Adolf Hitler menerbitkan karya ideologisnya berjudul Mein Kampf pada 18 Juli 1925. Buku itu dianggap sulit dibaca dan kurang orisinal. Namun warisan ideologisnya tetap berbahaya hingga kini.
Foto Adolf HitlerFoto: Leemage / picture-alliance
Iklan
Adolf Hitler "masih hidup"—setidaknya di dunia maya. Siapa pun yang mengetikkan "Hitler” di platform X milik Elon Musk, akan segera disuguhi unggahan terbaru: Foto-foto Hitler, meme, simbol swastika, bahkan slogan "Heil (salam) Hitler”.
Kelompok pendukung antisemitisme, rasisme, penganut teori konspirasi, pendukung antidemokrasi dan pengagum Hitler, terus menyebarkan racun ideologis mereka di manan-mana— di Jerman, Eropa, Amerika Serikat, Amerika Latin, Timur Tengah, hingga India.
Diktator Jerman itu telah "mati" delapan puluh tahun lalu, namun bisnis dengan memakai nama Adof Hitler si pelaku pembantaian massal itu, hingga kini masih tetap menguntungkan. Toko buku antik di seluruh dunia masih menjual edisi lama buku Mein Kampf dengan harga tinggi.
Hitler "Mein Kampf" di Seluruh Dunia
Jerman kelimpungan karena hak cipta untuk buku Adolf Hitler, Mein Kampf, bakal berakhir dan bisa dijual bebas di toko buku. Padahal di negara lain penjualan buku terkutuk itu termasuk lumrah.
Foto: Arben Muka
Tertanda: Hitler
Catatan kebencian Hitler muncul dalam berbagai bentuk - sebagai kado pernikahan atau sebagai bekal buat pegawai negeri baru. Edisi khusus itu biasanya mencakup tanda tangan asli sang penulis dan laku seharga miliaran Rupiah, diburu oleh kolektor dari seluruh dunia.
Foto: picture-alliance/dpa
Edisi Bahasa Arab
Edisi terbitan Arab ini dicetak pada tahun 1950. Uniknya, menurut studi oleh Universitas Bonn, gagasan Hitler tentang nasional sosialisme banyak menemukan gaungnya pada gerakan nasionalisme Arab, termasuk revolusi Mesir yang digagas Gamal Abdul Nasser.
Foto: picture-alliance/dpa/akg-images
"Mon Combat"
Edisi di sebelah kiri dicetak tahun 1939 dalam bahasa Perancis. Uniknya, cetakan tersebut mengandung kutipan Marsekal Hubert Lyautey, pahlawan Perang Dunia I Perancis yang pernah menjabat sebagai menteri perang. Lyautey yang meninggal dunia jauh sebelum Hitler memprovokasi Perang Dunia II, menilai "semua penduduk Perancis harus membaca buku ini."
Foto: picture alliance/Gusman/Leemage /Roby le 14 février 2005.
"Karya Kontemporer"
Hitler sejatinya termasuk figur historis yang paling dibenci di Inggris. Namun begitu penduduk negeri kepulauan itu tidak jengah menerbitkan Mein Kampf setelah berakhirnya Perang Dunia II. Iklan ini misalnya memuji buku Hitler sebagai karya kontemporer yang paling rajin mengisi ruang diskusi.
Foto: picture-alliance/dpa/photoshot
Mein Kampf di Negeri Paman Sam
Tidak ada negara lain yang paling rajin memburu peninggalan Nazi seperti Amerika Serikat. Tidak terkecuali buku Hitler, "Mein Kampf." Biasanya edisi orisinil dilelang dengan harga awal sebesar 35.000 US Dollar atau sekitar 400 juta Rupiah.
Foto: F. J. Brown/AFP/Getty Images
Hitler di Afganistan
Pedagang kaki lima di Kabul, Afghanistan, tidak asing dengan buku Mein Kampf. Mereka bahkan juga menawarkan poster bergambar Adolf Hitler.
