1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikLebanon

Hizbullah Bersitegang Dengan Saudi, Lebanon Jauhkan Diri

4 Januari 2022

Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, menyebut Raja Salman dari Arab Saudi sebagai “teroris,” sebagai balasan atas ungkapan serupa dari Riyadh. Pemerintah Lebanon buru-buru menyatakan tidak mendukung pernyataan tersebut.

Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, di depan pendukungnya
Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, di depan pendukungnyaFoto: Hassan Ammar/AP/picture alliance

Dalam pidatonya di Beirut, Lebanon, Senin (3/1), Hassan Nasrallah, menuduh Riyadh membantu menyebarkan ideologi ekstremisme Islam ke seluruh dunia. Dia juga mengatakan ribuan warga Lebanon yang bekerja di kawasan Teluk sebagai “sandera” Arab Saudi. 

Pernyataannya itu merupakan reaksi atas komentar Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al Saud, yang mengajak penduduk Lebanon “untuk mengakhiri kekuasaan teroris Hizbullah,” dalam sebuah pidato pekan lalu. 

Hizbullah yang sering disebut mewakili kepentingan Iran, merupakan salah satu kekuatan politik dan militer terbesar di Lebanon. Ia tidak hanya aktif di pemerintahan, tetapi juga mendukung agresi militer Iran di negeri jiran.  

Perang kata-kata itu berkecamuk ketika pemerintah Lebanon berusaha memulihkan hubungan dengan Arab Saudi. Oktober silam, Riyadh menarik duta besarnya di Riyadh dan melarang impor semua jenis produk dari Lebanon. 

Kisruh berawal ketika seorang anggota kabinet Lebanon menyerang Arab Saudi soal perang di Yaman. Dalam sebuah wawancara televisi, Menteri Informasi George Kordahi, mengatakan konflik tersebut merupakan buah agresi Arab Saudi. 

Kordahi akhirnya mengundurkan diri awal Desember silam. Tapi langkah tersebut urung meredakan ketegangan dengan Riyadh. 

Konflik Yaman bebani hubungan diplomasi 

Perang di Teluk Aden berawal pada 2014, ketika ibu kota Sanaa direbut pemberontak Houthi yang menguasai kawasan utara Yaman. Setahun kemudian koalisi bentukan Arab Saudi melancarkan intervensi berdarah dengan misi memulihkan pemerintahan resmi yang diakui dunia internasional. 

Menyambut pernyataan pedas Nasrallah, Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati, buru-buru menegaskan pandangan pemuka Hizbullah itu tidak mewakili sikap pemerintah, atau “mayoritas penduduk Lebanon.”  

Dia mengajak politisi Lebanon ikut mendahulukan kepentingan negara dengan tidak membuat pernyataan “yang menyesatkan.” 

Arab Saudi Digempur Rudal Pemberontak Yaman

00:50

This browser does not support the video element.

Nasrallah tidak menahan diri ketika menjawab tuduhan Raja Salman. “Yang mulia raja, teroris sesungguhnya adalah mereka yang mengekspor ideologi Wahhabi-Daesh ke seluruh dunia dan mereka adalah Anda,” kata Nasrallah merujuk pada Islamic State. 

Dia menuduh Arab Saudi mengirimkan gerilayawan ke Suriah dan Irak, serta Yaman. “Teroris adalah siapapun yang menyandera ratusan ribu atau puluhan ribu warga Lebanon dan mengancam pemerintah Lebanon untuk mengusir mereka,” pungkasnya dalam pidato di malam peringatan dua tahun kematian jendral Iran, Qassem Soleimandi, yang dibunuh AS di Baghdad, Irak. 

Ketegangan ini sempat memicu keresahan di kalangan warga Lebanon yang bekerja di wilayah Teluk. Usai pidato Nasrallah, Duta Besar Saudi untuk Lebanon, Waleed Bukhari, menyebut pernyataannya sebagai “kebohongan yang tidak bisa disimpan di dalam kegelapan.” 

Bukhari tidak secara langsung menyebut nama Nasrallah, melainkan menggunakan nama Abu Raghal, sebuah figur sejarah yang sering dikutip sebagai simbol pengkhianatan. 

rzn/hp (ap,afp) 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait