Homoseksualitas Masih Tema Tabu di Dunia Sepak Bola Pria
Tom Gennoy
25 Maret 2021
Di sepak bola pria, homoseksualitas masih merupakan hal tabu. Hampir tidak ada pemain aktif yang mengaku secara terbuka kalau dirinya gay. Ini berbeda dengan dunia sepak bola perempuan.
Iklan
"Saya pikir saya agak naif pada saat itu," kata Nilla Fischer kepada DW, merefleksikan wawancaranya delapan tahun lalu, saat wartawan bertanya apakah dia saat ini sedang menjalin hubungan.
"Tentu saja, saya memikirkannya, apakah saya akan menjawabnya dengan jujur atau tidak, tetapi kemudian saya pikir, oke, saya bersama wanita ini, jadi mengapa tidak?"
Wawancara itu disusul lonjakan minat yang tiba-tiba pada kehidupan pribadi Fischer, skala yang membuatnya terkejut. "Tentu saja, di setiap majalah ditulis Nilla Fischer lesbian dan tinggal bersama pasangannya, seorang wanita," lanjutnya. "Saya juga berharap kita akan sampai di tahap, di mana ini bukan hal yang besar.. tapi saya pikir itu akan memakan waktu bertahun-tahun sampai kita mencapai itu."
Sementara urusan pribadi Fischer dianggap layak diberitakan, dunia profesionalnya justru biasa-biasa saja, baik di Swedia dan kemudian di Jerman selama enam tahun sukses di VfL Wolfsburg. "Sangat mudah di klub dan tim untuk menjadi diri Anda sendiri. Saya telah diperlakukan dengan sangat baik di setiap klub tempat saya bermain," kata Fischer.
Tabu bagi pesepak bola pria
Sementara homoseksualitas terus menjadi tema tabu dalam sepak bola pria, pemain gay secara terbuka telah lama diterima sebagai fakta kehidupan dalam permainan sepak bola perempuan. "Ini benar-benar normal dalam sepak bola wanita," kata mantan rekan setim Fischer, penjaga gawang VfL Wolfsburg, Almuth Schult. "Saya telah mengalami keterbukaan itu sepanjang karier saya," katanya kepada DW. "Saya tumbuh dengan itu, begitu pula banyak pemain perempuan lainnya. Kami tidak pernah mengetahuinya dengan cara lain."
Laura Freigang dari Eintracht Frankfurt memiliki pendapat yang sama. "Tingkat penerimaan dalam sepak bola perempuan tinggi, di dalam tim dan juga di seluruh liga. Itu tidak menjadi masalah."
Menilik pada sepak bola laki-laki, ketiga pemain tersebut menawarkan kata-kata seperti "maskulinitas" dan "jantan" dalam memberikan penjelasan atas masih adanya kesunyian pada topik homoseksualitas.
"Ada anggapan bahwa jika Anda gay maka Anda tidak bisa benar-benar bermain sepak bola, karena Anda tidak cukup jantan," kata Almuth Schult. "Saya pikir cara berpikir fundamental dalam sepak bola harus ditarik kembali dan dinilai kembali."
Iklan
Dukungan untuk "coming out"
Schult termasuk di antara lebih dari 800 penandatangan surat terbuka yang diterbitkan baru-baru ini oleh majalah budaya sepak bola 11Freunde yang menjanjikan dukungan kepada setiap pemain gay dalam sepak bola pria yang membuat keputusan untuk “coming out”. Laura Freigang adalah bagian dari tim nasional Jerman yang juga mendukung kampanye tersebut.
"Seksualitas masih menjadi topik yang tabu dalam sepak bola pria," kata Freigang kepada DW. "Tidak seperti itu dalam sepak bola wanita, itulah sebabnya saya pikir kami dapat berkontribusi pada kampanye dan menawarkan pendapat kami. Itu harus didiskusikan, dan saya pikir sangat bagus bahwa dukungan datang dari profesional lain," katanya.
Sementara inisiatif seperti kampanye 11Freunde dapat membantu mempersiapkan landasan bagi para pemain gay dan membuat orang-orang dalam sepak bola peka terhadap topik seksualitas, pada akhirnya, dalam kata-kata Laura Freigang, "seseorang harus menjadi yang pertama." Dia melihat penciptaan iklim yang toleran sebagai tanggung jawab kolektif.
Atlet Homoseksual: Yang Pernah Menyatakannya
Thomas Hitzlsperger menjadi pemain sepak bola profesional Jerman pertama yang menyatakan diri homoseksual di depan publik. Ini pendobrakan tabu yang sudah dilakukan banyak atlet dari cabang olah raga lain.
Foto: picture-alliance/dpa
Nadine Angerer: Pemain Sepak Bola Jerman
Penjaga gawang tim nasional sepak bola Jerman itu menyatakan secara terbuka, dirinya biseksual. Penjaga gawang kedua, Ursula Holl bahkan sudah menikahi pasangan hidupnya. Pemain sepak bola perempuan Jerman lainnya, seperti Linda Bresonik dan Inka Grings juga terkenal mempunyai hubungan cinta dengan perempuan.
Foto: picture-alliance/dpa
Caitlin Cahow: Pemain Hoki Es Asal AS
Pemain hoki es Caitlin Cahow tidak menutup-nutupi seksualitasnya. Ia dan mantan pemain tenis Billie Jean King adalah dua atlet perempuan yang diminta Presiden Barack Obama untuk ikut dalam delegasi AS ke Olimpiade Musim Dingin di Sochi (7-23 Februari 2014), sebagai protes terhadap undang-undang anti homoseksualitas yang dikeluarkan pemerintah Rusia.
