'Harimau Ramah' yang Berkeliaran di Malaysia Akhirnya Mati
23 Juli 2019
Seekor harimau yang sempat menghebohkan sebuah desa di negara bagian Terengganu, Malaysia, karena terlihat sedang berjalan-jalan santai akhirnya mati akibat serangan virus.
Iklan
Dalam sebuah pernyataan, Departemen Satwa dan Taman Nasional Malaysia (Perhilitan) mengatakan pada Selasa (23/07) bahwa harimau itu mati karena terserang virus distemper anjing.
Harimau yang diberi nama Awang Besul itu didapati mengalami cedera di kaki, infeksi mata dan dehidrasi saat ditangkap. Awang kemudian dipindahkan ke Pusat Penyelamatan Satwa Nasional (NWRC) di Sungkai, untuk perawatan intensif dari dokter hewan dan dikarantina.
“Setelah berbagai upaya untuk merawat dan menyelamatkan Awang Besul, dengan penuh duka menginformasikan bahwa pada pukul 5.30 pagi, dokter hewan perhilitan memastikan Awang Besul telah meninggal di NWRC, dan pemeriksaan pascakematian akan segera dilakukan," demikian tulis pernyataan itu.
Bukan ramah, melainkan sakit
Oleh penduduk setempat, Awang Besul sempat dijuluki sebagai harimau yang ramah karena dia tidak menunjukkan tanda-tanda agresif ataupun takut terhadap manusia. Tetapi ternyata ini bukan karena harimau tersebut suka bergaul, namun karena ia sakit.
Departemen mengatakan Awang Besul menunjukkan tanda-tanda neurologi klinis yang tidak biasa bagi seekor harimau, seperti ketidakagresifan dan berjalan pelan dan memutar. Ia juga menderita komplikasi lain seperti kejang dan keluarnya cairan dari hidung.
Perhilitan mengatakan bahwa hasil virologi Awang Besul yang diterima Senin (22/07) membenarkan bahwa harimau muda ini positif mengidap distemper anjing.
Distemper anjing adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang menyerang hewan peliharaan seperti anjing atau satwa liar lainnya, termasuk spesies harimau.
“Jika harimau terkena penyakit ini, ia akan menampilkan perilaku seperti tidak takut pada manusia. Peluang untuk pulih sangat kecil," tulis pernyataan itu.
Meski tidak agresif, harimau ini sempat membuat warga desa ketakutan ketika dia terlihat berkeliaran di sekitar desa. Harimau seberat 130 kg itu ditangkap menggunakan obat penenang pada Jumat (19/07) sore waktu setempat.
ae/hp (malaymail.com, coconuts.co)
Hewan Indonesia dan Asia Yang Kritis Terancam Punah
Daftar Merah IUCN tunjukkan lebih dari 27.000 spesies terancam punah di seluruh dunia. DW mengajak Anda melihat sebagian yang berstatus kritis terancam punah, dalam rangka Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia, 22 Mei.
Foto: picture-alliance/Xinhua/Tang Yun
Orang Utan Sumatera (Pongo Abelii)
Orang utan Sumatra, seperti halnya orang utan Borneo dan Tapanuli diklasifikasikan sebagai kritis terancam punah. Daftar Merah IUCN (International Union for Conservation of Nature) mengklasifikasikan flora dan fauna dalam 7 kategori: tidak mengkhawatirkan, hampir terancam punah, rentan ancaman punah, terancam, kritis terancam punah, punah di alam liar, dan punah.
Trenggiling Sunda adalah salah satu dari 8 spesies trenggiling di seluruh dunia. Ini bisa ditemukan di seluruh kawasan Asia Tenggara. Kedelapan spesies menghadapi ancaman kepunahan mulai dari moderat hingga berat. Trenggiling Sunda dan Cina adalah spesies yang paling terancam, terutama akibat perburuan, penebangan pohon, pembuatan jalan dan manajemen air.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Lisnawati
Gajah Sumatera (Elephas maximus ssp. sumatranus)
Konfrontasi antara gajah dan manusia bisa segera berkembang menjadi mematikan. Ini disebabkan karena kompetisi ruang hidup semakin intensif. Banyak kawasan yang dulu jadi tempat hidup gajah, dibuka untuk perkebunan dan penebangan. Menurut WWF, hampir 70% ruang hidup gajah Sumatra dihancurkan dalam satu generasi saja.
