1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialJerman

Harumkan Indonesia di Jerman Lewat Biji Kopi

Dwi Nicken Tari | Yehezkiel Juan Johar
11 Agustus 2023

"Orang Jerman memiliki penilaian buruk terhadap kopi dari Indonesia." Untuk memperbaiki hal itu, Andru Thifaldy bersama empat orang temannya mendirikan toko kopi Meramanis yang menawarkan biji kopi Indonesia berkualitas.

Andru Thifaldy founder Kafe Meramanis di kota Köln
Andru Thifaldy founder dan manajer Kafe Meramanis di kota Köln, JermanFoto: privat

Semerbak aroma kopi arabika khas Indonesia tercium ketika berjalan ke Krefelder Straße dari stasiun Hansaring di kota Köln, Jerman. Tak jauh dari persimpangan, memang ada sebuah toko kopi Indonesia. Dindingnya dicat merah di antara kaca-kaca besar, seperti namanya Meramanis. 

Di dalam toko, terlihat dua orang anak muda tengah asyik meramu kopi di balik meja barista. Salah seorang dari mereka adalah Andru Thifaldy yang mendirikan Kafe Meramanis tersebut. Di sela-sela kesibukannya meramu es kopi gula aren, Andru bercerita niat awal mendirikan coffee shop ini adalah karena kesulitan mencari biji kopi Indonesia di Jerman. Padahal Indonesia itu terkenal sebagai produsen kopi terbesar di dunia.

Awalnya dari keresahan sih, mengapa kopi Indonesia itu enggak ada di Jerman. Kenapa enggak terdengar namanya. Mungkin kopinya ada, mungkin hanya sebagai blend [campuran], dicampur sama biji kopi lain yang akhirnya nama Indonesianya ketutup,” kata Andru. 

Dipicu citra buruk kopi Indonesia

Sebelum benar-benar membawa kopi Indonesia ke Jerman, Andru bersama dua orang temannya yaitu Kissia dan Randit terlebih dahulu melakukan riset pasar. Dari riset yang mereka lakukan, mereka mendapat fakta bahwa citra kopi Indonesia di Jerman ternyata kurang baik. Itu sebabnya, kopi Indonesia sangat sulit ditemukan di jual di toko-toko di Jerman.

Andru yang kelahiran Bekasi 20 Desember 1999 ini dan sedang melanjutkan studi di Jerman mengungkapkan, pamor kopi Indonesia di Jerman kalah dari kopi yang sudah tenar duluan, seperti misalnya dari Kolombia, Brazil, maupun Ethiopia. Ketika saat awal mengimpor kopi Indonesia, dia mengaku kewalahan mencari pembeli. Selain karena rasa kopi Indonesia yang dicap kurang baik di Jerman, juga karena harganya relatif lebih mahal dibanding kopi dari tiga negara tadi.

"Tidak mudah untuk meyakinkan perusahaan penyangrai kopi atau coffee roastery Jerman supaya mau mengambil biji kopi Indonesia," lanjut Andru. Namun, asa tak boleh putus. Perusahaan yang dapat mengimpor biji kopi langsung dari Indonesia yaitu Kissia UG sudah terlanjur didirikan. Bisnis harus tetap berjalan.

Andru mengatakan, perlu banyak investasi waktu dan usaha untuk memperbaiki pandangan buruk orang Jerman terhadap kopi Indonesia tersebut. Pada satu kesempatan, kopi Indonesia diberikan cuma-cuma sebagai sample dan di kesempatan yang lain dengan mengikuti acara-acara khusus kopi di Jerman.

Pergerakan yang dilakukan Andru dan rekannya pun terdengar oleh perwakilan pemerintah Indonesia di Jerman. Andru mengungkapkan, Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Frankfurt dan Hamburg turut membantu dengan melibatkan Kissia UG ke dalam berbagai kegiatannya, sehingga mereka dapat mempromosikan kopi Indonesia di sana. Andru mangatakan, ketika banyak kekuatan bersama-sama berjuang untuk mencapai tujuan yang sama, perjuangan pun menjadi terasa lebih ringan.  

Selain bersama Pemerintah Indonesia, Andru mengungkapkan juga ada beberapa event yang diikuti secara mandiri untuk masuk ke dalam lingkungan kopi di Jerman. “Kalau orang (Jerman) udah nyobain (kopi Indonesia), sebenarnya mereka suka kopi Indonesia. Kopi Indonesia enggak kalah dengan kopi Kolombia, Brazil, dan Ethiopia,” kata Andru. 

Bertemu barista beken asal Indonesia

Di tengah upaya menjajakan kopi Indonesia ke coffee roastery di Jerman, tiga sekawan tadi bertemu dengan Farhan di salah satu coffee shop di kota Düsseldorf. “Ternyata Farhan ini ahli kopi!” ujar Andru berseri-seri. 

