HRW kutuk pernyataan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte karena mengatakan bahwa tentara harus menembak pemberontak komunis perempuan di alat kelaminyan guna membuat hidup mereka "tidak berguna”.
Iklan
Human Rights Watch mengatakan komentar Presiden Filipina, Rodrigo Duterte pekan lalu itu adalah pernyataan terbaru dalam "serangkaian pernyataan misoginis, menghina dan merendahkan perempuan" yang menurut mereka mendorong untuk melakukan kekerasan seksual selama konflik bersenjata.
Dalam sebuah pidato panjang sebelum pemberontak komunis menyerah, Duterte berbicara tentang kesia-siaan pemberontakan mereka selama puluhan tahun dan bagaimana pemerintah dapat membantu mereka kembali ke kehidupan normal. Duterte bertanya mengapa bahkan perempuan bergabung dalam pemberontakan itu dan meninggalkan keluarga mereka.
Sisi Gelap Perang Narkoba di Filipina
Presiden Filipina Rodrigo Duterte bersumpah akan memberantas bisnis narkoba. Untuk itu ia menggunakan cara-cara brutal. Hasilnya ratusan mati ditembak dan penjara membludak.
Foto: Getty Images/AFP/N. Celis
Sumpah Digong
Presiden baru Filipina, Rodrigo "Digong" Duterte, melancarkan perang besar terhadap kelompok kriminal, terutama pengedar narkotik dan obat terlarang. Sumpahnya itu bukan sekedar omong kosong. Sejak Duterte naik jabatan ribuan pelaku kriminal telah dijebloskan ke penjara, meski dalam kondisi yang tidak manusiawi.
Foto: Reuters/E. De Castro/Detail
Sempit dan Sesak
Potret paling muram perang narkoba di Filipina bisa disimak di Lembaga Pemasyarakatan Quezon City, di dekat Manila. Penjara yang dibangun enam dekade silam itu sedianya cuma dibuat untuk menampung 800 narapidana. Tapi sejak Duterte berkuasa jumlah penghuni rumah tahanan itu berlipat ganda menjadi 3.800 narapidana
Foto: Getty Images/AFP/N. Celis
Beratapkan Langit
Ketiadaan ruang memaksa narapidana tidur di atas lapangan basket di tengah penjara. Hujan yang kerap mengguyur Filipina membuat situasi di dalam penjara menjadi lebih parah. Saat ini tercatat cuma terdapat satu toilet untuk 130 tahanan.
Foto: Getty Images/AFP/N. Celis
Cara Cepat "menjadi gila"
Tahanan dibiarkan tidur berdesakan di atas lapangan. "Kebanyakan menjadi gila," kata Mario Dimaculangan, seorang narapidana bangkotan kepada kantor berita AFP. "Mereka tidak lagi bisa berpikir jernih. Penjara ini sudah membludak. Bergerak sedikit saja kamu menyenggol orang lain," tuturnya. Dimaculangan sudah mendekam di penjara Quezon City sejak tahun 2001.
Foto: Getty Images/AFP/N. Celis
Minim Anggaran
Sebuah ruang sel di penjara Quezon City sebenarnya cuma mampu menampung 20 narapidana. Tapi lantaran situasi saat ini, sipir memaksa hingga 120 tahanan berjejalan di dalam satu sel. Pemerintah menyediakan anggaran makanan senilai 50 Peso atau 14.000 Rupiah dan dana obat-obatan sebesar 1.400 Rupiah per hari untuk setiap tahanan.
Foto: Getty Images/AFP/N. Celis
Sarang Penyakit
Buruknya situasi sanitasi di penjara Quezon City sering berujung pada munculnya wabah penyakit. Selain itu kesaksian narapidana menyebut tawuran antara tahanan menjadi hal lumrah lantaran kondisi yang sempit dan berdesakan.
Foto: Getty Images/AFP/N. Celis
Sang Penghukum
Dalam perang melawan narkoba Duterte tidak jengah menggunakan cara brutal. Sejak Juli silam aparat keamanan Filipina telah menembak mati sekitar 420 pengedar narkoba tanpan alasan jelas. Cara-cara yang dipakai pun serupa seperti penembak misterius pada era kediktaturan Soeharto di dekade 80an. Sebab itu Duterte kini mendapat julukan "the punisher."
