Usai jalur trem, penemuan 'harta karun' di proyek MRT Jakarta bertambah. Kali ini ada dua temuan baru, yaitu Saluran Air Kuno Batavia dan bagian Struktur Jembatan Glodok yang merupakan Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB).
Iklan
Temuan 'harta karun' di proyek MRT Jakarta terus bertambah. Terkini ada saluran air dan struktur jembatan kuno dari kota tua Batavia ditemukan di beberapa sudut proyek MRT Jakarta.
Beberapa temuan besar banyak terjadi di sekitar kawasan Glodok dan Kota Tua. Dua temuan terakhir pun muncul di sekitar kawasan tersebut, tepatnya di depan bangunan Pantjoran Tea House.
Nyatanya, menurut tim arkeologi dari kontraktor MRT Jakarta Junus Satrio Atmodjo sebetulnya ada ribuan temuan 'harta karun'. Malah banyak di antaranya sudah tidak bisa lagi dianalisis karena hanya berupa pecahan-pecahan saja, misalnya pecahan-pecahan keramik.
"Wah banyak ada ribuan, tapi kecil-kecil, pecahan-pecahan keramik, potongan pipa banyak sekali. Karena kecilnya sampai nggak bisa kita ambil jadi sampel, karena tak bisa kita analisis," ungkap Junus kepada wartawan pada saat meninjau temuan saluran air kuno di proyek MRT Jakarta, Selasa (20/09) kemarin.
Iklan
Saluran air dan jembatan kuno
Dua temuan terakhir cukup besar, yaitu struktur saluran air dan juga jembatan kuno zaman Kota Tua Batavia. Harta karun ini ditemukan pada akhir 2021 dan baru diperkenalkan ke publik kemarin.
Diketahui saluran air kuno yang ditemukan dulunya merupakan sistem pasokan air bersih Kota Batavia alias waterleiding pada abad 18. Saluran itu mengalirkan air bersih melalui kolam air atau waterplaat sampai menuju Kastil Batavia yang sekarang menjadi Area Museum Fatahilah.
Sementara itu, untuk temuan struktur jembatan kuno Glodok diketahui pernah dipakai untuk media penyeberangan kanal Kali Besar yang sekarang menjadi Jl. Pancoran dan Jl. Pinangsia Raya. Hal ini diketahui berdasarkan peta lama Batavia.
Koleksi Artefak Indonesia di Köln, Jerman
Museum Rautenstrauch-Joest merupakan salah satu museum antropologi terlengkap di Jerman. Di dalamnya, banyak ditemukan koleksi barang-barang yang berasal dari Indonesia.
Foto: DW/Joshua A. Ambagau
Alang Tana Toraja
Lumbung padi dari Tana Toraja (Alang) menjadi daya tarik utama yang dipajang di bagian tengah museum. Atapnya yang berbentuk perahu berfungsi sebagai pengingat bahwa leluhur orang Toraja datang ke Sulawesi menggunakan perahu. Dibuat dari kayu dan bambu, Alang ini diperkirakan sudah ada sejak tahun 1930-an lalu dibeli oleh museum pada tahun 1980-an.
Foto: DW/Joshua A. Ambagau
Dewa Langit "Lamiaha"
Simbol dewa langit "Lamiaha" dulu berdiri pada sebuah altar batu yang menyimbolkan dewi bumi, penggambaran persatuan suci antara kedua kekuatan kosmis. Patung dewa yang tebuat dari kayu ini berasal dari Desa Emroin di Kepulauan Babar, Maluku Barat dan didapatkan oleh Etnolog Jerman Wilhem Müller pada tahun 1913.
Foto: DW/Joshua A. Ambagau
Patung Lembu dalam Prosesi Ngaben
Dalam upacara Ngaben, jasad biasanya ditempatkan dalam patung lembu untuk dibakar. Patung Lembu biasanya menandakan seseorang yang memiliki kasta tinggi dalam kepercayaan setempat. Patung ini dibuat khusus untuk pameran permanen di bagian upacara kematian, penguburan & penghormatan yang ada di museum.
Foto: DW/Joshua A. Ambagau
Ansambel Gamelan
Di bagian depan museum, terdapat koleksi gamelan yang cukup lengkap, yang didapatkan dari seorang pedagang seni di London pada tahun 1997. Pengunjung bahkan dapat ikut kelas gamelan yang diselenggarakan tiap minggu di museum ini.
