Kota masa depan di bulan masih menjadi sebuah target jangka panjang. Saat ini kalangan periset sibuk menjajaki kemungkinan membangun stasiun penelitian di bulan.
Iklan
Penelitian permukaan bulan akan makin banyak menggunakan robot. Seperti Space Climber atau laba-laba ruang angksa yang dibuat para ilmuwan dari pusat riset Jerman untuk kecerdasan buatan. Sasarannya, robot-robot tetap bisa bergerak secara otonom melintasi medan cukup berat. Dilengkapi lengan penjepit, robot-robot semacam ini akan menuruni kawah dan mengambil sampel tanah dan batuan.
Prof. Frank Kirchner, dari Pusat Peliti Intelejensia Artifisial Jerman DFKI mengatakan: "Kami pasang 25 motor, jadi saya punya empat kali lebih banyak peluang, jika ada kemacetan. Tapi ini juga untung rugi yang harus dikaji ulang. Di satu sisi, mobilitas tinggi tapi di sisi lain bahayanya besar bisa terjadi kerusakan. Dengan sistem semacam ini, kami bisa menjelaskan, seaman apa kita bisa membuatnya."
Di lanskap bulan digital, para ahli mengoptimalkan robot buatannya. Di sini diujicoba : seberapa panjang ukuran kaki, dan harus dipasang dibagian mana pada badan, agar Space Climber bisa melalap hambatan tanpa terguling. Untuk itu dikembangkan program komputer yang bisa belajar mandiri. Mottonya : Apa yang di sini terbukti handal, itu yang akan dibuat.
Robot berbeda dengan manusia. Robot tidak perlu air. Tapi untuk membuat stasiun di bulan, air mutlak diperlukan.
Neil Armstrong - Sang Pionir Bulan
“Ini merupakan satu langkah kecil bagi manusia tapi satu langkah besar bagi kemanusiaan,” dikatakan Armstrong saat menginjakkan kakinya di bulan.
Foto: picture-alliance/dpa
Catat Sejarah
Tanggal 21 Juli 1969 pukul 02:56 UTC, Neil Amstrong menginjakkan kakinya di bulan. Komandan misi Apollo 11 ini menjadi orang pertama yang berjalan di benda angkasa lain. Pendaratan di bulan ini disaksikan sekitar setengah miliar orang di seluruh dunia lewat tayang langsung TV.
Foto: NASA/dapd
"Satu langkah kecil..."
Jejak kaki kiri Amstrong menjadi jejak pertama pada bulan. “Ini merupakan satu langkah kecil bagi manusia tapi satu langkah besar bagi kemanusiaan,” dikatakan Armstrong saat menginjakkan kakinya di bulan.
Foto: Getty Images
Komandan Misi
Ketiga astronot anggota misi Apollo 11 sebelum diberangkatkan ke angkasa pada tahun 1969. Neil Armstrong (kiri), yang merupakan pemimpin misi dan yang pertma menginjakkan kaki di bulan, namanya lebih terkenal di dunia dibanding kedua rekannya, Michael Collins (tengah) dan Edwin “Buzz“ Aldrin.
Foto: picture-alliance/dpa
Hidup bagi penerbangan dan angkasa
Armstrong dilahirkan pada 5 Agustus 1930 di Wapakoneta, Ohio. Pertama kali terbang pada usia enam tahun dan umur 16 tahun mendapatkan izin terbang. Pada Perang Korea ia bertugas sebagai pilot pesawat tempur. Tahun 1962, Armstrong diterima NASA sebagai astronot. Ia terbang ke angkasa untuk pertama kali pada 1966 dalam misi Gemini dan tahun 1969 ia tiba di bulan.
Foto: picture-alliance/dpa
Pahlawan sederhana
Armstrong sebenarnya tidak pernah ingin menjadi pusat perhatian. Setelah meninggalkan NASA, antara tahun 1971 dan 1979 ia menjadi profesor aeronautika dan teknik dirgantara di University of Cincinnati. Ia menjauhkan diri dari publisitas. Tahun 2005, dalam satu dari sedikit pernyataan di depan publik, Armstrong mengatakan bahwa ia tidak pantas menerima perhatian yang telah diberikan kepadanya.
