1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hubungan dengan AS Memburuk, Pakistan Merapat ke Cina

30 September 2011

Serangan atas kedutaan Amerika di Kabul (13/9), secara dramatis telah memperburuk hubungan Washington dengan Islamabad. Kerjasama perang melawan terorisme, tak membuat mereka punya pandangan yang sama soal terorisme.

Supporters of a Pakistani religious group Jamaat-e-Islami chant slogans during an anti American rally in Abbottabad, Pakistan, on Friday, May 6, 2011. Osama bin Laden was killed by a helicopter-borne U.S. military force on Monday, in a fortress-like compound on the outskirts of Abbottabad. (AP Photo/Anjum Naveed) zu: USA planen Truppenabzug aus Pakistan
Demo Anti Amerika di PakistanFoto: AP

Perbedaan terbesar antara Pakistan dan Amerika adalah dalam memandang kelompok Haqqani. Kelompok Islamis militan, yang menurut dinas intelijen Amerika CIA, bermarkas di Waziristan Utara, wilayah Pakistan yang berbatasan dengan Afghanistan. Data CIA bisa jadi benar, mengingat pada tahun 80-an, dinas intelijen Amerika yang mendirikan Haqanni dan sejumlah kelompok lainnya, untuk mengusir Uni Sovyet dari Afghanistan.

Kini, Washington menuduh bekas anak asuhnya itu, yakni kelompok Haqqani, bertanggungjawab atas serangan di sejumlah fasilitas sipil dan militer milik Amerika di Afghanistan. Ini bukan tuduhan baru. Tapi, tidak biasanya mereka mengatakan kepada publik seperti yang telah mereka sampaikan bahwa kelompok Haqqani dikendalikan oleh dinas intelijen Pakistan ISI yang sangat berkuasa, dan selama ini menjadi arsitek kebijakan keamanan Pakistan.

Sejauh ini, Washington terus memperluas operasi militer atas kelompok Islamis militan hingga ke wilayah-wilayah suku Pakistan. Islamabad bisa menerima, meski masyarakat mengkritik ini sebagai pelanggaran atas kedaulatan nasional Pakistan. Penggunaan pesawat tempur untuk memerangi militan di wilayah Pakistan, berkali-kali oleh bekas Menteri Luar Negeri Amerika, Henry Kissinger diperingatkan bakal mengarah pada situasi baru yang berbahaya.

Pensiunan Jenderal yang juga pakar keamanan Pakistan, Hameed Gul menilai, hubungan dengan Cina memang bisa menolong Pakistan dalam situasi sulit seperti sekarang. Beberapa tahun belakangan, Pakistan telah mengurangi ketergantungannya pada Amerika dengan memperkuat hubungan dengan negara-negara tetangga. Cina telah membangun pembangkit listrik tenaga nuklir untuk membantu mengurangi kekurangan pasokan listrik kronis di Pakistan.

Selain itu, Presiden Asif Ali Zardari juga meminta Beijing membantu mengatasi krisis keuangan agar Pakistan tidak lagi bergantung pada bantuan internasional. Dalam kunjungan delegasi Cina terakhir ke Islamabad (27/09/2011), Menteri Keamanan Masyarakat Cina, Meng Jianhu sekali lagi menekankan pentingnya hubungan dengan Pakistan. Mereka tidak tergantikan, kata Meng Jianhu. Dan Perdana Menteri Pakistan Gilani, memanfaatkan konferensi pers itu untuk mengirimkan sinyal yang jelas mengenai kesatuan diantara kedua negara."Cina adalah sahabat terbaik, dan Cina selalu ada pada saat kami menghadapi situasi sulit…dan siapapun yang menjadi musuh Cina akan menjadi musuh juga bagi Pakistan“ kata Gilani.

 

Pakistan, kini sedang memainkan kartu diplomasi dengan merapat ke Cina, kekuatan baru dunia yang dalam banyak isu berseberangan dengan Amerika. Bagi Paman Sam, Pakistan juga mengkhawatirkan karena memiliki nuklir. Terlebih lagi, Amerika cemas atas rencana Pakistan mengintensifkan kerjasama dengan Iran, yang selama ini dituduh oleh Amerika, diam-diam mengembangkan senjata nuklir.

Andy Budiman

Editor: Hendra Pasuhuk