Foto: DW/Joshua A. Ambagau
Perhiasan dari Pantai Sumatera
Perhiasan sepanjang lebih dari satu meter ini berasal dari daerah pantai Sumatera bagian barat daya. Digunakan sebagai penutup wajah perempuan bangsawan saat upacara pernikahannya. Museum mendapatkan koleksi ini pada tahun 2017.
Foto: DW/Joshua A. Ambagau
Barong dan Rangda
Barong dan Rangda merupakan dua figur utama simbol kebaikan dan kejahatan dalam mitologi Bali. Barong merupakan pemimpin pasukan kebaikan yang bertempur melawan ratu iblis, Rangda. Kedua benda ini dibuat khusus untuk pameran permanen bertemakan arwah & dunia akhirat museum, tanpa menyinggung adat setempat.
Foto: DW/Joshua A. Ambagau
Rumah untuk Lelaki Bujang
Bagian utama rumah Jew milik suku Asmat di Papua terbuat dari kayu dan bambu dilengkapi dengan ukiran berbentuk manusia pada batang-batang kayu yang ada. Rumah adat Jew terbilang unik, karena diperuntukkan kepada para lelaki yang belum menikah. Rumah ini dibawa dari Papua pada tahun 1993 dan disusun kembali di Köln, Jerman.
Foto: DW/Joshua A. Ambagau
Pakaian Adat Kepulauan Tanimbar
Pakaian bukan hanya kain yang menutupi tubuh, tapi juga sebagai penunjuk status sosial pemakainya. Hal ini ditemukan hampir di tiap budaya, termasuk bagi pakaian tradisional dari suku Nias. Koleksi ini didapatkan juga dari Wilhem Müller pada awal abad ke-20.
Foto: DW/Joshua A. Ambagau
Arca Kepala Buddha Candi Borobudur
Arca Kepala Buddha ini diperkirakan berasal dari Candi Borobudur dan merupakan salah satu dari 248 arca kepala yang hilang di candi peninggalan dinasti Syailendra dari abad ke-8. Arca ini dibeli dari suatu koleksi seni di Paris pada tahun 1944.
Foto: DW/Joshua A. Ambagau
Sesajen Hu-rainna Hu-tualinna
Hu-rainna Hu-tualinna adalah sosok leluhur pendiri keluarga Halupnu yang melambangkan kesuburan dan prinsip feminim di Pulau Leti, Maluku Barat. Garis keturunan di sana adalah matrilineal, yaitu berasal dari pihak ibu. Penduduk desa Luhuleli biasanya melakukan upacara pengorbanan di altar tengah desa. (ja/ha)
Foto: DW/Joshua A. Ambagau
10 foto1 | 10
Jaringan trem zaman Hindia Belanda
Dalam catatan detikcom, sebelumnya harta karun sudah sering ditemukan juga di MRT Jakarta. Temuan yang pernah menghebohkan adalah temuan jaringan rel moda transportasi trem yang pernah wira-wiri di Jakarta sejak zaman kependudukan Hindia Belanda.
Temuan ini muncul di sekitar pertengahan 2021, jaringan trem yang ditemukan cukup panjang, sekitar 400-an meter yang melintang dari kawasan Glodok menuju Museum Bank Mandiri di kawasan Kota Tua.
Jaringan trem kuno ini muncul tak lama setelah sejumlah artefak ditemukan juga di area pembangunan MRT Jakarta. Artefak-artefak ini ditemukan sejak akhir 2020 dan baru dipamerkan pada bulan Mei yang lalu. Beragam benda bersejarah itu diperkirakan berasal dari abad 18-20 Masehi.
Diketahui, ada 25 objek yang diduga merupakan benda bersejarah maupun cagar budaya yang telah ditemukan. Beragam artefak itu pun kini dipajang di ruang galeri 'visitor center' yang telah dibangun oleh pihak MRT Jakarta.
Sejumlah artefak atau bangunan bersejarah tersebut ditemukan di 14 titik penggalian yang berada di kawasan pembangunan MRT Fase 2A mulai dari kawasan bawah tanah Jalan MH Thamrin serta sebagian Jalan Medan Merdeka Barat.
Ada berbagai artefak yang ditemukan di area pembangunan MRT Jakarta Fase 2A tersebut, mulai dari fragmen keramik Cina, peluru, botol tembikar, gigi bovidae atau hewan pemamah biak seperti kerbau dan bison, hingga fragmen keramik Eropa. (ha)