Meski ada perkembangan positif dari Indonesia, laju deforestasi di seluruh dunia belum menunjukkan tanda akan melambat. Hampir sepertiga kawasan yang rusak adalah hutan hujan seluas Jawa Barat.
Iklan
Dunia kehilangan 12 juta hektar tutupan hutan hujan selama tahun 2018 silam. Laju deforestasi tercatat mencapai luas 30 lapangan bola per menit. Sepertiga kawasan tersebut atau hampir seluas Jawa Barat, berupa hutan hujan alami. Ilmuwan mewanti-wanti nasib Bumi kian di ujung tanduk.
Catatan 2018 merupakan penurunan luas hutan terbesar keempat sejak dunia pertama kali melakukan pencatatan pada 2001 silam. Data tersebut diolah dari temuan Global Forest Watch, yang menggunakan citra satelit dan pengindraan jauh untuk memonitor tutupan hutan tropis dari Brazil, Amerika Selatan, hingga Ghana, Afrika.
"Hutan di Bumi berada di ruang gawat darurat," kata Frances Seymour, Peneliti World Resources Institute (WRI) yang juga memimpin tim riset. "Kesehatan planet Bumi sedang dipertaruhkan dan kebijakan tambal sulam sebagai jawaban tidak cukup," imbuhnya.
Seymour mengatakan laju deforestasi saat ini merupakan "kehilangan yang menyedihkan," dengan masyarakat kesukuan yang paling rentan kehilangan rumah tinggal dan sumber pemasukan akibat lenyapnya hutan.
Studi tersebut mencatat sejumlah hotspot baru deforestasi, terutama di Afrika, di mana penambangan ilegal, pembalakan liar dan ekspansi perkebunan cokelat mempercepat kerusakan hutan di negara-negara sabuk hijau seperti Ghana atau Pantai Gading.
Hutan dan Pohon: Bukan Hanya Paru-Paru Dunia
Hari Hutan Internasional adalah saatnya untuk menghargai alam sekeliling kita yang hijau. Tahun ini, yang jadi salah satu fokusnya energi yang bisa diperbaharui. Sumber energi tertua dan bisa diperbaharui adalah kayu.
Foto: Reuters
Panggilan bagi Hutan
Rimba, kayu, hutan, hutan kecil. Semua kawasan tempat tumbuhnya kayu jadi perhatian utama pada Hari Hutan Dunia tanggal 21 Maret. Hari ini ditetapkan Perserikatan Bangsa-bangsa tahun 2012. Karena temanya berganti-ganti tiap tahun, ini juga bertujuan meningkatkan kesadaran akan hutan dan kegunaannya yang beraneka ragam. Tema tahun ini: hutan dan energi.
Foto: picture-alliance/Arco Images/J. & A. Kosten
Seberapa Banyak Kayu Dibutuhkan?
Hutan adalah basis banyak tipe energi. Jika digunakan sebagai bahan bakar, kayu bisa berguna dalam bentuk padat, gas dan cair. Bahan bakar kayu misalnya kayu bakar, gas kayu, bioetanol menghasilkan energi bagi satu dari tiap tiga rumah tangga di seluruh dunia. Kayu terutama digunakan untuk memasak, memanaskan ruangan dan mendidihkan air.
Foto: picture-alliance/dpa
Bahan Bakar Kayu Adalah Energi Terbarukan
Hutan-hutan adalah sumber bahan bakar yang bisa didaurulang. Jumlahnya tidak sedikit, sekitar 40% sumber energi di dunia. Emisi yang dilepas ke atmosfir jika kayu dibakar kembali dihilangkan dari udara lewat pohon-pohon yang baru ditanam, karena pohon-pohon menggunakan dan menyimpan CO2. Ini semua tidak ada pada bahan bakar fosil.
Foto: Fotolia/maho
Asap Adalah Dampak Mematikan
Sekitar 50% kayu digunakan untuk menghasilkan energi tiap tahunnya. Di Asia, jumlahnya 60% persen, dan di Afrika bahkan 90%. Asap yang dihasilkan jadi masalah, tertuma bagi kesehatan orang. 4,3 juta orang meninggal tiap tahunnya karena polusi udara di dalam ruangan. Itu lebih dari jumlah seluruhnya kematian akibat malaria, tuberkulosis dan HIV.
Foto: Reuters/M. Al Hwaity
Bekerja dengan Kayu
Kayu adalah sumber pekerjaan yang penting. Di negara-negara berkembang, sumber keuangan sekitar 883 juta orang sepenuhnya atau sebagian berasal dari kayu. Dengan bahan bakar organik yang mulai bermunculan, jumlahnya bisa bertambah, juga di negara-negara berkembang.
Foto: picture-alliance/AP Photo/J. Holden
Dari Kayu Hasil Tebangan?
Popularitas briket arang dan pelet semakin tinggi dalam beberapa hari belakangan. Bentuk ini tidak hanya lebih kecil dan mudah digunakan, tapi juga bisa diproduksi dengan bahan selain kayu, misalnya rumput dan abu penggergajian kayu. Keuntungan lain, tranpornya lebih aman dan mudah, dibanding misalnya bahan bakar gas atau minyak dari fosil.
Foto: German Pellets
Tempat Teduh di Kota Yang Panas
Kayu tidak hanya bagus untuk memanaskan. Di planet bumi yang tambah panas, pohon juga bisa jadi penyejuk. Di kota-kota yang terlalu panas, pohon jadi penyejuk sampai sekitar 8° Celcius. Jika udara kota yang lebih sejuk berarti pendingin ruangan tidak terlalu banyak diperlukan di gedung-gedung.