Foto: picture-alliance/dpa
Skandal Mein Kampf di Albania
Siapapun yang berpelesiran di ibukota Albania, Tirana, bakal mendapati buku Mein Kampf di toko-toko buku. Penerbitan Mein Kampf dalam bahasa Albania oleh sebuah penerbit kecil sempat mengundang kecaman di dalam negeri.
Foto: Arben Muka
7 foto1 | 7
Edisi bahasa Jerman biasanya dibanderol sekitar 250 Euro, versi bahasa Spanyol berjudul Mi Lucha dipatok seharga lebih dari 300 Euro, dan edisi bahasa Inggris dengan judul My Struggle dijual hingga sekitar 600 dolar AS di beberapa toko daring. Sementara itu, di pasar Mesir dan portal daring India buku itu dapat ditemukan dengan harga jauh lebih murah.
Buku ini sekarang dianggap sebagai karya panduan ideologis, dimana Hitler menguraikan pandangan fanatiknya tentang dunia, antisemitisme brutalnya, dan penghinaan terhadap demokrasi dan keberagaman—dan semua itu dituangkan delapan tahun sebelum ia naik ke tampuk kekuasaan di Jerman pada 1933.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Mein Kampf menjadi semacam kitab panduan ideologi Hitler, di mana ia menuliskan pandangannya yang fanatik tentang dunia, antisemitisme yang kejam, serta penghinaan terhadap demokrasi dan keberagaman. Semua itu dituangkan delapan tahun sebelum ia resmi berkuasa pada 1933.
Dalam bukunya, Hitler mengangkat bangsa Jerman menjadi "ras manusia unggul”. Bahkan jauh sebelum Perang Dunia II pecah, ia sudah bermimpi tentang "Jermanisasi” wilayah Eropa Timur dan pengusiran paksa jutaan orang.
Propaganda Nazi Hitler Lewat Desain, Film dan Fotografi
Acara massal yang diatur rapih untuk foto dan film, Nazi di Jerman sangat sadar pentingnya desain dan estetika gambar. Pameran di Belanda menunjukkan bagaimana mereka menggunakannya untuk mencapai tujuan keji mereka.
Foto: Getty-Images/Time Life Pictures/H. Jaeger
Estetika massa
Pawai besar Partai Nazi 1938 di Nürnberg: Ribuan anggota Liga Pemudi Jerman BDM berdiri dalam formasi mengesankan. Seragam, disiplin, satu komando, itulah pesan yang ingin disampaikan. Sebuah pertunjukkan politik yang dirancang dan diselenggarakan oleh staf komando pemimpin besar mereka, Adolf Hitler.
Foto: Getty-Images/Time Life Pictures/H. Jaeger
Bergerak badan untuk sang Fuehrer
Sutradara perempuan Leni Riefenstahl bertugas mendokumentasikan Olimpiade 1936 di Berlin dengan gambar-gambar epik dan estetis. Lebih dari 40 juru kamera beraksi di bawah arahannya. Film-film Leni Riefenstahl dirancang sebagai penghormatan dan perayaan cita-cita Nazi. Adolf Hitler sangat antusias dengan "sutradara favorit"-nya, Leni Reifenstahl, yang diakui banyak pihak sebagai sutradara handal.
Foto: picture-alliance/dpa/akg-images
Upacara pembukaan Olimpiade Berlin 1936
Ribuan tangan dijulurkan sebagai penghormatan pada Hitler, ketika obor olimpiade menyala. Upacara pembukaan Olimpiade ini begitu memukau penonton, karena menggunakan massa sebagai ornamen dan elemen estetika.
Foto: picture-alliance/akg-images
Pertunjukan kekuasaan
Leni Riefenstahl menamakan film propagandanya tentang pawai besar Partai Nazi di Nürnberg pada tahun 1934 sebagai "Kemenangan Kebulatan Tekad". Film ini dianggap sebagai salah satu karya propaganda yang paling berpengaruh. Militer Jerman ditampilkan kuat, berdisiplin dan penuh pengabdian.