Foto: Getty Images/C.Mahyuddin
Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus)
Cula badak Jawa biasanya lebih pendek dari 25cm, dan lebih kecil dari cula spesies badak lainnya. Rupanya hanya satu populasi badak Jawa hidup di dunia sekarang, yaitu di Taman Nasional Ujung Kulon di ujung Pulau Jawa, Indonesia.
Foto: Colourbox/Jean Vaillancourt
Harimau Sumatra (Panthera tigris ssp. sumatrae)
Spesies harimau ini hidup di Sumatra, dan diklasifikasikan sebagai kritis terancam punah dalam Daftar Merah IUCN sejak 2008. Salah satu ancaman terbesar atas spesies ini adalah hilangnya ruang hidup akibat perluasan perkebunan kelapa sawit.
Foto: Getty Images/AFP/T. Fabi
Harimau Cina Selatan (Panthera Tigris Amoyensis)
Spesies Harimau Cina Selatan ini berukuran tubuh lebih kecil daripada harimau Indocina. Hewan jantan panjangnya sekitar 250-265 cm. Menurut WWF, spesies harimau ini hampir punah di alam liar. Padahal dulu bisa ditemukan di banyak bagian Cina. Diduga, sekitar 60 ekor kini hidup di sejumlah kebun binatang di Cina.
Foto: Getty Images/AFP/A. Joe
Saiga (Saiga tatarica)
Habitat alamiah Saiga adalah daerah sabana dan gurun. Sekarang, sub spesies Saiga Tatarica hanya bisa ditemukan di sejumlah kawasan di Kazakhstan dan Rusia. Peternakan ukuran kecil dan besar adalah ancaman besar bagi keselamatan spesies ini. Demikian halnya dengan pembuatan jalan dan jalur kereta api, tapi juga kekeringan dan perubahan suhu yang ekstrem yang disulut perubahan iklim.
Foto: Imago/blickwinkel
Kuntul Perut Putih (Ardea insignis)
Tempat hidup aslinya adalah kawasan hutan dan daerah padang rumput. Salah satu ancaman terbesar bagi spesies ini adalah pendirian kawasan tinggal dan komersial. Selain itu, perburuan dan penempatan perangkap juga mengancam keselamatan spesies ini. Mereka masih bisa ditemukan di sebagian kawasan Bhutan dan Myanmar.
Foto: Imago/Nature Picture Library/S. Kadur
Unta Baktria Liar (Camelus ferus)
Berlawanan dengan unta Arab yang berpunuk tunggal, unta Baktria memiliki dua punuk. Spesies ini bisa ditemukan di sejumlah bagian Cina utara dan Mongolia selatan. Ancaman terbesar bagi spesies ini adalah pendirian perumahan kawasan komersial, juga peternakan.
Foto: picture alliance/ZUMA Press/Chapman
Sturgeon Rusia (Acipenser gueldenstaedtii)
Spesies ini masih bisa ditemukan di Iran, Kazakhstan dan sebagian negara Eropa Timur. Penggunaan sumber daya biologis, misalnya penangkapan ikan adalah ancaman terbesar bagi spesies ikan ini. Demikian halnya dengan polusi kawasan perairan.
Gibbon atau ungka ini berasal dari kawasan tenggara Cina dan Vietnam utara. Hingga awal 2000 spesies ini diduga telah punah. Namun tahun 2002 populasi kecil ditemukan di Vietnam timur laut. Ancaman terbesar atas spesies ini adalah pembangunan kawasan tinggal dan komersial, perburuan dan pemasangan jebakan. (Ed.: ml/hp)