Puluhan aktivis terkenal di Hong Kong dijatuhi hukuman penjara hingga 10 tahun karena Undang-Undang (UU) yang diberlakukan Cina. UU itu telah menghancurkan gerakan pro-demokrasi yang pernah berkembang pesat.
Iklan
Pengadilan Tinggi Hong Kong pada Selasa (19/11) menjatuhkan hukuman penjara hingga 10 tahun kepada 45 aktivis pro-demokrasi dalam persidangan keamanan nasional bersejarah yang memicu kecaman internasional.
Akademisi hukum Benny Tai, yang dianggap sebagai otak di balik rencana tersebut, menerima hukuman terpanjang.
Ini adalah kasus keamanan nasional terbesar di Hong Kong di bawah Undang-Undang (UU) yang diberlakukan Cina, yang menghancurkan gerakan pro-demokrasi yang pernah berkembang pesat.
Para aktivis ini dituntut pada 2021 atas peran mereka dalam pemilu pendahuluan tidak resmi berdasarkan undang-undang keamanan nasional pada 2020.
Mereka dituduh berupaya melumpuhkan pemerintahan Hong Kong dan memaksa pemimpin kota untuk mengundurkan diri. Para terdakwa ini mengaku bersalah atau dinyatakan bersalah atas konspirasi untuk melakukan subversi oleh tiga hakim yang disetujui pemerintah.
Hongkong: Satu Negara, Dua Wajah
Ketika Cina berpesta, Hongkong diliputi protes. Sementara Beijing mempertontonkan kesatuan, teriakan kebebasan membahana di negeri jiran. Pada hari nasional Cina, Hongkong tampil kontras dengan nafas demokrasinya.
Foto: Reuters/Carlos Barria
Antara Patriotisme....
Cina mengibarkan bendera. Pada 1 Oktober 1949 Mao Zedong mendirikan Republik Rakyat Cina. Sejak saat itu setiap tahun penduduk negeri tirai bambu merayakan hari nasional dengan upacara seremonial yang mendemonstrasikan patriotisme, seperti pada upacara bendera di Hefei, Provinsi Anhui ini.
Foto: Reuters
…dan Protes
Namun ketika Cina berpesta, situasi di jalan-jalan kota Hongkong memanas. Ratusan ribu manusia tumpah ke jalan untuk memrotes reformasi sistem pemilihan umum dan pengaruh Beijing yang dianggap terlampau besar.
Foto: Reuters/Carlos Barria
Sehaluan....
Hongkong sebenarnya juga menggelar pesta menyambut kemerdekaan Cina. Kepala pemerintah Hongkong, Leung Chun Ying yang kontroversial itu pun turut diundang. Secara demonstratif ia dan tamu yang lain saling bersulang dengan sebotol Champagne. Selain itu mereka juga menyanyikan lagu nasional Cina.
Foto: Reuters/Bobby Yip
… dan bersilangan
Menurut tradisi, setiap pagi kota metropolis Asia itu mengibarkan bendera Hongkong dan Cina secara bersamaan. Namun kali ini pemimpin demonstrasi, Joshua Wong dan aktifis yang lain memunggungi bendera sambil menyilangkan tangan. Mereka menuntut pengunduran diri Leung Chun Ying karena dianggap berada di bawah pengaruh Beijing.
Foto: Reuters
Kekuatan militer…
Di ibukota Beijing, Partai Komunis Cina unjuk otot dengan mempertontonkan satuan elit militer Cina di lapangan Tiananmen. Upacara di jantung kekuasaan Komunis itu berlangsung menurut ritual yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Foto: ChinaFotoPress via Getty Images
… dan determinasi mahasiswa
Pada malam menjelang 1 Oktober para demonstran kembali berkumpul. Kebanyakan diliputi rasa lelah setelah bertahan selama berhari-hari dan hujan yang tidak henti-hetinya mengguyur dari langit. Namun begitu para mahasiswa tidak beranjak. Mereka mengaku tidak akan pergi sebelum tuntutannya dipenuhi.
Foto: Reuters/Carlos Barria
Dalam barisan...
Upacara nasional mengenang warisan Mao Zedong itu tidak cuma berlangsung di Beijing, tapi kota-kota besar lain di Cina. Dalam gambar ini sebuah satuan kepolisian sipil memberikan hormat di hadapan bendera negara di Nanjing. Tidak ada satupun yang bisa merusak kedamaian dan stabilitas di Cina, begitulah isyarat yang ingin didengungkan penguasa Cina di Beijing.