Foto: picture alliance / akg-images
Panggung besar kekuasaan
Hitler adalah pemimpin yang gila dengan kemegahan kekuasaan. Khusus untuk pawai besar Nazi di Nürnberg dibangun anjungan batu yang menjulang tinggi. Seluruh acara menjadi panggung besar untuk penyebaran ideologi Nazi.
Foto: DW / Maksim Nelioubin
Tahanan kamp konsentrasi Nazi juga memakai pangkat dan simbol
Bahkan untuk para tahanan di kamp-kamp konsentrasi, para desainer Nazi mengembangkan simbol-simbol pangkat dan identifikasi. Kegilaan Nazi pada desain dan estetika massa bisa disaksikan di pameran "Design of the Third Reich," yang dipamerkan di Design Museum Den Bosch di Belanda, dari 9 September sampai 19 Januari 2020. (hp/vlz)
Foto: DW / Maksim Nelioubin
6 foto1 | 6
Sejarawan Austria Othmar Plöckinger menjelaskan, inti perjuangan Hitler sudah tersirat dalam judul Mein Kampf: "Yang lebih kuatlah yang akan menang, ras yang lebih unggullah yang akan berkuasa. Bahkan dalam perebutan jabatan, yang menang adalah yang paling kuat kemauannya, paling tanpa belas kasihan, yang berasal dari ras atau kemampuan yang lebih unggul.”
Plöckinger adalah salah satu peneliti terkemuka tentang karya ini. Ia membantu menerbitkan edisi Mein Kampf yang benar-benar memiliki wawasan. Ini edisi yang sudah diedit ulang, yang menelaah secara rinci pikiran dan bahasa Hitler, kata demi kata, dalam 2.000 halaman.
Saat Mein Kampf pertama terbit pada 18 Juli 1925, kehadirannya jauh dari sensasi hebat. Ketika buku ini pertama kali diterbitkan, gaungnya tidak luar biasa. Hitler saat itu adalah seorang pemberontak, yang baru menjalani hukuman penjara lebih dari satu tahun atas tuduhan makar. Gerakan nasional-sosialisnya masih kecil dan nyaris tanpa pengaruh berarti di Jerman maupun Austria — karier politiknya tampak akan segera kandas.
Pasar buku kala itu, dipenuhi oleh banyak tulisan perjuangan nasionalis dan memoar penjara yang lebih dulu beredar. Isi Mein Kampf pun dirasa kurang orisinal, bahkan oleh banyak pengikutnya dianggap mengecewakan.
Sejarawan Othmar Plöckinger mengungkapkan sebuah tulisn dari koran "Deutschen Zeitung", yang membuat Hitler geram. Dalam tulisan itu disitir: di saat kita selama 40 tahun melancarkan perjuangan perlawanan nasionalis, seorang "pemberontak muda” yang sok tahu mengajari orang lain soal gagasan ideologi. Meski begitu, buku itu tetap menjadi "best seller" dan menjadi sukses finansial bagi Hitler.
Auschwitz - Menengok Kekejaman Sebuah Kamp
Kamp konsentrasi Auschwitz berhasil dibebaskan pasukan Soviet, 27 Januari 1945. Sejak tahun 1996, tanggal ini dijadikan sebagai hari peringatan bagi para korban kekejaman Nationalsozialismus (Nazi).
Foto: AP
Pembebasan
75 tahun lalu, Tentara Merah berhasil membebaskan kamp konsentrasi dan kamp pemusnahan Auschwitz-Birkenau. Antara tahun 1940-1945, lebih dari satu juta orang, kebanyakan warga Yahudi, tewas dibunuh di kamp ini. Ketika tentara Soviet membebaskan kamp, mereka hanya menemukan sekitar 7000 orang yang selamat. Tampak dalam foto yang diambil Januari 1945, tiga orang penghuni kamp yang berhasil selamat.