Foto: Getty Images/AFP/N. Celis
Membludak
Menurut studi Institute for Criminal Policy Research di London, lembaga pemasyarakatan di Filipina adalah yang ketiga paling membludak di dunia. Data pemerintah juga menyebutkan setiap penjara di dalam negeri menampung jumlah tahanan lima kali lipat lebih banyak ketimbang kapasitas aslinya.
Foto: Getty Images/AFP/N. Celis
Pecandu Mati Kutu
Presiden Duterte tidak cuma membidik pengedar saja, ia bahkan memerintahkan kepolisian untuk menembak mati pengguna narkoba. Hasilnya 114.833 pecandu melaporkan diri ke kepolisian untuk menjalani proses rehabilitasi. Namun lantaran kekuarangan fasilitas, sebagian diinapkan di berbagai penjara di dalam negeri.
Foto: Getty Images/AFP/N. Celis
Duterte Bergeming
Kelompok HAM dan gereja Katholik sempat mengecam sang presiden karena ikut membidik warga miskin yang tidak berurusan dengan narkoba. Beberapa bahkan ditembak mati di tengah jalan tanpa alasan yang jelas dari kepolisian. Seakan tidak peduli, Duterte malah bersumpah akan menggandakan upaya memberantas narkoba.
Foto: Getty Images/AFP/N. Celis
10 foto1 | 10
Transkrip resmi menghilangkan umpatan
Pernyataan Duterte pada 7 Februari lalu ditujukan kepada milisi perempuan dari Partai Komunis Filipina yang melakukan perlawanan sejak tahun 1968. Rekaman pernyataan itu kemudian beredar di masyarakat.
Di hadapan massa Duterte pidato mengacu pada perintah yang pernah ia berikan saat masih menjadi walikota di Davao City.
Pada satu titik, katanya tanpa menjelaskan lebih jauh, "Katakan kepada para prajurit. Ada perintah baru datang dari walikota. Kami tidak akan membunuhmu. Kami akan menembak alat kelaminmu. ….Bayangkan saja sehingga ... jika tidak ada vagina, pasti begitu tak berguna." Ucapan tersebut disambut tawa penonton.
Duterte berbicara dalam dialek Bisaya (Visayan). Transkrip resmi dari Pidato presiden yang dikeluarkan oleh pemerintah menghilangkan kata "vagina" dan umpatan-umpatan dari ucapannya.
Sering komentar Duterte sarat bermuatan seks, Duterte pun telah mengakui cara kasarnya tapi banyak orang Filipina yang menerimanya. Juru bicara presdien Harry Roque meminta agar pernyataan Duterte memang serius, tapi jangan secara harfiah.
Pertaruhan Maut Presiden Duterte
Presiden Filipina Rodrigo Duterte nekat meninggalkan sekutu lama Amerika dan bermain mata dengan Cina dan Rusia. Langkahnya itu bukan tanpa risiko terutama dalam isu Laut Cina Selatan.
Foto: picture-alliance/dpa/M.R.Cristino
Poros Tandingan
Duterte sudah jengah dengan Amerika Serikat. Sebab itu ia ingin membangun poros baru antara Manila, Beijing dan Moskow. "Saya tidak ingin bersama AS lagi, saya ingin bergabung dengan Cina dan Rusia," tukasnya. Untuk membuktikan ucapannya itu Duterte menghentikan latihan perang bersama dengan militer AS yang telah digelar selama 36 tahun dan mengabaikan keputusan Pengadilan Arbitrase Internasional
Foto: picture-alliance/Newscom
Berpaling dari ASEAN
Sebaliknya Duterte mengundang Cina dan Rusia untuk menggelar latihan militer bersama di Laut Cina Selatan. Ia juga mulai mengadopsi narasi Beijing, bahwa konflik seputar jalur laut paling gemuk di dunia itu adalah "murni masalah bilateral. "Saya tidak akan membawanya ke forum internasional, termasuk ASEAN." Dengan cara itu Duterte diyakini berharap bakal mendapatkan ganjaran setimpal dari Beijing.