Foto: picture alliance/ZUMA Press
…dan kekacauan yang terorganisir
Sebaliknya di Hongkong ribuan mahasiswa memblokir jalan utama di wilayah perbelanjaan Mongkok. Jumlah demonstran diyakini akan terus membengkak. Pasalnya Hongkong memiliki tradisi meliburkan pegawai dan siswa di dua hari pertama bulan Oktober.
Foto: Reuters/Tyrone Siu
Keceriaan...
Penduduk Cina tidak mengetahui banyak tentang apa yang terjadi di Hongkong. Untuk itu pemerintah di Beijing telah lebih dulu memastikan agar tidak ada gangguan sama sekali. Lembaga sensor bertugas siang malam untuk memblokir laporan dari Hongkong. Sementara di media-media sosial, pemerintah menghapus ribuan komentar.
Foto: picture alliance/ZUMA Press
…dan penolakan dalam diam
Sebaliknya Hongkong menikmati kebebasan pers dan berpendapat. Namun demonstran mengkhawatirkan pengekangan menyusul meningkatnya pengaruh Beijing. Secara simbolis mereka mengenakan masker untuk mendemonstrasikan sikap mereka yang tidak akan pernah diam.
Foto: AFP/Getty Images/Philippe Lopez
Kekuatan negara...
Presiden Cina, Xi Jinping sebaliknya banyak menutup mulut atas aksi protes di Hongkong. Sang presiden terjebak dalam dilema, antara menindas demonstrasi atau menyetujui kompromi. Kini ia mengirimkan utusan khusus ke Hongkong untuk mencari jalan keluar.
Foto: Reuters
…dan suara mahasiswa
Mahasiswa memberikan ultimatum kepada pemerintah Hongkong hingga Kamis (2/10) untuk mencabut amandemen Undang-undang pemilihan dan pengunduran diri Leung Chun Ying. Jika tidak mereka mengancam akan memperluas aksi protes, antara lain dengan aksi mogok masal dan pendudukan kantor pemerintahan.
Foto: Reuters/Carlos Barria
12 foto1 | 12
Tuai kecaman Internasional
Australia menyatakan "keprihatinan mendalam" atas hukuman yang dijatuhkan kepada para aktivis pro-demokrasi di bawah undang-undang keamanan nasional yang ketat, termasuk terhadap warga negara Australia Gordon Ng.
Iklan
Menteri Luar Negeri Australia, Penny Wong, mengatakan negaranya menyatakan "keberatan kuat" terhadap "penerapan luas undang-undang keamanan nasional yang berlanjut."
AS juga mengecam putusan tersebut.
"Pemerintah AS mengecam terus berlanjutnya penuntutan terhadap individu di Hong Kong yang menyuarakan pandangan politik mereka... menjalankan kebebasan berekspresi," kata Roxie Houge, kepala urusan politik dan ekonomi di konsulat AS di Hong Kong.
Kantor kepresidenan Taiwan menyuarakan penentangan terhadap putusan tersebut, dengan mengatakan bahwa demokrasi dan kebebasan adalah nilai universal, dan Taiwan akan terus mendukung Hong Kong.
Sementara itu, Cina mengecam negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat, atas kritik mereka terhadap putusan tersebut. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Lin Jian mengatakan bahwa Cina mendukung Hong Kong dalam menjaga keamanannya.
Beberapa negara "mengabaikan fakta bahwa mereka menggunakan prosedur hukum untuk menjaga keamanan nasional mereka sendiri, tetapi secara sewenang-wenang mengutuk pengadilan Hong Kong yang menerapkan Undang-Undang Keamanan Nasional," kata Lin. "Perilaku semacam ini sangat mencemarkan dan melanggar semangat supremasi hukum."
Hari-hari Penuh Kekerasan di Hong Kong
Selama setengah tahun, para mahasiswa di Hong Kong berdemonstrasi menuntut kebebasan dan demokrasi. Protes pun semakin radikal. Terakhir, pecah bentrokan di Universitas Politeknik Hong Kong.
Foto: Reuters/T. Siu
Protes di Kampus Politeknik
Inilah kampus Universitas Politeknik. Para demonstran dipukul mundur di sini dan terlibat dalam bentrokan dengan polisi selama lebih dari 24 jam. Di kampus, ratusan orang berbekal senjata alat pembakar dan senjata rakitan sendiri. Untuk menangkal polisi, mereka menyalakan api besar-besar.
Foto: Getty Images/AFP/Ye Aung Thu
Diringkus dan ditangkap
Aktivis melaporkan bahwa polisi mencoba menyerbu gedung universitas. Karena gagal, aparat pun menciduk para demonstran di sekitaran universitas. Mahasiswa yang ingin meninggalkan kampus ditangkap. Polisi mengatakan mereka menembakkan amunisi di dekat universitas pada pagi hari, tetapi tidak ada yang tertembak.