Foto: AP
Hampir Mati Kelaparan
10 hari sebelum Tentara Merah membebaskan kamp ini, Nazi menggiring sekitar 60 ribu tawanan, dengan apa yang disebut Todesmarsch atau Mars Kematian, ke kamp lain. Mereka yang tinggal di kamp adalah para tahanan yang kondisinya telah lemah akibat kelaparan.
Foto: AP
Tahanan Anak
Nazi menahan sekitar 232 ribu anak-anak di Auschwitz-Birkenau. Kebanyak dari mereka adalah anak-anak keturunan Yahudi. Selain itu terdapat juga anak-anak Roma, anak-anak yang dikirim dari Polandia, Rusia dan Ukraina. Saat ini, masih hidup sekitar 300 anak dari 2000 anak yang berhasil diselamatkan 70 tahun lalu.
Foto: AP
Sinisme Nazi
"Arbeit macht frei“ atau terjemahan harfiahnya "Kerja Dapat Membebaskan“, semboyan yang terpampang di depan gerbang utama kamp konsentrasi Auschwitz I. Tahun 2009, plang tulisan asli di gerbang ini telah dicuri, dan diganti dengan satu replika. Plang asli yang berhasil ditemukan kembali kini disimpan di museum.
Foto: AP
Holocaust
Auschwitz-Birkenau merupakan kamp konsentrasi dan kamp pemusnahan terbesar yang dibangun Nazi. Dan kamp ini merupakan satu-satunya yang berhasil dipertahankan kondisinya sesuai dengan kondisi ketika kamp ini dibebaskan tahun 1945 – atau seperti tampak dalam foto yang dibuat tahun 1946.
Foto: AP
Tugu Peringatan Asli
Untuk mempertahankan kamp ini sebagai tugu peringatan, Polandia telah membentuk satu yayasan. Jerman telah menjanjikan 120 juta Euro dana yang dibutuhkan, sehingga pekerjaan pemeliharaan dapat terus dilaksanakan dalam tahun-tahun mendatang. Foto yang diambil tahun 1958 memperlihatkan gudang penyimpanan di balik pagar listrik tegangan tinggi
Foto: AP
Pembunuh
Salah satu dari 116 foto langka para petinggi Nazi di Auschwitz ini diambil pada tahun 1944. Richard Bär, yang sejak Mei 1944 memegang komando tertinggi di Auschwitz, di sebelahnya, Dr. Josef Mengele, komandan di Birkenau, Josef Kramer (tertutup wajahnya), serta mantan komandan Auschwitz Rudolf Höß. Pria paling kanan tidak diketahui identitasnya.
Foto: AP
Fotografer
Wilhelm Brasse berusia 25 tahun ketika tiba sebagai tahanan politik di Auschwitz. Atas perintah SS, ia membuat foto dari sekitar 40 ribu tahanan. Ia pun diharuskan mendokumentasikan eksperimen medis brutal yang dilakukan Dr. Mengele. Akibat trauma, setelah perang berakhir, tidak pernah sekalipun menyentuh kamera lagi. Kisah Brasse diabadikan dalam satu film Polandia berjudul "Potrecista“.
Foto: dpa
Seleksi
Foto dari tahun 1944 yang kini tersimpan di Museum Yad Varshem ini memperlihatkan para perempuan dan anak-anak, yang dipisahkan dari kelompok laki-laki. Mereka sedang menjalani psores ‚penyeleksian, ketika tiba di Auschwitz-Birkenau.
Foto: AP
Kerja Rodi
Mereka yang lolos dari 'seleksi’ diharuskan melakukan kerja yang berat. Tampak dalam foto, para perempuan yang lolos seleksi berdiri dalam antrian untuk menerima perintah kerja.
