1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Hukum Transgender Jerman Dipandang Kuno dan Merendahkan

Elliot Douglas
31 Maret 2021

Transgender di Jerman harus menjalani proses yang lama dan mahal sebelum mengubah jenis kelamin mereka secara hukum. Para aktivis menyayangkan pembahasan undang-undang yang mengatur hal itu mengalami penundaan.

Felicia Rolletschke
Felicia Rolletschke adalah seorang transgender, aktivis, pemimpin lokakarya, dan pembicara publikFoto: Felicia Rolletschke

"Merendahkan, mahal, dan tidak logis" - begitulah cara seorang transgender menggambarkan pengalamannya ketika mengubah jenis kelamin secara legal di Jerman.

Felicia Rolletschke adalah salah satu dari sekian banyak aktivis yang memperjuangkan reformasi terhadap Hukum Transeksual, dasar hukum bagi orang yang ingin mengubah jenis kelamin dan nama mereka di Jerman. Undang-undang tersebut telah berlaku sejak 40 tahun lalu.

Selama ini banyak negara di dunia menyadari pergolakan besar dalam undang-undang yang mengatur hak transgender. Mahkamah Konstitusi Jerman juga telah beberapa kali merekomendasikan perubahan undang-undang, terakhir terjadi tahun 2011.

Pemerintah Jerman mengkonfirmasi pada Februari 2021,  telah menyusun rancangan baru "undang-undang penentuan nasib sendiri"(Selbstbestimmungsgesetz), setelah sebelumnya bocor di situs web ultrakonservatif.

Meskipun RUU tersebut belum diterbitkan secara resmi, para aktivis berharap kehadiran UU baru dapat memodernisasi proses perubahan identitas transgender. Tapi di sisi lain, pemerintah di Berlin menegaskan, reformasi semacam itu tidak dapat terwujud dalam waktu dekat.

Hambatan menjadi seorang transgender

"Benar-benar sangat merepotkan untuk mengubah nama resmi dan jenis kelamin Anda," jelas Rolletschke, aktivis dari Berlin yang memutuskan menjadi seorang transgender ketika usianya menginjak 21 tahun.

Setelah mengungkapkan bahwa dia adalah transgender kepada teman dan keluarga, Rolletschke mulai mengubah nama dan jenis kelaminnya secara legal di pengadilan Jerman.

"Pada akhir 2015, bahkan sebelum saya mengaku resmi sebagai transgender, saya menemukan terapis yang sangat bagus," kata Rolletschke. "Kemudian kami sepakat (melakukan terapi), saya harus mulai mendaftarkan dokumen pengadilan untuk mengubah nama, bahkan sebelum saya memulai terapi hormon dan operasi. Tetapi untuk memulai proses itu, saya harus membayar € 1.600 (Rp 27,3 juta)."

Biaya tersebut sering kali menjadi penghalang bagi para transgender, terutama bagi mereka yang masih muda dan tidak memiliki pendapatan. Rolletschke juga mengalami hambatan karena berusia di bawah 25 tahun, yang berarti dukungan keuangan dari negara yang diterimanya masih dinilai berdasarkan pendapatan orang tuanya.

Penilaian oleh psikoterapis

"Kami sering melihat tuntutan biaya beberapa ribu euro," kata Kalle Hümpfner dari German Transgender Association (BVT). "Rintangan ini terlalu tinggi."

Setelah sidang perdana, pelamar diharuskan membayar dua pendapat ahli, biasaya psikoterapis berlisensi. Mereka akan memberikan asesmen secara independen. "Anda akan dirujuk ke psikoterapis [oleh pengadilan]," jelas Rolletschke.

Rolletschke menggambarkan pengalamannya dengan psikoterapis sebagian besar didasarkan pada "peran gender kuno."

"Dua penilaian saya masing-masing memakan waktu dua jam, sehingga total empat jam. Itu adalah momen penilaian psikologis di mana mereka berbicara tentang seluruh kisah hidup Anda. Mereka menanyakan tentang pengalaman seksual, orientasi seksual, fetish, struktur keluarga. Mereka membahas banyak topik yang tidak relevan dengan jenis kelamin," katanya.

Sebagai seseorang yang mencoba mengubah jenis kelamin hukumnya menjadi wanita, Rolletschke percaya bahwa dia secara khusus dinilai berdasarkan kepatuhannya pada penampilan stereotip wanita.

"Mereka menilai seberapa baik riasan saya. Mereka juga mencatat saya menyilangkan kaki ketika duduk," katanya. "Dan mereka menilai orientasi seksual saya. Misalnya, jika Anda seorang wanita transgender dan Anda tertarik pada pria secara eksklusif, itu berarti poin bonus."

Penilai kemudian menyerahkan temuannya kepada juri terkait. Menurut Hümpfner, 99% pendapat ahli pada akhirnya sampai pada kesimpulan yang sama dengan apa yang dikatakan orang transgender tentang diri mereka sendiri.

"Mereka tidak hanya berlebihan, tetapi juga dapat merendahkan dan menyerang orang transgender," kata Hümpfner.

Rolletschke harus menunggu dua bulan lagi setelah penilaiannya selesai. Pada awal 2018, dia menerima surat bahwa perubahan jenis kelamin dan namanya telah disetujui. Secara keseluruhan, proses tersebut memakan waktu selama dua tahun, menghabiskan biaya ribuan euro, dan menghabiskan waktu berjam-jam.

Jerman kuno dan ketinggalan zaman

Pada 2017, Jerman menambahkan jenis kelamin legal ketiga - "divers" - ke opsi formulir resmi. Selanjutnya pada Maret 2021, Jerman mengeluarkan undang-undang untuk mengakui dan melindungi anak-anak interseks.

Namun, pembahasan undang-undang penentuan nasib sendiri masih belum terlaksana. Aktivis berharap RUU itu memiliki kemajuan yang berarti sebelum pemilihan umum digelar pada September 2021.

Rolletschke tidak yakin akan ada kemajuan dalam waktu dekat. "Saya benar-benar melihat undang-undang Jerman terlalu konservatif saat ini," kata Rolletschke.

"Berbicara tentang mengubah hukum kuno ini adalah langkah yang tepat. Saya berharap ini akan berhasil, tetapi saya tidak terlalu optimis."

Catatan editor: Artikel ini diperbarui pada Maret 2021 dari versi sebelumnya untuk mencerminkan perkembangan terkini

(ha/as)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait