1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hillary Clinton Mulai Lawatan ke Asia

16 Februari 2009

Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton melakukan lawatan pertamanya ke Asia. Dimulai di Tokyo dan akan berakhir di Beijing. Topik utama bahasan adalah politik mengenai energi dan iklim.

Hillary Clinton berpidato di depan 'Asia Society' di New York.Foto: AP

Baru saja memegang jabatannya, menteri luar negeri baru AS, Hillary Clinton sudah melakukan lawatannya yang pertama ke luar negeri. Tetapi bukan ke Eropa seperti biasanya, melainkan ke Asia. Ini menunjukkan adanya pergeseran bobot di dunia. Negara-negara G-8, tidak lagi memainkan peranan seperti dulu. Hal itu nyata jelas pada pertemuan G-20 bulan November lalu di Washington yang diselenggarakan terkait krisis pasar moneter. Negara-negara yang dulu kurang diperhatikan, dalam pertemuan itu tampil dengan penuh rasa percaya diri.

Hillary Clinton menyadari kepekaan Eropa. Walaupun demikian, dalam pertemuan 'Asia Society' di New York sebelum keberangkatannya, dia menyebut Eropa dalam satu kalimat dengan negara-negara berkembang di dunia. Dikatakannya: "Dalam bulan-bulan mendatang, saya akan mengupayakan kerjasama bilateral, global dan regional yang lebih baik, bila saya bertemu dengan para pemimpin di Eropa. Amerika Latin, Timur Tengah dan Afrika. Hal yang sama akan saya lakukan pula dalam pertemuan saya di Tokyo, Jakarta, Seoul dan Beijing."

Program lawatannya selama seminggu sangat luas. Hillary Clinton hendak membahas soal krisis ekonomi dan keuangan, tetapi juga tentang terorisme dan ketidaktergantungan dalam soal energi. Itu hanya beberapa pokok dari semua yang dikemukakannya dalam pertemuan dengan para wakil dunia ekonomi Asia di New York. Tetapi Clinton mengarahkan pandangannya terutama ke Korea Utara. Diingatkannya, bahwa jajaran pemimpin Korea Utara sudah pernah berjanji untuk menghentikan program atomnya. Menurut Clinton: "Bila Korea Utara benar-benar mau menghentikan progam persenjataan nuklirnya dan mengijinkan pemeriksaan, maka pemerintahan Obama bersedia menormalisasi hubungan bilateral. Kemudian, perjanjian gencatan senjata di Korea dapat diganti dengan perjanjian perdamaian berkesinambungan. Pemerintah baru Amerika juga akan membantu rakyat Korea Utara dalam masalah energi dan ekonomi."

Lawatan pertamanya mula-mula membawa Hillary Clinton ke Tokyo, dimana dia akan menanda-tangani perjanjian keamanan dengan pemerintah Jepang. Termasuk di antaranya, penarikan 8.000 tentara Amerika dari Pulau Okinawa untuk dipindahkan ke Guam.

Selain itu di semua negara yang dikunjunginya dia juga akan menyinggung soal perubahan iklim. Negara terakhir yang dikunjunginya adalah Cina. Hillary Clinton optimis bahwa Cina merupakan mitra bicara yang sederajat. Pemerintah baru di Washington tidak hanya akan mengajukan tuntutan, melainkan juga mendengarkan dengan seksama. Kata Clinton selanjutnya: "Kita akan bekerja keras dengan Cina sebagai partner, guna memacu sumber-sumber energi yang bersih dan efisiensi energi yang lebih besar. Kami menginginkan alih teknologi yang dapat dinikmati oleh kedua negara, dan strategi baru yang bermanfaat bagi lingkungan, sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonomi."

'Dengan kekuatan penuh menuju Asia', begitulah kesan yang diperoleh dari pidato Hillary Clinton dalam pertemuan 'Asia Society' di New York. Walaupun terdapat kesan Asia kini diutamakan, tetapi kalangan diplomat Eropa menunjuk pada kesempatan pertama untuk bertemu, yang diberikan Hillary Clinton kepada duta besar Perancis dan Inggris serta menteri luar negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier, sekitar dua minggu sebelum lawatannya ke Asia. (dgl)