Foto: AP
Barak Perempuan
Kelaparan dan kedinginan merupakan keseharian yang harus dijalani para perempuan penghuni kamp di Birkenau. Mereka ditempatkan dalam barak terpisah di lokasi kamp.
Foto: dpa
Warisan Holocaust
Di area kamp Auschwitz seluas hampir 200 hektar terdapat 300 barak tahanan. Banyak bagian dari kamp konsentrasi Auschwitz yang sampai sekarang tetap terpelihara keasliannya dan dijadikan sebagai tugu peringatan serta museum kekejaman Holocaust. Museum ini juga dijadikan pusat penelitian Holocaust.
Foto: dpa
Krematorium
Auschwitz-Birkenau memiliki enam kamar gas serta empat krematorium. Rasa kengerian masih dapat dirasakan para pengunjung ketika melihat bekas oven pembakaran jenazah ini. Banyak tahanan dari seluruh Eropa dibunuh pada hari kedatangan mereka dan jenazah mereka dibakar di tempat ini.
Foto: AP
Rencana Pemusnahan
Salinan asli dari rencana pembangunan kamp konsetrasi dan kamp pemusnahan Auschwitz tahun 1941 dan 1942. Salinan asli ini kini disimpan di Museum Holocaust Yad Vaschem di Yerusalem. Dalam salinan ini digambarkan berapa besar dan di mana saja akan dibangun kamar gas dan oven pembakaran korban. Salinan ini ditemukan pada tahun 2008 di sebuah apartemen di Berlin.
Foto: AP
14 foto1 | 14
Pengumuman bencana
Keistimewaan buku ini terletak pada keberaniannya. Berbeda dengan diktator lain, Hitler tidak menyembunyikan ideologinya. Dalam edisi terbit ulang disebutkan: "Dia mengumumkan perang dengan tegas: Perang yang akan datang adalah perang eksistensial, di mana semua pertimbangan kemanusiaan dan estetika harus runtuh menjadi ketiadaan.” Kekuasaan otoriter Hitler sebenarnya sudah diumumkan sejak awal. Namun, kekuasaan itu tidak diraihnya sendiri. Dalam pemilu Reichstag 1933, sebanyak 17.277.180 warga Jerman memilih Hitler dan Partai NAZI, membuka jalan bagi mereka merebut kekuasaan.
Akibatnya adalah perang brutal di Eropa dan Holocaust — pembantaian massal secara sistematis terhadap orang Yahudi yang tidak tertandingi dalam sejarah manusia. Rezim NAZI dan pendukungnya menyerang siapa saja yang dianggap musuh bangsa Jerman dengan kekerasan mengerikan.
Kematian Hitler pada 30 April 1945 dan berakhirnya Perang Dunia II delapan hari kemudian menandai keruntuhan rezimnya. Sejak itu, rakyat Jerman bersumpah: "Nie wieder!" (Jangan terulang lagi).
Apakah sumpah "nie wieder" masih berlaku?
Sejarawan Inggris Lisa Pine menyatakan: "Meskipun telah bersumpah ‘Tidak pernah lagi!' setelah 1945, antisemitisme kembali menunjukkan wajahnya yang buruk.” Pine mengajar di Institute of Historical Research, University of London. "Dan bahasa beracun itu, sayangnya dan memalukan, mengingatkan pada tulisan Hitler dari satu abad lalu,” ujarnya.
Pine memperhatikan, bukan hanya antisemitisme Hitler yang bertahan, tetapi juga sikap antidemokrasi. Karena itu, penting untuk terus mengevaluasi karya Hitler.
"Mahasiswa saya selalu sangat terkejut, bahkan terhenyak, ketika kami menganalisis kutipan dari Mein Kampf. Baru ketika mereka melihat kata-kata itu tertulis jelas, mereka mulai memahami apa yang sedang terjadi dengan Hitler. Itu mencerahkan; dan itu mengajarkan.”