Foto: Getty Images
Brian Boitano: Mantan Atlet Seluncur Indah AS
Ia juga ikut dalam delegasi AS ke Olimpiade Musim Dingin 2014. Boitano, yang menjadi juara Olimpiade 1988, menyatakan secara terbuka orientasi seksualnya Desember 2013. Ia menekankan, "Saya adalah seorang putra, saudara laki-laki, paman, teman, atlet, koki, penulis buku, dan bahwa saya seorang gay hanyalah sebuah bagian dari diri saya."
Foto: Getty Images
Jason Collins: Pemain Basket AS
Atlet pertama yang menyatakan diri homoseksual saat masih berkiprah dalam liga profesional AS adalah pemain basket Jason Collins. 'Coming out' dilakukannya Mei 2013. "Saya 34 tahun, pemain NBA gelandang tengah. Saya berkulit hitam dan homoseksual." Itu dikatakannya dalam artikel di majalah olah raga, 'Sports Illustrated.'
Foto: imago/Icon SMI
Robbie Rogers: Pemain Sepak Bola AS
Tak lama kemudian pemain sepak bola Robbie Rogers, juga dari AS, mengikuti langkahnya. Atlet berusia 25 tahun itu sudah menyatakan diri homoseksual di bulan Februari. Pada saat bersamaan ia menyatakan pengunduran diri dari olah raga profesional. Tapi akhir Mei ia menandatangani kontrak dengan LA Galaxy, dan disambut baik penggemarnya.
Foto: picture-alliance/dpa
Nadine Müller: Pelempar Cakram Jerman
Nadine Müller, salah satu pelempar cakram terbaik dunia, baru mengumumkan dirinya lesbian. Pada hari terakhir tahun 2013 ia menikah dengan pasangan hidupnya. Müller yang berusia 28 tahun, yang menjadi atlet perempuan pertama Jerman yang menikah dengan sesama jenis, mengatakan ia merasa terbebas dari belenggu.
Foto: DPA
Imke Duplitzer: Pemain Anggar Perempuan
Juara Eropa tahun 2010 itu secara terbuka mendukung hak-hak warga homoseksual. Duplitzer juga mengeritik pelanggaran hak asasi manusia sebelum Olimpiade 2008 di Beijing, di samping juga mengeluhkan buruknya pekerjaan ofisial dalam ikatan Olah Raga Olimpiade Jerman. Ia juga secara jelas menyatakan pendapatnya terkait masalah doping dalam olah raga profesional.
Foto: Getty Images
Orlando Cruz: Petinju Puerto Rico
Petinju kelas bulu ini ingin menjadi juara dunia pertama yang terkenal homoseksual. Tetapi ia kalah dalam pertandingan melawan Orlando Salido dari Meksiko dalam kejuaraan dunia Oktober 2013. Setelah kalah dalam pertarungan itu, Cruz menikah dengan pasangan hidupnya.
Foto: AP
Amelie Mauresmo: Mantan Pemain Tenis Asal Perancis
Ia bukan pemain tenis perempuan pertama yang lesbian. Tetapi berbeda dari Billie Jean King atau Martina Navratilova, yang dibocorkan rahasianya oleh bekas pacar mereka, Mauresmo menyatakan secara sukarela dirinya homoseksual, setelah berhasil masuk babak final dalam turnamen Australia Terbuka 1999.
Foto: Getty Images
Steffi Jones: Mantan Pemain Sepak Bola Jerman
Kepala organisator Piala Dunia 2011 yang juga punya jabatan tinggi pada Federasi Sepak Bola Jerman (DFB) menyatakan Februari 2013 bahwa ia lesbian. Steffi Jones hanya seorang dari beberapa pemain sepak bola perempuan Jerman yang homoseksual.
Foto: dapd
Justin Fashanu: Pemain Sepak Bola Inggris
'Coming out' pemain sepak bola itu berakhir tragis. Pemain dari Nigeria itu menjadi anggota klub Nottingham Forrest yang masuk liga satu, tahun 1981. Tahun 1990 ia nyatakan bahwa ia seorang 'gay.' Ketika pelatihnya mengetahui bahwa ia selalu datang ke bar-bar untuk kaum homoseksual, ia dipecat, dan pelatihnya minta polisi mengawalnya meninggalkan tempat latihan. Tahun 1998, ia bunuh diri.
Foto: picture-alliance/dpa
11 foto1 | 11
Berani untuk menjadi yang pertama
"Anda tidak dapat memaksa siapa pun untuk melakukan apa pun, dan saya tidak akan pernah menginginkannya, tetapi pertanyaannya adalah, jika seseorang memiliki keberanian untuk mengambil langkah pertama, bagaimana kita bisa menerima dan mendukung mereka, sehingga semakin banyak orang yang mau melakukannya, berani membahas topik atau hidup lebih terbuka? "
Dan bagi Nilla Fischer, manfaatnya jauh lebih besar daripada risikonya. "Rasanya jauh lebih baik menjadi diri sendiri daripada bersembunyi atau takut atau khawatir sepanjang waktu, jadi pada akhirnya itu sangat berharga," katanya kepada DW. "Untuk mendapatkan lingkungan yang lebih menerima dan lebih banyak orang menjadi diri mereka sendiri, seseorang harus memulainya. Tidak ada pilihan lain."