Foto: picture-alliance/dpa/M.R.Cristino
Misi Ekonomi
Pasalnya kebijakan baru sang presiden bukan tanpa kalkulasi. Filipina sedang tertinggal dalam hal pembangunan infrastruktur. "Ia melihat Cina adalah sumber terbesar dana investasi yang sangat dibutuhkan buat menggenjot perekonomian," kata Nick Bisley, Pakar Hubungan Internasional di Universitas La Trobe, Australia. Ironisnya saat ini AS dan Jepang adalah mitra dagang terbesar Filipina.
Foto: Imago
Kalkulasi Beijing
Namun begitu Cina juga tidak bebas dari rasa curiga. "Beijing masih berusaha menebak kemauan Duterte. Tapi jika sudah ketahuan, mereka akan memainkannya sesering mungkin buat melawan Washington," kata akademisi Filipina Walden Bello kepada Financial Times. Cina diyakini tidak akan memberikan konsensus di Laut Cina Selatan dengan mudah. Kesepakatan dengan Manila akan menjadi preseden di kawasan.
Foto: Reuters/K. Kyung-Hoon
Bumerang di Dalam Negeri?
Sikap keras Cina bisa menjadi bumerang buat Duterte. Saat ini mayoritas penduduk FIlipina cendrung bersikap antipati terhadap Beijing. AS sebaliknya mencatat popularitas sebesar 91% dalam jajak pendapat PEW Research Centre tahun lalu. Kegagalan perundingan dengan Cina bisa mencederai reputasinya di mata masyarakat dan Filipina terancam isolasi diplomatik.
Foto: picture-alliance/dpa/Photoshot
Petaka di Perbatasan
Manila kini berupaya mendekati Cina agar bersedia menunda aktivitas pembangunan di Gosong Scraborough dan mengizinkan nelayannya menangkap ikan di perairan sekitar. Beijing belakangan mulai aktif menyulap pulau-pulau kecil di Spratly buat dijadikan pangkalan militer.
Titian Diplomasi
Pelik buat Duterte. Mayoritas penduduk Filipina juga tidak bersedia membuat konsensus dalam isu Laut Cina Selatan. Sebab itu ia mengklaim, "Tidak seorangpun akan menyerahkan sesuatu di sana," ujarnya merujuk pada LCS. Jelang lawatannya ke Cina, Duterte diwanti-wanti oleh Hakim Mahkamah Agung, Antonio Carpio, agar tidak tunduk pada kemauan Beijing. "Dia benar. Saya bisa dilengserkan," jawabnya.
Pemerintah Barat dan organisasi hak asasi manusia telah memperingatkan tindakan kerasnya terhadap obat-obatan terlarang, yang telah menyebabkan ribuan orang yang diduga terkait meninggal dunia. Dia mengecam para kritikus, termasuk Pemerintah Eropa, yang dia katakan pada Senin "pergi ke neraka" saat memberlakukan persyaratan bantuan keuangan.
Duterte mengatakan bahwa dia telah memberi tahu pejabat Eropa bahwa dia tidak akan hadir pertemuan antara para pemimpin Asia Tenggara dan Eropa mendatang. "Mereka mengatakan bahwa saya bermulut yang buruk, memang benar, mereka bilang itu saya bukan negarawan, tidak cocok untuk presiden, dan itu benar," demikian Duterte mengatakan hal tersebut dalam sebuah pidato hari Senin (12/02).
Steve Rood, seorang analis politik yang berbasis di Manila, mengatakan banyak orang Filipina suka gaya Duterte yang tidak kuno dan pesonanya saat dia berbicara dengan mereka dengan cara yang intim, seolah-olah pidatonya tidak akan disiarkan. Survei publik baru-baru ini menunjukkan kepuasan warga atas pemerintahan Duterte.