Andru sendiri mengakui pada saat-saat itu dirinya tidak terlalu mengerti tentang kopi. Minum kopi hanya sekadar minum, ujarnya, bukan karena memang menikmati. Memang sedikit berbeda dibandingkan Kissia dan Randit yang meminum sambil menikmati kopi. Bertemu dengan Farhan menjadi pembuka mata bagi mereka untuk lebih mengerti tentang produk kopi yang sedang mereka komersilkan.

Tak hanya itu, lewat Farhan juga ekspose Kissia UG ke lingkungan pengusaha kopi di Jerman kian meluas. Ditambah lagi, Farhan juga sempat mengikuti kompetisi brewing kopi nasional Jerman (Deutscher Brewers Cup) di Nurnberg dan memenangkan peringkat 4. Dari event tersebut, nama Farhan menjadi lebih dikenal dan koneksi pun bertambah.  

Mendapat peringkat 4 se-Jerman membuat Farhan semakin diperhitungkan. Karenanya, Farhan mendapat undangan untuk mewakili Pemerintah Jawa Barat di pameran bergengsi World of Coffee di Milan, Italia. 

Kafe Meramanis tawarkan pengalaman minum kopi sambil bersosialisasi dan berdiskusiFoto: privat

Dengan Farhan, biji kopi yang diimpor melalui Kissia UG kini mendapat banyak calon konsumen. Walaupun orang Jerman mulai banyak yang mengakui rasa kopi Indonesia tidak seburuk prasangka selama ini, tetap masih banyak coffee roastery di Jerman yang enggan mengambil biji kopi Indonesia. Kali ini, alasannya dari sisi harga yang kurang bersaing, alias relatif lebih mahal dibanding jenis kopi lainnya.

Memutuskan buka kafe di Köln

Mellihat kondisi itu, lanjut Andru, terbit ide untuk membuka coffee roastery sendiri dan membuka coffee shop sendiri untuk lebih memperkuat posisi kopi Indonesia di Jerman. “Kalau misalkan kami dapat penawaran bagus, boleh nih buka coffee shop sekalian. Tapi waktu itu kami mikirnya baru buka coffee shop itu 2023, bukannya 2022,” terang Andru. 

Sembari melakukan proses membuka toko yang kemudian menjadi Kafe Meramanis, Andru dkk juga belajar intensif tentang kopi. Dari pelatihan yang berlangsung selama hampir sebulan itu, mereka harus dapat membedakan aroma dan rasa dari berbagai jenis kopi. Lagi-lagi, tidak mudah, karena setiap jenis biji kopi memiliki kekhasannya masing-masing dan untuk orang awam seperti Andru tentu sulit untuk membedakannya.

"Tidak semuanya berjalan manis semanis kopi Meramanis", ujarnya berseloroh. Di tengah-tengah persiapan membuka coffee shop, Farhan menyampaikan berita mengejutkan bahwa dia akan kembali ke Indonesia. Pembagian tugas pun menjadi jawaban agar pembukaan Kafe Meramanis tidak batal. Pengaturan posisi pun dirancang, dengan Andru dan Randit difokuskan ke menyangrai kopi sementara Kissia dan Nosky lebih mendalami untuk menjadi barista. 

Jadi kami sambil renovasi toko, sambil ikut exhibition juga koar-koar bakal buka toko kopi Indonesia di Köln. Waktu itu kami ikut Frankfurt Coffee Festival dan kopi Indonesia dapat pujian di sana. Itu menjadi market validation buat kami,” ujar Andru. 

Dengan perasaan was-was, akhirnya pada Oktober 2022 resmi berdiri Kafe Meramanis. Diberi nama Meramanis karena air kopi yang dihasilkan berwarna merah gelap dan rasanya manis. Andru mengatakan, pada awal pembukaan toko memang kebanyakan pelanggan yang datang berasal dari komunitas orang Indonesia. Namun, lama-kelamaan konsumen orang Jerman juga banyak yang mampir dan bahkan menjadi pelanggan tetap. 

Kondisi krisis pada akhir tahun lalu sebagai dampak pandemi Covid dan perang di Ukraina juga tidak terlalu mengganggu jalannya bisnis. Menurut Andru, membuka bisnis ketika krisis berarti sudah siap dengan kondisi terburuk. Setidaknya, posisi Meramanis kala itu lebih baik dibandingkan ketika membuka bisnis di konsisi normal dan saat terjadi krisis menjadi kaget.  

Karena sudah dibuat kesepakatannya, kami tetap jalan dan proses meyakinkan orang-orang Jerman berjalan lebih mulus dari yang kami duga. Dan ada efek manisnya, pas kami buka mulai banyak roastery-roastery kopi di sini yang ambil kopi Indonesia,” kata Andru bangga. 

