271108 EU Irakische Flüchtlinge
27 November 2008Bagi sekitar 75 ribu dari dua juta pengungsi asal Irak, tak ada harapan untuk kembali ke tanah air. Sebagai sebagai penganut agama minoritas, mereka dikejar-kejar dan terancam keselamatannya.
Hal ini sudah diperkirakan organisasi pengungsi serta gereja sejak awal tahun. Banyak umat kristen Irak yang mendaftarkan diri pada badan PBB Urusan pengungsi, UNHCR, berharap mendapatkan masa depan yang lebih baik di negara ketiga.
Dalam soal peristilahan, pemukiman untuk waktu lama di luar tempat asal disebut 'Resettlement‘ . Tema ini dibicarakan dengan Komisaris UNHCR António Guterres September lalu dalam konferensi di Paris. Demikian dikatakan menteri Dalam Negeri Jerman Wolfgang Schäuble pada pertemuan dengan para menteri dalam negeri, dari 16 negara bagian Jerman.
Schäuble mengatakan, "Jika Eropa ikut dalam aksi resettlement sampai angka 10 ribu, itu akan sangat membantu dan Komisaris UNHCR akan sangat berterimakasih. Kita bisa membayangkan bahwa kita akan menerima sampai 25% dari jumlah itu. Angka itu sudah lebih dari perbandingan jumlah rakyat Jerman di Eropa."
Pemerintah negara bagian berwenang menerima pengungsi dan ikut menentukan masa depan mereka. Secara prinsip ke-16 negara bagian Jerman siap menerima pengungsi Irak.
Namun Menteri Dalam Negeri Hessen Volker Bouffier mengingatkan untuk memikirkan masak-masak masalah pemindahan tempat tinggal itu.
Bouffier mengatakan, "Resettlement berarti, kita menerima orang yang kemudian akan tinggal di sini. Dengan berlipatgandanya penderitaan di dunia ini, kita harus mempertanyakan, apakah cara ini berlaku bagi merekea hari ini? Lalu besok, bagaimana dengan yang berikutnya?"
Jika sampai pada masalah penerimaan pengungsi Irak, bayangan Menteri Negara bagian Hessen singgah ke tempat penampungan peralihan di Friedland.
Setelah tahun 1945, di tempat itu ditampung sementara pengungsi dari bekas wilayah timur Jerman dan tawanan perang yang lambat kembali ke negara asalnya. Belakangan, tempat itu juga menampung manusia perahu, sebutan bagi pengungsi Vietnam.
Di Friedland, para pengungsi Irak dapat melakukan kontak pertama dengan bahasa dan budaya Jerman, demikian harapan Menteri Dalam Negeri Bouffier.
Ia mengatakan, "Kita kan tidak bisa menempatkan mereka di sembarang kota atau desa sambil berpesan 'semoga bahagia'. Orang-orang ini tidak bisa bahasa Jerman, kebanyakan mengalami trauma dan mungkin juga menderita sakit. Kita ingin melakukan aksi kemanusiaan. Dan jika mereka harus tinggal di sini untuk waktu lama, kita harus menyiapkannya secara layak."
Keputusan apapun yang diambil dalam pertemuan para menteri dalam negeri negara bagian itu, pengungsi Irak tetap berdatangan ke Jerman. Pada paruh pertama tahun 2008, Jerman menerima 3500 permohonan suaka. Hampir sepertiganya berasal dari Irak. (rp)