"Tidak Akan Pernah Terulang Lagi" - Monumen tentang Kengerian
Properti warga Yahudi di Jerman disita November 1938, dan ribuan orang diangkut ke kamp konsentrasi. Berbagai monumen di Jerman didirikan sebagai peringatan agar peristiwa itu tidak pernah terulang lagi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Schreiber
Wannsee House (Rumah Wannsee)
Vila di tepi danau Wannsee di Berlin adalah lokasi menentukan dalam perencanaan Holocaust, yaitu pembantaian warga Yahudi di jaman PD II. 15 anggota pemerintahan NAZI dan satuan SS bertemu di sini 20 Januari 1942 untuk merencanakan deportasi dan pembantaian warga Yahudi di seluruh kawasan yang dikuasai Jerman. 1992 villa ini dijadikan tugu peringatan dan museum.
Foto: picture-alliance/dpa
Dachau
Kamp konsentrasi pertama dibuka di Dauchau, tidak jauh dari München. Hanya beberapa pekan setelah Adolf Hitler mulai berkuasa, kamp ini digunakan satuan SS untuk memenjara, menyiksa dan membunuh penentang rezim. Dachau juga jadi prototipe bagi sejumlah kamp yang dibangun setelahnya.
Foto: picture-alliance/dpa
Lahan Tempat Demonstrasi Kekuatan
Nürnberg adalah kota di mana tempat propaganda terbesar partai NAZI dari 1933 sampai dimulainya PD II tahun 1939. Kongres partai tahunan serta demonstrasi yang dihadiri sekitar 200.000 orang diadakan di area seluas 11 km². Sekarang, Gedung Kongres yang tak selesai dibangun ini menjadi pusat dokumentasi dan museum.
Foto: picture-alliance/Daniel Karmann
Bergen-Belsen
Kamp konsentrasi Bergen-Belsen di Niedersachsen awalnya penjara tawanan perang, kemudian menjadi kamp konsentrasi. Tahanan yang terlalu sakit untuk bekerja diangkut ke sini dari kamp konsentrasi lain. Banyak juga yang meninggal akibat penyakit. Dari 50.000 yang tewas di sini, salah satunya Anne Frank, anak perempuan Yahudi yang dikenal karena buku hariannya yang dipublikasikan internasional.
Foto: picture alliance/Klaus Nowottnick
Monumen Perlawanan Warga Jerman terhadap NAZI
Gedung Bendlerblock di Berlin dulunya tempat berkumpul kelompok mililter penentang NAZI. 20 Juli 1944, sekelompok perwira NAZI yang dipimpin Kolonel Claus von Stauffenberg melaksanakan upaya pembunuhan terhadap Hitler, namun gagal. Pemimpin kelompok itu ditembak mati pada hari yang sama di lapangan di tengah gedung Bendlerblock. Sekarang menjadi Pusat Peringatan Perlawanan Jerman terhadap NAZI.
Foto: picture-alliance/dpa
Pusat Eutanasia Hadamar
Dari 1941 orang-orang yang punya kelemahan fisik dan mental dibunuh di rumah sakit Hadamar di Hesse. Karena dinyatakan "tidak diinginkan" oleh Nazi, sekitar 15.000 orang dibunuh dengan suntikan obat mematikan atau dengan gas. Di seluruh Jerman sekitar 70.000 dibunuh sebagai bagian dari program Eutanasia NAZI. Sekarang Hadamar jadi monumen bagi para korban.
Foto: picture-alliance/dpa
Monomen Holocaust
Monumen berdiri di sebelah Gerbang Brandenburg, dan jadi monumen bagi warga Yahudi yang dibantai di Eropa. Monumen diresmikan 60 tahun setelah berakhirnya PD II, tanggal 10 Mei 2005. Karya arsitek Peter Eisenman ini berupa 2.711 kotak beton yang memenuhi lahan luas. Di bawah monumen terhadap pusat informasi, di mana dicantumkan seluruh warga Yahudi korban NAZI, yang diketahui namanya.