Foto: Public Domain
Pembalakan Liar Ancam Paru-Paru Hijau Dunia
Rimba hutan tropis memegang peran utama dalam menyimpan CO2. Hutan rimba amazon terancam penebangan ilegal karena pohon ditebang dan lahan dibuka untuk pertanian, pertambangan dan proyek konstruksi. Ilmuwan memperingatkan, hutan harus diselamatkan jika iklim bumi ingin dijaga. Penulis: Jessie-May Franken (ml/hp)
Foto: Reuters
8 foto1 | 8
Indonesia dianggap satu-satunya negara yang berhasil melindungi hutannya. Tercatat laju deforestasi melambat selama dua tahun terakhir menyusul moratorium penebangan hutan yang dikeluarkan pemerintah Joko Widodo. Selama ini industri kertas dan minyak sawit tercatat sebagai pelaku deforestasi terbesar.
"Kami berharap ini adalah indikasi bahwa kebijakan kami sejauh ini berdampak positif," kata Belinda Margono, Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Laju kerusakan hutan ikut mempercepat pemanasan global. Selama ini ilmuwan meyakini tutupan hutan di permukaan Bumi menampung sepertiga gas rumah kaca yang diproduksi manusia setiap tahunnya. "Hutan adalah pertahanan terbaik kita melawan perubahan iklim dan kehilangan keragaman hayati, tapi deforestasi semakin marak," kata John Sauven, Direktur Eksekutif Greenpeace Inggris.
Penelitian itu juga mencatat kerusakan terbesar terjadi di hutan hujan. Pohon berusia tua mampu menampung emisi CO2 dalam jumlah besar dan sebabnya sangat sulit untuk digantikan.
"Langkah dramatis dibutuhkan untuk menanggulangi krisis global termasuk merestorasi hutan yang hilang. Tapi tanpa menghentikan laju deforestasi terlebih dahulu, kita hanya mengejar ekor sendiri," imbuhnya.
Kebakaran Hutan Ancam Orang Utan
Kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan tidak saja menimbulkan masalah bagi manusia, tapi juga bagi berbagai jenis flora dan fauna, termasuk bagi orang utan. Berikut beberapa dampak kebakaran hutan pada orang utan.
Foto: picture-alliance/dpa/Fully Handoko
Habitat dan Populasi Terancam
Pembalakan hutan serta kebakaran hutan menjadi ancaman utama bagi habitat dan populasi orang utan. Menurut data tahun 2008, di Kalimantan hidup sekitar 56.000 orang utan di alam liar. Namun akibat pembalakan hutan, dan diperparah dengan kebakaran hutan yang terjadi setiap tahun, populasi orang utan saat ini diperkirakan tinggal 30.000 – 40.000.
Foto: picture alliance/dpa
Korban Kebakaran Hutan
Menurut Borneo Orang Utan Survival Foundation (BOSF), 16 bayi orang utan yang berada di hutan rehabilitasi di Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah, mengalami masalah kesehatan akibat paparan kabut asap. Belum ada informasi berapa ekor orangutan yang menjadi korban tewas akibat kebakaran hutan. Namun BOSF meyakini banyak orangutan yang tidak mampu menyelamatkan diri dari kebakaran yang melanda hutan.
Foto: Reuters/FB Anggoro/Antara Foto
Waktu Tidur
Selama terjadinya kebakaran hutan yang menyebabkan kabut asap tebal, orangutan diamati pergi tidur lebih awal dari biasanya, yaitu antara pukul 14:30 – 15:00. Pada kondisi normal, orangutan tidur pada pukul 17:00. Dan saat bencana kabut asap, orangutanpun tidur lebih lama. Biasanya orangutan bangun pukul 04:30-05:00, namun kini mereka bangun sekitar pukul 06:00.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Burgi
Lebih Mendekat ke Tanah
Selama terjadinya kabut asap, orangutan membangun sarang lebih rendah dibandingkan pada kondisi normal. Selain itu, dari pengamatan terlihat juga adanya orangutan yang mengalami perubahan dalam pola makannya. Walau saat ini makanan pokok mereka, buah Tutup Kabali, masih tersedia di hutan, tapi beberapa orangutan lebih memilih umbut dari sejenis pohon pandan.
Foto: picture-alliance/WILDLIFE
Keluar dari Habitat
Sejak kabut asap yang dipicu kebakaran hutan terjadi, orang utan juga kerap terlihat masuk pemukiman warga. Sebenarnya, orang utan dikenal sebagai hewan pemalu dan berusaha untuk menghindari kontak dengan manusia. Tapi karena habitatnya rusak atau musnah akibat kebakaran hutan, kini orang utan turun hingga ke permukiman penduduk untuk mencari makan dan bertahan hidup.
Foto: picture-alliance/dpa/Fully Handoko
5 foto1 | 5
Laju kerusakan hutan pada 2018 lebih rendah ketimbang dua tahun sebelumnya. Deforestasi memuncak pada 2016 ketika dunia kehilangan 17 juta hektar hutan tropis, antara lain oleh kebakaran hutan. Ilmuwan meyakini, deforestasi melepaskan lebih banyak gas rumah kaca ke atmosfer Bumi ketimbang gabungan emisi gas buang seluruh kendaraan, kapal laut dan pesawat.
"Sangat vital buat kita untuk melindungi hutan yang tersisa," kata Glenn Hurowitz, Direktur Mighty Earth, sebuah LSM lingkungan global.