1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Hubungan India dan Pakistan Kembali Terancam Usai Teror di Mumbai

30 November 2008

Kedua negara pemilik senjata nuklir, India dan Pakistan, telah berperang sebanyak tiga kali, semenjak menyatakan kemerdekaan mereka tahun 1947. Tahun 2001 hampir terjadi perang keempat.

Lokasi Serangan Teror di MumbaiFoto: AP Graphics

Hubungan India dan Pakistan kemudian membaik dengan kerjasama yang lebih erat daripada sebelumnya dan usaha-usaha mengatasi masalah lintas perbatasan negara, seperti terorisme serta konflik wilayah. Kemajuan dalam proses perdamaian ini dikhawatirkan akan terhenti usai serangan teror terbaru di Mumbai. Pihak keamanan India menduga, militan berasal dari Lahore di Pakistan yang masuk ke wilayah Mumbai melalui laut. Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mehmood Qureshi mengatakan 'Sekarang adalah masa yang tegang dan emosional. Situasi yang benar-benar serius.' Ia menambahkan :

"Pemerintahan Pakistan telah menyatakan bahwa dinas rahasia Pakistan siap bekerjasama. Tangan kami bersih. Kami tidak menyembunyikan apa pun. Tidak ada yang perlu kami tutup-tutupi, karena pemerintahan ini merasa bahwa hubungan baik dengan negara tetangga India amat penting bagi Pakistan."

Sementara presiden Pakistan Asif Ali Zardari menekankan agar India jangan bereaksi berlebihan. Ia mengimbau agar menunggu bukti penyelidikan, karena bakal menunjukkan bahwa negaranya tidak terlibat dalam serangan tersebut. Pakar politik dan penulis Pakistan, Hasan Askari juga khawatir akan tuduhan India yang dia nilai bisa menghancurkan proses perdamaian yang belum matang. Ia juga mengingatkan akan aspek politik dalam negeri di India yang memperburuk keadaan. Di beberapa negara bagian sedang berlangsung pemilihan. Rencananya tahun 2009, akan berlangsung pemilihan parlemen di India. Dalam kampanye, pihak oposisi telah berulang kali menyerang Perdana Menteri Manmohan Singh sehubungan caranya mengatasinya terorisme.

"Ini menggambarkan tekanan yang membebani pimpinan India. Tetapi jika ini kerap diulang, maka proses perdamaian akan kembali terganggu."

Warga Pakistan tampak turut berduka atas terjadinya serangan di India. Namun mereka juga menyayangkan tuduhan yang dilancarkan oleh India, karena kembali menjadi penghalang hubungan damai antara kedua negara tetangga tersebut. Seperti yang dikatakan oleh pria asal Pakistan ini :

"Politisi kami selalu begitu. Mereka tidak peduli dengan apa yang diinginkan oleh warga, apa yang baik untuk bangsa ini. Mereka memiliki prioritas tersendiri. Apa yang bisa dilakukan oleh warga biasa? Kedua negara adalah korban. Keduanya harus bekerjasama dalam memerangi terorisme. Mereka seharusnya tidak saling menyalahkan. India dan Pakistan, keduanya adalah korban."

Pakar pertahanan Pakistan, Sayyad Naseer, berpendapat, iklim politik kedua musuh bebuyutan ini sudah sedemikan buruknya, sehingga proses perdamaian yang diusahakan selama bertahun-tahun pun mudah tergoyahkan.

"Hubungan ini bisa dilihat dari proses perdamaian yang sebenarnya semenjak satu tahun terakhir tidak mengalami kemajuan yang berarti. Upaya untuk menghidupkannya kembali, tidak berfungsi. Dimulainya kembali serta kecepatan proses perdamaian akan terus terpengaruh oleh hal ini, hingga iklim politik menjadi lebih kondusif dan tuduhan India bahwa Pakistan terlibat dalam serangan tersebut dijelaskan."

Sementara politisi di Pakistan memperingatkan akan eskalasi situasi, media-media Pakistan mempublikasikan skenario terburuk yang mungkin terjadi dari segi politik dan militer. Yaitu, jika India menambah pasukannya di perbatasan Pakistan, maka pasukan Pakistan yang bertugas di perbatasan Afghanistan akan dipindahkan ke perbatasan India. Pemindahan pasukan ini tidak hanya akan kembali membekukan hubungan antara India dan Pakistan, melainkan juga negara tetangga lainnya dan ini akan membuat seluruh wilayah menjadi tidak stabil secara politik dan ekonomi. (vlz)