1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

IAEA dan Muhamad El Baradei Raih Hadiah Nobel Perdamaian

7 Oktober 2005

Komite Nobel menganugerahkan hadiah perdamaian tahun ini kepada Badan Energi Atom Internasional IAEA yang berkedudukan di Wina dan Direktur Jenderalnya Muhamad el Baradei.

Muhamad el Baradei, Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasionakl IAEA
Muhamad el Baradei, Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasionakl IAEAFoto: dpa - Bildfunk

Dalam keputusannya disampaikan alasan, Badan Energi Atom Internasional IAEA dan Direktur Jenderalnya Muhamad El Baradei melakukan usaha untuk menghindarkan dimanfaatkannya energi atom bagi kepentingan militer. Ditambahkan, saat ini ketika kembali muncul ancaman peningkatan persenjataan, maka tugas yang dilakukanya mempunyai makna yang sangat penting. Ketua komite Nobel Ole Danbolt Mjos mengatakan, dengan pemberian hadiah ini hendak diberikan rangsangan baru yang sesungguhnya dalam memerangi senjata atom. Badan Energi Atom Internasional IAEA saat ini terutama berusaha untuk menghentikan program atom di Korea Utara dan Iran. IAEA yang merupakan badan independen dalam tubuh PBB juga pernah menyampaikan sikap kritis terhadap keputusan invasi ke Irak, yang diduga memiliki senjata pemusnah massal. Badan Energi Atom Internasional IAEA didirikan pada tahun 1957. Tugasnya mengawasi penggunaan energi atom bagi kepentingan damai, serta untuk mengawasi ditaatinya perjanjian larangan senjata atom yang diputuskan pada akhir tahun 60-an. Sementara itu Muhamad el Baradei memangku jabatannya sebagai Direktur Jenderal IAEA sejak tahun 1997.

Muhamad El Baradei lahir di Mesir tanggal 17 Juni 1942. Mula-mula ia belajar ilmu hukum di negaranya . Sejak tahun 1964, ia bekerja sebagai diplomat. Antara lain di perwakilan Mesir di PBB, di New York dan Jenewa. Pada tahun 1984, Muhamad el Baradei bekerja pada Badan Energi Atom Internasional IAEA. Antara lain ia bekerja di bagian urusan luar negeri dan sebagai wakil dari Direktur Jenderal IAEA Hans Blix asal Swedia. Dalam menjalankan tugasnya ia menghadapi situasi yang pelik menjelang pecahnya perang Irak pada tahun 2003. Waktu itu tim inspeksi persenjataan IAEA berada dibawah tekanan berat pemerintah Washington, untuk membuktikan adanya senjata pemusnah massal di Irak, seperti yang dilaporkan Dinas Rahasia Amerika Serikat.

Beberapa pekan menjelang pecahnya perang Irak, Muhamad El Baradei secara terbuka menjelaskan, tidak ditemukannya bukti bahwa Irak memiliki senjata pemusnah massal. Waktu itu karena tekanan Amerika Serikat, ia pernah mengancam untuk mengundurkan diri. Hadiah Nobel Perdamaian yang dianugerahkan kepada Badan Energi Atom Internasional IAEA dan Direktur Jenderalnya Muhamad el Baradei senilai 1,1 juta Euro akan diserahkan tanggal 10 Desember mendatang di Oslo.