May Day Diwarnai Intimidasi Terhadap Pekerja Media
1 Mei 2019
Mulai dari turun ke jalan hingga mendengar pidato capres no 02 dari atas panggung di Jakarta, ragam peringatan Hari Buruh Internasional Rabu (01/05). Namun di tengah May Day, awak media kembali jadi sasaran intimidasi.
Iklan
Rawe-rawe rantas, malang-malang putung, Mereka yang curang akhlaknya seperti lutung...
Demikian cuplikan pantun yang dibacakan Prabowo saat menyampaikan pidato kebangsaan di atas panggung pada peringatan Hari Buruh di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Rabu (01/05). Peringatan Hari Buruh Internasional dipakai capres nomor urut 02 itu sebagai momentum untuk kembali mempermasalahkan dugaan kecurangan selama Pemilu 2019.
"Itu banyak TV ya? Entah ditayangkan (atau) enggak ditayangkan, gue nggak tahu. Karena media, hati-hati, kami mencatat kelakuan-kelakuanmu satu-satu," ucap Prabowo.
Potret Muram Buruh Anak di Indonesia
Di mana kemiskinan merebak, di situ anak-anak dipekerjakan. Kesimpulan Organisasi Buruh Dunia itu juga berlaku buat Indonesia. Negara kita menampung hingga 2,3 juta buruh anak. Dan pemerintah kewalahan.
Foto: picture alliance/C. Leimbach/Robert Harding
Konsentrasi di Timur Indonesia
Organisasi Buruh Internasional (ILO) mencatat, saat ini terdapat sekitar 2,3 juta buruh anak di Indonesia. Data tersebut mencakup bocah yang berusia antara 5 hingga 17 tahun. Menurut badan PBB itu, sebagian besar pekerja anak di Indonesia terdapat di bagian timur.
Foto: WEDA/AFP/Getty Images
Papua dan Sulawesi
Menurut Komisi Nasional Perlindungan Anak, buruh di bawah umur di Papua mencapai 34,7 persen dari total pekerja. Sementara di tempat kedua adalah Sulawesi Utara yang menampung 20,4 persen buruh anak dan Sulawesi Barat sebesar 19,82 persen.
Foto: picture alliance/M. Norz
Bertani Atau Jadi Buruh
Sebagian buruh anak di Indonesia bekerja di sektor pertanian. Sementara sisanya terbagi antara sektor jasa dan manufaktur. ILO mengklaim, bocah yang bekerja di sektor jasa kebanyakan menjadi pembantu rumah tangga.
Foto: picture alliance/C. Leimbach/Robert Harding
Nol Buruh Anak di 2022
Kementrian Ketenagakerjaan berambisi menghapus buruh anak di Indonesia hingga tahun 2022. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan memberikan perlindungan sosial buat anak di bawah umur dan pelatihan buat masyarakat, serikat pekerja dan perusahaan.
Foto: picture alliance/dpa/M. Irham
Lingkaran Kemiskinan
Tantangan terbesar dalam mengurangi pertumbuhan buruh anak adalah minimnya akses pendidikan dan kemiskinan. Dari jumlahnya yang mencapai jutaan, pemerintah baru berhasil menyekolahkan hingga 50.000 buruh anak.
Foto: picture alliance/Robert Harding
Potret Bocah Miskin Perkotaan
Sebagian bocah dipaksa bekerja sebagai anak jalanan. Data Kementerian Sosial menyebut terdapat sekitar 230.000 anak jalanan di Indonesia. 8000 di antaranya berada di Jakarta. Dari jumlah tersebut, tidak sampai setengahnya yang masuk dalam jaringan pengaman sosial.
Foto: B. Ismoyo/AFP/Getty Images
Rumah Penampungan
Dinas Sosial pemerintahan DKI sejauh ini telah membuka 56 rumah singgah buat anak-anak jalanan. Jumlah yang bisa ditampung sekitar 3000 bocah. Namun seringkali anak-anak itu kembali ke pekerjaan lama, ketimbang duduk di bangku sekolah.
Foto: picture alliance/dpa/A. Rante
Membantu Ekonomi Keluarga
Penelitian Kementerian Pemberdayaan Perempuan 2009 silam mengungkap, 71 persen anak jalanan mengaku bekerja secara sukarela untuk membantu perekonomian keluarga, enam persen lain mengklaim dirinya dipaksa dan 15 persen buat membiayai sekolah. Ketika mengemis dan mengamen tidak lagi mendatangkan uang, anak-anak terkadang menjadi pemulung.
Foto: picture alliance/AP Photo/B. Bakkara
Rentan Kemiskinan
Kemiskinan anak adalah masalah lain yang dihadapi Indonesia. Menurut sensus penduduk terakhir, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) mencatat 51 persen bocah di Indonesia rentan kemiskinan, sementara 28 persen lain saat ini tergolong miskin.
Foto: picture alliance/Robert Harding World Imagery
Tanpa Gizi, Tanpa Pendidikan
Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 menyebut saat ini 17,9 persen balita di Indonesia mengalami kekurangan gizi. Situasi muram juga bisa ditemui di bidang pendidikan. Menurut data Profil Anak Indonesia 2011 lalu: 8,12 persen anak usia 5-17 tahun masih berstatus tidak sekolah dan 9,3 persen malah belum pernah sama sekali mengecap pendidikan.
