Hary Tanoe Siap Jadi Penengah Hubungan Indonesia-AS
3 Februari 2017
Hary Tanoesoedibjo, mitra bisnis Trump Organization di Indonesia, menyatakan siap membantu memperkuat hubungan Indonesia-AS.
Iklan
Hary Tanoesoedibjo, yang lebih dikenal dengan nama pendeknya Hary Tanoe, hari Jumat (3/2) mengatakan dia siap membantu memperkuat hubungan antara Indonesia dan Amerika Serikat, di tengah kritik internasional terhadap kebijakan larangan perjalanan ke AS yang dikeluarkan Presiden Donald Trump terhadap tujuh negara berpenduduk mayoritas Islam.
Indonesia, yang secara tradisional dekat dengan Amerika Serikat, akhir minggu lalu menyatakan "sangat menyesalkan" larangan perjalanan ke AS yang diperintahkan Trump. Kementerian Luar Negeri Indonesia menyebutkan, kebijakan itu bisa menganggu perang global melawan terorisme.
Indonesia bukan merupakan salah satu negara yang jadi sasaran kebijakan Trump. Larangan berkunjung ke AS diberlakukan untuk 90 hari kepada warganegara Iran, Irak, Libya, Somalia, Sudan, Suriah dan Yaman.
Pengusaha Hary Tanoesoedibjo, yang sedang membangun dua resor mewah di Indonesia dan bermitra dengan perusahaan milik Trump, mengatakan dia punya kemungkinan membantu mempererat hubungan dengan Amerika Serikat.
"Hubungan saya dengan Trump adalah hubungan bisnis," kata Hary Tanoe, yang bulan lalu menghadiri pelantikan Presiden AS di Washington bulan lalu. "Saya kenal dia dan punya hubungan dengan dia. Jika diperlukan, saya akan membantu," kata dia.
Kebijakan-kebijakan baru Trump yang kontroversial memang berpotensi menghambat hubungan bilateral Indonesia-AS, jika protes anti Amerika makin menguat. Popularitas Trump di Indonesia jauh di bawah pendahulunya, Barack Obama, yang punya kedekatan khusus dengan Indonesia dan dielu-elukan kedatangannya.
Hary Tanoe yang mengepalai MNC Group dan bergerak di beberapa sektor bisnis, mulai dari media sampai properti, baru-baru ini mengatakan dia juga ingin mengikuti jejak Trump dan bisa mencalonkan diri dalam pemiihan presiden di Indonesia tahun 2019.
Namun di AS, publik juga menyuarakan kekhawatiran, bahwa bisa terjadi konflik kepentingan jika pebisnis besar seperti Donald Trump terjun ke politik.
Aksi Women’s March di Berbagai Penjuru Dunia
Aksi Women’s March di Washington meninggalkan jejak. Ratusan aksi serupa digelar di seluruh dunia, menentang sikap Presiden Amerika Donald Trump yang kerap rendahkan hak-hak perempuan dan kaum minoritas.
Foto: picture-alliance/dpa/ZUMA WIRE/El Universal
Kerumunan massa untuk hak-hak perempuan
Ratusan ribu orang turun ke jalan di Washington, DC. Penyelenggara pawai mengatakan bahwa aksi protes itu tidak hanya untuk menunjukkan penentangan atas disahkannya Presiden AS Donald Trump, namun juga seruan agar hak-hak perempuan dan minoritas lainnya dihormati.
Foto: DW / F. Kroker
Solidaritas
Pengunjuk rasa di Brasil saling bergandengan tangan di ibukota Brasil, Brasilia. Lebih dari 600 peristiwa solidaritas serupa diadakan di seluruh dunia, di setiap benua termasuk Antartika, di mana sekelompok ilmuwan mengadakan demonstrasi kecil di kapal penelitian.
Foto: Reuters/A. Machado
'Pussy hats'
Sebuah keluarga yang ikut serta dalam pawai di Frankfurt mengenakan "Pussy Hats", sebagian juga dikenakan demonstran di lokasi-lokasi lainnya. Topi itu ditujukan sebagai protes atas komentar misoginis Presiden Trump yang dikatakannya pada tahun 2005, "Grab her by the pussy". Isu itu jadi sorotan selama kampanye pemilu.
Foto: DW/M. Bierbach
'Membangun kebaikan, bukan tembok‘
Banyak slogan dalam protes berkaitan dengan janji Presiden Trump untuk membangun dinding di perbatasan antara AS dan Meksiko. Dalam aksi protes di ibukota Kenya, Nairobi, pendukung menuntut kesetaraan dan toleransi.
Foto: Reuters/T. Mukoya
Paris melawan patriarki
Setidaknya 2.000 orang ambil bagian dalam pawai di Paris. Banyak demonstran di seluruh Eropa mengatakan mereka tidak hanya memprotes Trump, tapi juga memprotes kebangkitan sayap kanan di seluruh benua, termasuk jelang pemilu Perancis pada bulan Maret.
Foto: Reuters/J. Naegelen
Jumlah pendemo lebih tinggi dari pelantikan
Banyak yang memperkirakan rendahnya jumlah yang hadir di pelantikan Presiden Trump. Di media sosial beredar gambar-gambar kereta bawah tanah yang kosong di Washington pada hari pelantikan, namun para pejabat transportasi di ibukota AS mengatakan hari Sabtu (21/01) adalah hari kelima tersibuk dalam sejarah kereta bawah di kota itu.
Foto: DW/D. Raish
Protes terbesar dalam sejarah AS
Jantung Manhattan dibanjiri demonstran Sabtu (21/01) sore. Aksi demonstrasi akbar juga terjadi di kota-kota besar di Amerika Serikat lainnya. Kaum akademisi sebelumnya sudah memprediksi bahwa akan terjadi aksi protes terbesar dalam sejarah negara itu.
Foto: Reuters/S. Keith
Meksiko bergerak
Aktivis di Mexico City berbaris menuju kedutaan AS. Salah satu dari banyak pernyataan kampanye Donald Trump yang memicu kontroversi adalah tuduhan bahwa banyak imigran Meksiko yang masuk ke Amerika Serikat adalah penjahat.