Foto: dapd
Tidak ada tanda tangan
“Saya tidak dipilih untuk menjadi yang pertama. Saya dipilih untuk menjadi pemimpin penerbangan. Ini membawa saya memiliki peran khusus,” dikatakannya pada tahun 2005. Dikatakannya, ia tidak pernah tertarik pada Ketenaran, perhatian dan pengakuan. Ia bahkan tidak mau memberikan tanda tangan lagi, karena tidak ingin bahwa tanda tangan miliknya dijual dengan harga tnggi.
Foto: picture-alliance/dpa/DW
"Meninggalkan Bumi"
Neil Armstrong meninggal dunia hari Sabtu, 25 Agustus 2012, pada usia 82 tahun. “Dengan sedih kami harus mengatakan bahwa Neil Amstrong telah meninggal setelah operasi jantung,” dikatakan keluarganya.
Foto: dapd
Pahlawan Amerika
Preisiden Amerika Serikat Barack Obama menyatakan sangat sedih dengan kematian Armstrong. “Ketika ia dan krunya pada 1969 lepas landas dengan Apollo 11, ia terbang dengan membawa angan-angan seluruh bangsa.“ Obama menambahkan, “Neil merupakan salah seorang pahlawan besar Amerika – bukan saja pada masanya, tapi sepanjang masa.“
Foto: Getty Images
Permintaan Keluarga
Mungkin untuk selamanya nama Armstrong tidak terpisahkan dari bulan – dan bulan dengannya. Setelah kematiannya, keluarga Armstrong menyampaikan satu permintaan sederhana kepada siapa yang ingin menghormati Armstrong. “Jika Anda nanti keluar pada malam yang cerah dan bulan tersenyum kepada Anda, kenanglah Neil Armstrong dan kedipkanlah mata Anda padanya.“
Foto: picture-alliance/dpa
9 foto1 | 9
Prof. Ralf Jaumann, Pusat Penelitian Ruang Angkasa Jerman DLR menjelaskan: "Kita memiliki semua persyratan bagi eksistensi air di bulan. Ada Hidrogen dari badai matahari, kita punya batuan yang mengandung Oksigen. Hidrogen dan Oksigen bereaksi menjadi air."
Debu kelabu ini berasal dari kawah gunung api di Arizona. Para peneliti dari München memanfaatkannya untuk eksperimen. Komposisi kimia dan ukuran butirannya serupa dengan debu bulan, yang dibawa ke bumi oleh astronot Apollo 14.
Visi mereka: menguraikan unsur yang terkandung dalam debu, misalnya Hidrogen, Oksigen, Nitrogen...juga unsur logam. Caranya didemonstrasikan: Hidrogen dan Oksigen akan dilepaskan jika batuan dipanaskan. Dengan begitu, pada prinsipnya bisa diciptakan air. Tapi alat untuk membuatnya belum eksis.
Matthias Pfeiffer, pakar teknis ruang angkasa Universitas München mengatakan:"Jika saya ingin membuat satu liter air, kita harus memanaskan satu ton meterial debu halus yang sudah disaring. Dari situ kita memperoleh satu kilogram air."
Kendaraan khusus menyerok tumpukan debu bulan. Debu disaring dan diangkut ke dalam reaktor.
Di sana debu dipanaskan, sampai Hidrogen dan Oksigen terurai....juga unsur lainnya.
Gas yang dihasilkan, diolah langsung di reaktor sebelah menjadi aiir, lalu diangkut ke stasiun riset.
Sejauh ini, bulan bagi umat manusia situasinya seperti kutub selatan 100 tahun silam. Tapi diyakini, bulan, seperti juga kutub selatan, akan menarik minat para peneliti yang ambisius.