Membeli biji kopi langsung dari petani di Indonesia

Adapun, biji kopi yang diimpor oleh Kafe Meramanis ini diambil langsung dari petani. Sekembalinya Farhan di Indonesia, aktivitas mencari biji kopi diserahkan kepadanya. Satu-per-satu kebun didatangi dan biji kopi diteliti. Selain datang langsung, juga ada petani kopi yang langsung menghubungi lebih dulu. 

Setiap Desember, saya sama Mas Randit selalu balik ke Indonesia. Sekalian liburan sekalian ke kebun kopi, kami tasting untuk dibawa ke Jerman,” kata Andru. 

Saat ini, kopi-kopi yang ditawarkan di Kafe Meramanis berasal dari berbagai daerah di Indonesia seperti dari Flores (Uwu dan Manggarai), Bali (Kintamani), Jawa Timur (Ijen dan Bondowoso), Jawa Tengah (Gunung Telomoyo dan Temanggung), Jawa Barat (Papandayan dan Ciwidey), dan Sumatera (Kerinci, Simalungun, Bener Meriah, dan Takengon). 

Andru dan Farhan ketika mengunjungi perkebunan kopi di IndonesiaFoto: privat

Pengiriman besar dilakukan dua kali dalam setahun sesuai dengan masa panen kopi. Untuk 2023, Andru mengatakan target pengiriman mencapai 2 ton atau naik 400% dari pengiriman tahun sebelumnya sebesar 400 kilogram. Jumlah pengiriman yang meningkat pesat ini juga menjadi tolok ukur bagi Andru bahwa tujuan untuk memperbaiki pandangan orang Jerman terhadap kopi Indonesia bisa tercapai. Perlahan tapi pasti.

Manajemen waktu dan disiplin kunci sukses

Menjalani aktivitas padat di negeri orang memang tidak mudah. Saat ini, Andru masih melanjutkan studi sarjananya di jurusan software engineering di Universität Duisburg-Essen. Seni membagi waktu pun menjadi salah satu hal penting yang dipelajarinya selama tinggal di Jerman dalam 5 tahun terakhir.

Ketika membangun Kafe Meramanis, misalnya, Andru saat itu juga menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia untuk kawasan Duisburg-Essen. Menentukan prioritas dan mengelola waktu sesuai prioritas itu menjadi pilihan terbaik. “Kalau orang biasa kerja 8 jam per hari, saya at least kerjanya 14 jam per hari,” tutur Andru terkekeh.  

Seperti halnya mahasiswa lain yang tengah menempuh pendidikan tinggi, Andru juga terus merancang rencana-rencana untuk masa depan. Satu hal yang pasti, katanya, adalah niat untuk kembali ke Indonesia. Untuk sementara waktu ini, Andru berencana akan belajar lebih banyak lagi dari orang Jerman sebagai bagian dari pengembangan diri. Dia bercerita tinggal di Jerman membuatnya memiliki kemampuan alamiah yang tidak semua orang bisa punya.

"Misalnya kita bisa menjadi orang Indonesia yang punya hospitality dan flexibility, tapi di sisi lain juga bisa menjadi seperti orang Jerman yang tepat waktu, disiplin, dan straightforward,” kata Andru. 

Kissia dan Andru ketika mengikuti pelatihan membedakan aroma dan rasa kopiFoto: privat

Menurut Andru, memberikan perubahan dan dampak positif untuk Negeri Ibu Pertiwi akan selalu membuatnya bahagia baik dengan berada di Jerman maupun di Indonesia. Saat ini, upaya itu dilakukannya bersama teman-teman di Kafe Meramanis yaitu dengan mempromosikan kopi Indonesia sambil memperbaiki pandangan buruk terhadap biji kopi Indonesia di Jerman dan Eropa.

"Walau tetap ada yang dapat saya lakukan di Jerman dalam ikut memberikan perubahan pada Indonesia, saya merasa akan lebih banyak dan besar dampak yang dapat saya timbulkan jika saya menetap di Indonesia," kata Andru.

Dalam kesempatan berbeda, beberapa mahasiswa Indonesia yang datang ke Kafe Meramanis menyampaikan tidak hanya pengalaman minum kopi yang mereka dapatkan di sana. Dany Khairyhaq, mahasiswa TH Köln, mengatakan dia juga dapat bertukar pikiran dengan para pendiri Kafe Meramanis termasuk Andru mengenai kopi maupun tentang cara berbisnis di Jerman. 

"Ternyata gak semudah kelihatannya [berbisnis di Jerman]. Selain bisa berdiskusi, saya juga jadi lebih mengerti tentang kopi Indonesia dan cara membuatnya," ujar Dany.

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait