1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemilu Eropa: Masyarakat Migran Merasa Khawatir

11 Juni 2024

Di Prancis, partai ultra kanan menang besar dengan tokoh utamanya, Marine Le Pen. Di Jerman, AfD menjadi partai kedua terkuat setelah partai konservatif CDU. Apa dampaknya bagi warga berlatar belakang migran?

Aksi menentang ekstremisme kanan menjelang Pemilu Eropa di Jerman
Aksi menentang ekstremisme kanan menjelang Pemilu Eropa di JermanFoto: Jan Woitas/dpa/picture alliance

Setelah partainya kalah pemilu Eropa di Prancis, Presiden Emmanuel Macron mengumumkan pembubaran parlemen. Banyak warga, terutama yang berlatar belakang migran, khawatir tokoh kanan Marine Le Pen bisa membentuk pemerintahan setelah pemilu baru nanti.

Raja Ali Asghar datang ke Paris dari Pakistan 35 tahun lalu dan saat ini memimpin Liga Muslim Pakistan di Perancis. "Imigran yang tinggal di Prancis khawatir dengan masa depan mereka,” katanya kepada DW.

"Partai politik sayap kanan selalu mempunyai pandangan anti-imigran. Di bawah pemerintahan mereka, masalah imigran akan meningkat.” Dia khawatir warga migran akan sulit ketika mencari pekerjaan dan mengakses manfaat sosial. "Saya pikir, masalah imigran di Eropa akan meningkat dalam beberapa tahun mendatang,” kata Raja Ali Asghar.

Satar Ali Suman, yang mengelola beberapa restoran di Paris dan berimigrasi dari Bangladesh 24 tahun lalu, berpendapat serupa. "Semua orang tahu bahwa partai politik sayap kanan tidak menyukai imigran, terutama Muslim. Imigran di Prancis cemas akan hari-hari mendatang,” katanya kepada DW.

Dukungan bagi Populis Kanan Naik Pesat, Akankah Haluan Politik UE Berubah?

00:59

This browser does not support the video element.

"Orang-orang tahu bahwa AfD adalah partai ekstremis sayap kanan”

Di Jerman, partai ultra kanan Alternative für Deutschland (AfD) membukukan kemenangan besar. Hal ini menjadi perhatian banyak warga - seperti ketua Dewan Pusat Umat Islam di Jerman, Zentralrat der Muslime, Aiman Mazyek: "Ini bukan hanya masalah bagi komunitas migran, tetapi juga bagi demokrasi. Saya pikir sebagian dari partai-partai demokrasi masih belum' Saya tidak bisa memahami yang terakhir ini,” kata Mazyek dalam wawancara dengan DW.

"AfD sudah menjadi partai mayoritas, setidaknya di Jerman Timur – saya tidak ingin lagi mendengar dongeng tentang pemilih protes. Mereka adalah orang-orang yang secara ideologis bersembunyi dan tahu betul, bahwa ini adalah partai ekstremis sayap kanan.”

Eyüp Kalyon, Sekretaris Jenderal Organisasi Islam-Turki DITIB, organisasi payung Muslim terbesar dalam hal jumlah, berbicara kepada DW mengenai keprihatinan mendalam: "Kami harus menyatakan bahwa kelompok pinggiran ekstrim - kanan dan kiri - …mengambil posisi populis dan proteksionis serta meracuni iklim sosial."

"Setiap orang harus berkontribusi”

Pemilu Eropa di kota Köln bertepatan dengan peringatan 20 tahun serangan bom paku di Keupstrasse, yang menyebabkan 22 orang terluka, beberapa di antaranya luka parah. Baru beberapa tahun kemudian, para penyelidik mengaitkannya dengan kelompok teroris ekstremis sayap kanan NSU, yang membunuh sepuluh orang karena motif rasis sebelum dan sesudahnya.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Meral Sahin mengelola toko di Keupstrasse - dan terlibat dalam peringatan tersebut sebagai salah satu ketua kelompok kepentingan Keupstrasse. Setelah pemilu Eropa, dia mengatakan kepada DW: "Sangat menyedihkan melihat seluruh Eropa berkembang ke arah sayap kanan. Apa artinya ini bagi kita semua? Saya rasa tidak banyak orang yang memahami hal itu."

Di Keupstrasse, mereka mencoba melakukan kontribusi mereka, kata Sahin kepada DW dan memperingatkan: "Harus ada lebih banyak lagi. Setiap orang harus melakukan bagian mereka."

Meral Sahin di KölnFoto: Tuncay Yildirim/ DW

"Kekhawatiran kelompok populasi migran tidak terjawab secara memadai," kritik Tahir Della dari Inisiatif Warga Kulit Hitam di Jerman. "Sebaliknya, banyak yang khawatir akan kehilangan pemilih, kehilangan kepercayaan, dan karena itu kehilangan kekuasaan,” kata Della kepada DW. "Ketika gerakan-gerakan ini semakin meningkat dan semakin kuat, tingkat ancaman terhadap orang kulit berwarna, migran, dan pengungsi juga meningkat."

Baru-baru ini, polisi dan organisasi pendampingan korban memperingatkan adanya peningkatan signifikan dalam kejahatan bermotif politik sayap kanan di Jerman, khususnya yang bermotif rasis dan anti-Semit.

(hp/as)