Foto: picture-alliance/dpa
Monumen bagi Warga Homoseksual
Tidak jauh dari monumen Holocaust di Berlin, berdiri monumen peringatan bagi ribuan warga homoseksual yang jadi korban NAZI antara 1933 dan 1945. Monumen setinggi empat meter ini diresmikan 27 Mei 2008.
Foto: picture alliance/Markus C. Hurek
Monumen bagi Warga Sinti dan Roma
Di seberang gedung parlemen, Reichstag di Berlin, sebuah taman diresmikan 2012 jadi peringatan bagi 500.000 warga Sinti dan Roma yang dibunuh rezim NAZI. Di tepian sebuah kolam peringatan tercantum puisi berjudul Auschwitz, karya pujangga Roma Santino Spinelli. Puisi ditulis dalam bahasa Inggris, Jerman dan Romani.
Foto: picture-alliance/dpa
Stolpersteine: Batu Sandungan Sebagai Monumen
Tahun 1990-an, seniman Gunther Demnig memulai proyek untuk mengkonfrontasikan orang dengan masa lalu Jerman, tepatnya NAZI. Karyanya berupa sejumlah batu beton yang dilapis kuningan, yang ditempatkan di depan rumah korban NAZI. Pada batu tercantum nama dan tanggal deportasi serta kematiannya, jika diketahui. Lebih dari 45.000 Stolpersteine (batu sandungan) ditempatkan di 18 negara Eropa.
Foto: picture-alliance/dpa
Brown House (Rumah Coklat) di München
Tepat di sebelah Führerhaus (rumah pemimpin), di mana kantor Adolf Hitler dulu berada, terdapat markas besar Partai NAZI, yaitu di gedung bernama Brown House. Bangunan berupa kubus berwarna putih kini berdiri di lokasi itu, dan menjadi Pusat Dokumentasi bagi Sejarah NAZI, diresmikan 30 April 2015. Penulis: Max Zander, Ille Simon (ml/as).
Foto: picture-alliance/dpa/Sven Hoppe
11 foto1 | 11
"Jarak itu mulai runtuh"
Nikolas Lelle dari Yayasan Amadeu-Antonio yang bermarkas di Berlin mencatat kembalinya ideologi ekstrem kanan yang berbahaya. "Jarak itu mulai runtuh,” ujarnya. Di situs peringatan kejahatan NAZI, para siswa dari pedesaan yang melakukan kunjungan, pasti ada yang memakai pakaian berlambang ekstrem kanan, atau kaos dengan slogan serupa. Vandalisme dengan mengecat lambang swastika, kini kembali menjadi pemandangan biasa di Jerman.
Yang paling mengkhawatirkan, kaum muda ekstrem kanan kini semakin siap menggunakan kekerasan. Kekerasan sudah meluas sampai lembaga seperti Yayasan Amadeu Antonio harus meningkatkan pengamanan: "Kita butuh kamera, kita butuh pintu tahan peluru, kita butuh pengawal yang bisa melindungi dengan kekerasan jika perlu. Kami bahkan berdiskusi soal pengamanan polisi dan keamanan pribadi. Suasana di acara kami kini sangat keras. Nyaris tidak ada acara soal antisemitisme tanpa sistem keamanan,” tegas Lelle.
Iklan
Titik nyala di media sosial
Hampir seratus tahun setelah Hitler menerbitkan buku agitasinya Mein Kampf, banyak tabu terkait perilaku kebencian yang tidak manusiawi itu, kembali meluruh. Sejarawan Matthew Feldmann dari Universitas Teesside mencatat, hilangnya tabu ekstrem kanan baik secara sosial maupun budaya, adalah perubahan dramatis — dan media sosial berperan besar dalam hal ini.