(Ed: AP/AS/ap/rtr)
Rapor Kerja Pemimpin Asia
Asia bergolak berkat aksi presiden Filipina bantai gembong narkoba, perombakan mata uang di India dan konflik Laut Cina Selatan. Inilah rapor kerja pemimpin Asia 2016 menurut majalah Bloomberg.
Foto: picture-alliance/dpa/Jeon Heon-Kyun
Joko Widodo
Sempat tertatih di awal, Joko Widodo mulai menunjukkan taji politik dengan menggabungkan kekuatan beberapa partai dan menguasai dua pertiga kursi di DPR. Jokowi saat ini mencapai tingkat kepuasan publik sebesar 69% dan mampu mencatat pertumbuhan ekonomi di atas 5%. Namun tahun depan Jokowi harus membenahi perekonomian dan menghadapi desakan kelompok konservatif Islam, terutama di pilkada Jakarta
Foto: Reuters/Olivia Harris
Narendra Modi
Belum pernah ada figur yang mendominasi panggung politik India seperti Narendra Modi. Berbekal tingkat kepuasan sebesar 81%, Modi berani mengambil kebijakan yang tidak populer, seperti Demonetisasi mata uang pecahaan 500 dan 1000 Rupee buat mencegah tindak pemalsuan uang. Tahun 2016 India menikmati pertumbuhan ekonomi di atas 7%. Ekonomi tetap akan menjadi tantangan terbesar Modi buat tahun depan
Foto: Reuters/D. Siddiqui
Shinzo Abe
Abe mengalami pukulan telak ketika Presiden terpilih AS, Donald Trump, berjanji akan membatalkan Perjanjian Dagang Trans Pasifik Partnership yang ia gagas. Tingkat kepuasan publik atas kinerjanya juga menurun dan kini bertengger di kisaran 50%. Tahun depan Abe harus bisa bekerjasama dengan Trump dan membawa Jepang melintasi titian maut dalam hubungan pansnya dengan Cina.
Foto: Getty Images/AFP/R. Buendia
Xi Jinping
Presiden Cina, Xi Jinping, mengalami tahun baik selama 2016. Ia tidak hanya terpilih sebagai "pemimpin utama" oleh Partai Komunis yang menempatkannya sejajar dengan Mao Zedong atau Deng Xiaoping, Xi juga lihai memperluas pengaruh Cina di Eropa dan Afrika, serta dalam isu Laut Cina Selatan. Tahun depan Xi harus berhadapan dengan pemerintahan baru AS di bawah Donald Trump, yang merapat ke Taiwan.
Foto: Getty Images/AFP
Rodrigo Duterte
Duterte menikmati popularitas yang tinggi dengan tingkat kepuasan penduduk sebesar 83%. Ia banyak menuai kontroversi menyusul kebijakan berdarah dalam perang melawan narkoba yang hingga kini menelan lebih dari 5.000 korban jiwa. Duterte juga berani bercerai dengan Amerika Serikat dan mendekat ke Cina. Mencari jalan tengah antara dua kekuatan adidaya itu akan menjadi tugas terbesarnya tahun depan
Foto: Reuters/K. Nogi
Najib Razak
Selama 2016, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak sibuk mempertahankan jabatannya setelah didera tudingan korupsi senilai 1 miliar Dollar AS dari dana investasi 1MDB. Menurut Bloomberg, nasib Najib tahun depan akan bergantung pada kepiawaiannya memperbaiki situasi ekonomi penduduk pribumi yang menjadi basis suara terbesar koalisi Barisan Nasional.
Foto: Getty Images/AFP/N. Celis
Park Geun-hye
Belum pernah ada presiden Korea Selatan yang mencatat tingkat kepuasan publik serendah Park Geun-hye, yakni hanya 4%. Tidak ada pula pemimpin Asia lain yang mengalami nasib seburuk presiden Korsel ini selama 2016. Park dimakzulkan parlemen menyusul skandal korupsi yang menimpa teman-teman terdekatnya. Jika dikabulkan Mahkamah Konstitusi, pemakzulan itu akan mengakhri karir politik Park tahun 2017.