Foto: picture-alliance/dpa
10 foto1 | 10
Dalam peringatan May Day yang mengambil tajuk "Kesejahteraan Buruh dan Demorkasi yang Jujur dan Damai", Ketua Umum Partai Gerindra itu juga menyinggung bahwa media turut andil atas kondisi demokrasi di Indonesia pasca pemilu 2019.
"Ada kalanya, ada saatnya, rakyat itu mengerti, rakyat itu sadar, dan rakyat itu mengatakan 'cukup, cukup sudah kebohongan, kecurangan'...Dan kalau kau tidak mengerti kata cukup ya, itu media-media juga, gue salut sama lo masih berani ke sini. Akan tercatat dalam sejarah, hai media-media, kau ikut merusak demokrasi di Indonesia," pungkasnya.
Wartawan jadi sasaran?
Kinerja wartawan saat meliput tak hanya disoroti di Tennis Indoor Senayan, ketika demonstrasi peringatan May Day berlangsung di Bandung, Jawa Barat wartawan juga menjadi sasaran. Dua jurnalis foto, Prima Mulia dari Tempo dan jurnalis lepas Iqbal Kusumadireza diduga mendapatkan intimidasi dan kekerasan dari polisi saat meliput pergerakan buruh yang sempat kisruh di Gedung Sate, Bandung, Rabu (01/05). Saat mengambil gambar, Reza tiba-tiba dihalangi aparat yang diduga satuan Tim Prabu Polrestabes Bandung.
“Sebelum kamera diambil juga udah ditendang-tendang. Saya mempertahankan kamera saya. Sambil bilang saya jurnalis,” kata Reza seperti dikutip dari Tribunnews.
Prima Mulia juga mengalami hal yang sama. Hanya saja, Prima tidak mendapat kekerasan fisik dari polisi. Prima mengaku disekap oleh tiga orang polisi. Dia diancam dan foto-fotonya dihapus. Namun, dugaan bahwa pelaku adalah aparat ditampik Ketua Tim III Prabu Polrestabes Bandung Ipda Suyanto.
"Jadi justru saya yang tadi meminta anggota mengembalikan kamera dia (wartawan)," kata Suyanto seperti dikutip dari Detik News.
Wartawan ikut May Day
Intimidasi dan kekerasaan yang masih dialami wartawan ini pula yang membuat pada May Day tahun ini sejumlah organisasi jurnalis yang tergabung di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) menggelar aski demonstrasi di sekitar Monumen Nasional.
Ketua AJI Indonesia Abdul Manan mengatakan, aksi ini bentuk protes kepada pemerintah karena banyak wartawan yang menjadi korban kekerasan.
"Banyak pemukulan terhadap wartawan. 64 kasus kekerasan pada 2018, itu masih tergolong besar. Dan belum lagi kekerasan yang sifatnya non fisik, bullying di media sosial, terutama tahun kemarin," katanya.
Terkait kekerasan yang dialami wartawan saat peringatan Hari Buruh Internasional, Sandiaga Uno yang berada di Bandung, Jawa Barat, turut berkomentar. Menurutnya awak media adalah pilar demokrasi yang harus dilindungi.
"Kita harus pastikan tidak ada kekerasan terhadap wartawan. Kita sangat berharap semua pihak untuk memastikan proses mengawal dan meliput setiap kegiatan itu yang dilindungi sebaiknya," ucap cawapres nomor urut 02 itu sambil menambahkan, "Kalau ada kekerasan kepada wartawan apapun dalam aksi May harus dikutuk."
Galeri Foto: May Day di Jakarta
Di Jakarta, peringati hari buruh internasional, ribuan pekerja dari berbagai kalangan turun ke jalan, mengepung istana negara.
Foto: picture-alliance/Zumapress/D. Pohan
Pekerja bersatu
Dalam peringatan May Day atau Hari Buruh Internasional yang diperingati tiap tanggal 1 Mei, ribuan pekerja dari berbagai kalangan tumpah ruah di ibukota Jakarta, berdemonstrasi.
Foto: picture-alliance/Zumapress/D. Pohan
Bukan hanya dari Jakarta
Massa yang berdemonstrasi bukan hanya kaum pekerja dari Jakarta, namun juga kota-kota di sekitarnya, seperti dari Bogor, Karawang, Bekasi dan lain-lain.
Foto: picture-alliance/Zumapress/D. Pohan
Jokowi-JK kurang perhatikan nasib buruh?
Dalam salah satu slogan yang dibawa dibawa oleh demonstran, tertulis pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla dianggap gagal mensejahteraan rakyat.
Foto: picture-alliance/Zumapress/D. Pohan
Menyampaikan aspirasi bersama
Bersama-sama mereka menyampaikan berbagai tuntutan kepada pemerintah agar lebih memperhatikan kondisi kaum pekerja.
Foto: picture-alliance/Zumapress/D. Pohan
Tuntutan mereka
Tuntutan utama mereka di antaranya: menolak upah murah, mendesak jaminan sosial yang lebih baik bagi pekerja serta penghapusan outsourcing dan magang yang dianggap telah merugikan kaum pekerja.
Foto: picture-alliance/Zumapress/D. Pohan
Hari libur
Sejak pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), tanggal 1 Mei yang merupakan hari buruh ditetapkan sebagai hari libur. (Ed: ap/yf)