Hollande Tentang Tegas Penghematan Ketat
6 Februari 2013Persiapan pertemuan puncak anggaran Uni Eropa sibuk digelar Selasa (05/2). Kali ini bukan di Brussel melainkan di Strasburg. Dalam pidato pertamanya di depan Parlemen Eropa, Presiden Perancis François Hollande kembali mengulang mottonya, yang mungkin juga diumumkannya pada pertemuan puncak Uni Eropa, "Menghemat, Ya! Melemahkan ekonomi, Tidak!"
Hollande menyerukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja. Politik ini harus disesuaikan dengan kondisi nasional dan diterapkan dengan sewajarnya. „Jika tidak, kita membawa Eropa ke dalam politik penghematan tanpa akhir. Dan untuk itu saya membela diri,“ dijelaskan Hollande di Strasburg.
Masalah Kepercayaan
Eropa seharusnya mempertahankan sebuah kerangka bergerak untuk tujuh tahun dan menunjukkan, bahwa mampu memutuskan bersama-sama antara kepala negara dan pemerintah serta anggota Parlemen Eropa, demikian menurut Presiden Perancis Hollande. "Ini menyangkut masalah kepercayaan. Tidak hanya kepercayaan kita dalam masalah keuangan, melainkan juga kepercayaan politik kita.“
Tapi haluan penghematan yang moderat dan strategi pertumbuhan ekonomi yang bersamaan, harus dipertahankan oleh Hollande dalam pertemuan puncak Uni Eropa (07-08/2) mendatang. Karena para kepala negara dan pemerintahan Eropa merencanakan mengurangi kerangka keuangannya untuk kurun beberapa tahun. November 2012 upaya kesepakatan pertama sudah gagal. Kini menjelang pertemuan puncak Uni Eropa, kembali muncul berbagai usulan kompromi baru. Meski demikian mayoritas anggota Parlemen Eropa tidak setuju dengan rencana usulan penghematan baru itu, kata ketua Parlemen Eropa Martin Schulz.
"Parlemen Eropa bersedia melakukan kompromi. Tapi tidak dengan motto, seberapapun harganya!“ Parlemen Eropa mempertahankan posisi, tidak mengurangi anggaran belanja Uni Eropa, ujar Schulz lebih lanjut. "Tidak dalam bentuk seperti usulan-usulan terakhir yang dibicarakan tanpa sepengetahuan kami.“
Pertentangan Posisi Makin Jelas
Perundingan antara kepala negara dan pemerintahan Uni Eropa akan berlangsung amat alot dan mungkin akan gagal untuk kedua kalinya, hal ini diketahui seluruh peserta. Ancaman veto dari parlemen Eropa tidak cukup. Jadi Guy Verhofstadt, ketua fraksi liberal di Parlemen Eropa dan mantan PM Belgia, meminta Presiden Perancis Hollande untuk menentang pemotongan anggaran.
Koleganya Daniel Cohn-Bendit dari Partai Hijau menambahkan, "kebodohan terbesar adalah mengatakan, jika kita harus menghemat di tingkat nasional, kita seharusnya juga melakukan di tingkat Eropa.“ Dalam pidato yang emosional Cohn-Bendit menyampaikan, yang benar justru kebalikannya, karena terjadi resesi di kalangan anggotanya, diperlukan anggaran Uni Eropa yang mampu kembali memicu perekonomian.
Posisi Inggris
Penolakan luas terhadap Presiden Perancis Hollande, tidak mengejutkan bila ini datang dari jajaran anggota parlemen Inggris. Mereka di satu sisi bermotivasi politis, di sisi lain mengambil posisi antara menghemat dan berinvestasi di Eropa. Anggota parlemen dari kubu konservatif Martin Callanan mengatakan kepada Hollande, "Sejak Anda memegang kekuasaan, kami melihat bagaimana dapat mengerikannya sosialisme, bahkan bagi negara berkedudukan bagus seperti Perancis.“ Demikian Callanan.
Dukungan baginya diperoleh dari rekan senegaranya Nigel Farage. Anggota parlemen dari partai yang skepsis terhadap Uni Eropa „Eropa yang bebas dan demokratis“ membandingkan antara rencana pertumbuhan ekonomi Perancis dengan intervensinya di Mali. „Ketika menteri tenaga kerja Anda mengakui bahwa Perancis bangkrut, Anda menggunakan trik-trik lama. Anda memulai invasi militer ke luar negari. Pasukan Anda tarik ke Mali!“
Dari situ sudah jelas, di mana kubu-kubu akan berhadapan dalam pertemuan puncak anggaran Uni Eropa. Sementara Perancis mengambil posisi menentang politik penghematan, PM Inggris David Cameron ingin menghemat drastis anggaran Uni Eropa untuk tujuh tahun mendatang. Hal yang juga diinginkan oleh Kanselir Jerman Angela Merkel, tapi tidak dalam posisi yang terlalu keras. „Saya tidak yakin, bahwa perundingan dengan Kanselir Merkel akan menjadi yang tersulit,“ demikian dapat dikatakan sebelumnya oleh François Hollande, tanpa menyebut David Cameron secara jelas.