilih. Namun, apakah penantian panjang itu sudah berakhir? Apa sudah aman untuk bisa keluar ke jalan? Paman Sam tidak begitu yakin.
Pertarungan ketat, virus corona terlupakan
"Biden memimpin" di Georgia, "Trump unggul" di Carolina Utara. Hasil penghitungan sementara dari hari ke hari terus berubah. Donald Trump yang marah mengamuk karena merasa "dicurangi". Sementara Joe Biden tetap tenang dan menyampaikan bahwa dia ingin memulihkan bangsa Amerika yang terpecah. Ketatnya pertarungan kedua pihak telah mengalihkan perhatian dunia dari pihak ketiga: virus corona.
Foto: 2020 Rabe/toonpool.com
Sang Dalang
Pada malam pemilihan, jauh sebelum penghitungan suara selesai, Trump menyatakan dirinya sebagai pemenang. Presiden juga tanpa henti meradang bahwa "mereka" mencoba mencuri pemilu. Jika kalah, ia bersumpah akan mengerahkan pasukan pengacara.
Menang, bagaimanapun caranya
Yang dimaksud dengan "mereka" oleh Trump adalah para pemilih Demokrat yang mengirimkan surat suara mereka lewat pos. Trump menganggap suara mereka ilegal. "Jika suara sah dihitung," kata presiden yang masih menjabat, "saya akan menang dengan mudah." Dan jika nyaris gagal, kartunis Brasil, Amorim, menunjukkan bagaimana seseorang dapat memaksakan kemenangan ala Trump.
Jalan Trump dihadang Lady Liberty
Bukan waktu yang mudah bagi Lady Liberty. Sementara itu, pengacara Trump mengajukan gugatan di negara bagian di mana dia kalah tipis, menyebut hasil pemilu sebagai "berita palsu." Presiden yang masih menjabat ini juga telah mengumumkan bahwa dia akan membawanya ke Mahkamah Agung. Dia merasa ditinggalkan oleh para tokoh Partai Republik karena mereka tidak mendukung teori konspirasinya.
Setidaknya masih ada Proud Boys
Jika anggota partai tidak bisa diandalkan, setidaknya masih ada pendukung setia. Trump mengatakan kepada mereka bahwa pemungutan suara melalui pos “tidak aman”, memicu ratusan orang protes di TPS, menuntut untuk "menghentikan penghitungan dan berhenti mencuri pemilihan." Beberapa bahkan mencoba menggunakan kekerasan. Bagi Trump, aksi kekacauan itu adalah tanda "cinta dan kasih sayang".
Dari Afghanistan dengan cinta
Taktik Trump mengingatkan kartunis Shahid Atiq tentang kondisi di negara asalnya Afghanistan, di mana hanyalah penguasa yang bisa bersuara tetapi rakyat hampir tidak memiliki ruang untuk bernapas. Patung Liberty terbaring dengan leher ditekan lutut, persis seperti George Floyd, yang tewas akibat tindakan seorang polisi. Citra AS sebagai salah satu negara demokrasi tertua di dunia ternoda.
Mati secara politik - kali ini untuk selamanya
Trump dapat meneriakkan "kemenangannya" sebanyak yang dia suka, tetapi tidak ada yang akan percaya lagi, dan malaikat maut politik akan datang untuk membawanya pergi. Melihat gambar kartun karya Arcadio Esquivel dari Costa Rica ini, orang mungkin merasa kasihan pada presiden yang harus pergi, yang terlihat lebih seperti anak kecil yang sangat kecewa.
Risleting macet
Amerika terbelah dua. Negara ini sangat terpolarisasi, dan politik bahkan telah memecah-belah keluarga. Apakah Joe Biden akan bisa memulihkan persatuan Amerika adalah pertanyaan yang diajukan tidak hanya oleh kartunis Mirco Tomicek. Pertanyaan ini tercetus utamanya karena Trump seolah tidak berkomitmen untuk transisi kekuasaan yang damai.
Panglima hingga akhir
Seorang kapten tidak pernah meninggalkan kapalnya. Dan tampaknya tidak ada harapan Donald Trump akan mengosongkan Gedung Putih tanpa perlawanan. Ia diperkirakan akan mempertahankan kantornya melawan Demokrat, yang menurutnya mencuri pemilu. Kepresidenan Trump berlangsung hingga 20 Januari. Tetapi pada titik tertentu, itu sudah berakhir.
Sakitnya perpisahan
Era Trump mungkin akan segera menjadi sejarah, tetapi ada sesuatu yang tersisa. Kartunis Pierre menunjukkan apa yang mungkin ditinggalkan mantan presiden di Gedung Putih. Tampak para turis yang mengunjungi Gedung Putih mengabadikan goresan kuku dilantai, sepertinya seseorang merasa berat untuk mengucapkan selamat tinggal. (yf/ae)
11 foto1 | 11
Belum ada reaksi resmi langsung dari Beijing yang terlibat dalam perang dagang dan sejumlah konflik lainnya dengan dengan pemerintahan Trump. Tetapi pengguna media sosial di Cina tampaknya menyambut baik perubahan ini.
Sebagian besar sekutu Barat menyambut datangnya awal yang baru dengan Washington. Mereka mengungkapkan harapan Biden dapat menghidupkan kembali kerja sama di bidang kesehatan, iklim, dan masalah lainnya menyusul penolakan Trump terhadap perjanjian Kemitraan Transpasifik dan tekanan pada Kanada, Meksiko, Korea Selatan, dan mitra lainnya untuk menegosiasikan kembali persyaratan perdagangan.
"Saya berharap dapat bekerja dengan Presiden terpilih Biden, Wakil Presiden terpilih Harris, pemerintahan mereka, dan Kongres Amerika Serikat saat kita menangani tantangan terbesar dunia bersama-sama," ujar Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau di Twitter.
Ucapan selamat juga datang dari Perdana Menteri Scott Morrison dari Australia, Kanselir Jerman Angela Merkel, sejumlah petinggi NATO dan Uni Eropa.