Edisi Baru "Mein Kampf": Koreksi Kesalahan di Masa Lalu
70 tahun setelah kematian Hitler "Mein Kampf" bisa dibeli lagi di Jerman. Siapa akan baca? Berbahayakah di masa penerimaan pengungsi dan Pegida? Ini jawaban direktur Institut für Zeitgeschichte, badan yang menerbitkan.
Foto: picture alliance/Mary Evans Picture Library
Edisi Baru, Makna Baru
Pada dasarnya isi edisi baru tetap tulisan Adolf Hitler, diktatur Jerman di masa Perang Dunia II. Tetapi edisi ini tebalnya 2.000 halaman. Sedangkan edisi asli hanya 780 halaman. Bedanya, edisi baru dilengkapi sejumlah besar komentar. Sehingga pembaca jaman sekarang lebih bisa mengerti latar belakang tulisan, dan tidak memahaminya sebagai seruan mengagungkan Hitler.
Foto: Institut für Zeitgeschichte
Terutama untuk Ilmu Pengetahuan
Edisi baru ini terutama ditujukan bagi ilmu pengetahuan. "Buku itu jelas sumber sejarah penting tentang Hitler sendiri. Itu tidak bisa disangkal. Untuk biografi, pemikirannya, juga tentang sejarah Nationalsozialismus (NAZI) secara umum." Demikian Profesor Andreas Wirsching, direktur Institut für Zeitgeschichte (Institut Sejarah Jaman). Edisi baru ini juga dilengkapi teks tambahan yang terkait.
Foto: Getty Images/AFP/O. Andersen
Edisi Baru Ungkap Kebohongan Hitler
Fungsi utama komentar dalam teks adalah menyela celotehan Hitler, yang dalam buku jadi narator utama. Tepatnya: ungkap kebohongannya. Juga menghentikan upaya Hitler memanas-manasi pembaca, dan meluruskan fakta yang diselewengkan. Fungsi lain edisi baru: menunjukkan bahwa kekejaman yang sudah disinggung Hitler di bukunya, diwujudkan jadi realita mengerikan setelah 1933. Foto: korban NAZI di Dachau.
Foto: picture-alliance/dpa
Mitos Salah tentang Buku Hitler
Walaupun di Jerman orang banyak bicara tentang "Mein Kampf", tidak banyak yang mengenal isinya. Tulisan Hitler yang dipenuhi otobiografi sejauh ini tidak dilengkapi analisa proses awal juga strukturnya. Orang kerap berpikir bukunya adalah "bestseller" yang tak dikenal. Mitos ini berusaha dihilangkan dengan penerbitan edisi baru yang lebih informatif. Foto: korban NAZI dan Hitler di Auschwitz.
Foto: AP
Tidak Akan Disalahgunakan Pegida?
Kami juga pikirkan hal itu, kata Wirsching. Tapi edisi ini tidak bisa digunakan kaum ekstrem kanan atau Neonazi. Karena dilengkapi komentar. Kalau orang membacanya, secara visualpun orang terpaksa melihat komentar. Jika kaum ekstrem kanan membaca teks Hitler, mereka tidak akan memperoleh keuntungan dari edisi ini, tandasnya. Foto: Pentolan Pegida, Lutz Bachmann berpose sebagai Hitler.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Brandt
5 foto1 | 5
Media sosial sesuai untuk mendukung strategi ganda ekstrem kanan yang dulu dijalankan Hitler dan gerakan fasismenya: mematahkan tabu sosial dengan pesan radikal, dan di sisi lainnya tampil sebagai figur sopan dan kompromistis.
Nikolas Lelle menyerukan kesadaran publik yang lebih dalam terhadap media sosial: "Ekstremisme kanan, antisemitisme, dan rasisme perlu batas tegas, garis merah yang jelas. Konten seperti itu harus dikucilkan secara sosial — dan para penyebarnya juga harus merasakannya.”
Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Jerman