Foto: Reuters/T. Siu
Gagal melarikan diri
Di luar kampus, polisi bersiaga dengan meriam air. Asosiasi mahasiswa melaporkan bahwa sekitar 100 mahasiswa mencoba meninggalkan gedung universitas. Namun mereka terpaksa kembali ke dalam gedung kampus ketika polisi menembakkan gas air mata ke arah mereka.
Foto: Reuters/T. Peter
Lokasi strategis penting
Universitas Politeknik menjadi penting dan strategis bagi para demonstran karena terletak di pintu masuk terowongan yang menghubungkan daerah itu dengan pulau Hong Kong. Dalam beberapa hari terakhir, pengunjuk rasa telah mendirikan barikade di luar terowongan untuk memblokir pasukan polisi. Ini adalah bagian dari taktik baru untuk melumpuhkan kota dan meningkatkan tekanan pada pemerintah.
Foto: Reuters/T. Peter
Apa tuntutannya?
Protes di Wilayah Administratif Khusus ini telah berlangsung selama lebih dari lima bulan. Tuntutan para demonstran antara lain yaitu pemilihan umum yang bebas dan penyelidikan kekerasan yang dilakukan oleh polisi. Perwakilan pemerintahan Beijing di Hong Kong belum menanggapi kedua tuntutan ini.
Foto: Reuters/T. Peter
Peningkatan kekerasan
Protes yang awalnya damai kini berubah menjadi penuh kekerasan. Polisi menindak tegas dan mengancam akan menggunakan amunisi tajam. Aktivis Hong Kong berbicara tentang adanya 4.000 penangkapan sejak protes dimulai. Para demonstran sendiri melawan dengan melempari batu, melemparkan bom Molotov dan menggunakan busur serta anak panah.
Foto: Reuters/T. Siu
Busur dan anak panah untuk melawan
Seorang polisi terluka pada hari Minggu (17/11) akibat tusukan anak panah di kakinya. Aktivis terkenal Hong Kong, Joshua Wong, membenarkan kekerasan yang dilakukan para demonstran. "Dengan protes yang damai, kami tidak akan mencapai tujuan kami. Dengan kekerasan saja juga tidak mungkin, kami membutuhkan keduanya," kata Wong kepada media Jerman, Süddeutsche Zeitung.
Foto: picture-alliance/dpa/Hong Kong Police Dept.
Sembunyikan identitas
Pemerintah Hong Kong telah melarang pemakaian topeng. Banyak demonstran memakai masker gas untuk perlindungan terhadap serangan gas air mata. Yang lain mengikat kain di depan wajah mereka untuk menyembunyikan identitas. Mereka takut penangkapan dan konsekuensinya jika mereka sampai dikenali.
Foto: Reuters/T. Siu
Khawatir militer turun tangan
Eskalasi kekerasan juga makin berlanjut. Kehadiran beberapa tentara Cina pada hari Sabtu (16/11) di Hong Kong menyebabkan kekhawatiran. Para tentara ini diturunkan untuk membantu membersihkan serakan batu. Di antara para demonstran, muncul kekhawatiran besar bahwa Cina bisa saja menggunakan militernya untuk mengakhiri protes di Hong Kong. (ae/pkp)
Foto: picture-alliance/dpa/AP/Ng Han Guan
9 foto1 | 9
Hong Kong masih dalam 'perjuangan untuk kebebasan'
Nathan Law, mantan anggota parlemen Hong Kong yang kini menjadi aktivis pro-demokrasi, menyebut putusan tersebut sebagai pukulan telak bagi rakyat Hong Kong.
"Kita harus memahami bahwa ini adalah persidangan yang tidak adil. Mereka diadili di bawah pengadilan keamanan nasional yang hakimnya dipilih langsung oleh pemerintah, dan undang-undangnya ditulis oleh Beijing, bukan oleh legislatif Hong Kong," katanya kepada DW.
"Undang-undang ini dirancang untuk memenjarakan aktivis demokrasi yang hanya menjalankan hak mereka," katanya.
Ketika ditanya apakah ini menandai berakhirnya gerakan pro-demokrasi di Hong Kong, seperti yang disarankan beberapa orang, Law mengatakan bahwa gerakan ini hanya beradaptasi dengan iklim politik yang lebih keras.
"Saat ini, gerakan demokrasi di Hong Kong tidak menunjukkan aksi besar-besaran atau pengumpulan massa. Gerakan ini telah berubah menjadi cara yang lebih halus," katanya. "Saya masih percaya bahwa perjuangan untuk kebebasan dan demokrasi tetap ada di hati rakyat Hong Kong."