Korea Utara dilaporkan kembali mengoperasikan reaktor dan laboratorium radiokimia di kompleks nuklir Yongbyon. Produksi plutonium yang diperlukan untuk senjata nuklir sudah dimulai sejak Februari silam, menurut IAEA.
"Sejak awal Juli 2021, ada sejumlah indikasi, termasuk pembuangan air pendingin, yang konsisten dengan operasi di reaktor," tulis IAEA dalam laporannya yang dirilis Jumat, (27/8). Plutonium adalah termasuk bahan baku utama untuk memproduksi senjata nukllir, disamping uranium.
Laporan itu mencatat, laboratorium radiokimia di Yongbyon tercatat aktif antara pertengahan Februari hingga awal Juli 2021. IAEA mengatakan periode operasi selaras pada tahun ini sudah selaras dengan prosedur yang lazim digunakan Korea Utara untuk membuang air pendingin yang telah terpapar zat radioaktif.
Laboratorium radiokimia digunakan untuk mengekstrak plutionium dengan mengolah ulang batang nuklir yang sudah tidak lagi digunakan di reaktor.
"Kelanjutan aktivitas nuklir Korut masih menjadi sumber kekhawatiran serius. Indikasi baru terkait beroperasinya reaktor 5 megawatt dan laboratorium radiokimia sangat mengkhawatirkan," tulis IAEA.
Iklan
Giatkan nuklir, tawarkan kompromi
Lembaga PBB itu tidak memiliki akses ke Yongbyon atau fasilitas nuklir lain di Korea Utara, sejak diusir oleh Pyongyang pada 2009. IAEA mengklaim pihaknya menggunakan citra satelit dan informasi lain untuk memantau perkembangan program nuklir Korut.
Kompleks Yongbyon juga digunakan untuk memperkaya uranium, lapor IAEA. "Ada beberapa indikasi, setidaknya untuk satu periode tertentu, bahwa riam pemurnian tidak dioperasikan," meski IAEA mendeteksi adanya aktivitas lain di seputar gedung.
Sejauh ini tidak jelas seberapa banyak uranium murni atau plutonium yang berhasil diproduksi Korut di Yongbyon, atau lokasi penyimpanannya. Pada awal 2019, Kim Jong Un menawarkan kompromi untuk mempereteli program nuklir sebagai ganti atas pencabutan sanksi menyeluruh. Namun AS menolak karena konsesi yang diajukan Pyongyang hanya menyentuh separuh dari kapasitas nuklirnya.
Korut diyakini mengoperasikan sejumlah fasilitas lain untuk memperkaya uranium. Menurut laporan Korea Selatan pada 2018 silam,
jiran di utara diyakini sudah berhasil memproduksi 20 hingga 60 hulu ledak nuklir. Prediksi serupa diajukan Pusat Penelitian Penghapusan Senjata Nuklir di Universitas Nagasaki, Jepang, pada 2020 silam.
Ulang Tahun Korea Utara ke 70 Diperingati Tanpa Rudal Balistik
Menandai ulang tahun ke-70 pendirian negara, Korea Utara telah menggelar pawai militer besar-besaran di Pyongyang. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kali ini tanpa uji rudal balistik. Ada ada dengan Korea Utara?
Foto: picture-alliance/dpa/N. H. Guan
Megah dan akbar
Pasukan Korea Utara, artileri dan tank berparade melewati pemimpin negara komunis Kim Jong Un. Megah dan akbar. Namun rezim itu menahan diri untuk tidak memamerkan rudal-rudal paling canggih yang telah menjadi target sanksi internasional. Rudal balistik antarbenua (ICBM) pun tidak terlihat.
Foto: picture-alliance/dpa/N. H. Guan
Fokus pada pembangunan, bukan rudal
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un melambaikan tangannya. Pawai hari Minggu (09/09) itu menggarisbawahi strategi Kim untuk meyakinkan masyarakat internasional bahwa Korea Utara bersedia untuk fokus pada pekerjaan pembangunan negara dan upaya sipil untuk membangun ekonomi.
Foto: picture-alliance/AP/Kyodo News/M. Iwasaki
Parade para serdadu
Para prajurit Korea Utara berbaris sepanjang parade untuk merayakan ulang tahun ke-70 tahun Korea Utara di Pyongyang, hari Minggu, 9 September 2018.
Foto: picture-alliance/AP Photo/K. Cheung
Perempuan dalam militer Korut
Para prajurit perempuan Korea Utara pun tidak ketinggalan. Mereka berbaris dalam parade untuk peringatan ke-70 tahun Korea Utara di Pyongyang, Korea Utara.
Foto: picture-alliance/AP Photo/K. Cheung
Pesawat semarakan peringatan ultah
Pesawat terbang dengan jejak asap berwarna tampil selama pawai untuk ulang tahun ke-70pendirian Korea Utara di Pyongyang, Korea Utara, Minggu, 9 September 2018. Korea Utara mengadakan parade militer besar dan akan menghidupkan kembali permainan massal ikoniknya untuk menandai ulang tahun ke 70 sebagai sebuah bangsa.
Foto: picture-alliance/AP Photo/K. Cheung
Sambutan masyarakat
Para peserta pawai melambai-lambaikan bunga saat mereka berbaris melewati sebuah balkon dari mana pemimpin Korea Utara Kim Jong Un sedang menonton, di lapangan Kim Il Sung di Pyongyang pada 9 September 2018.
Foto: Getty Images/AFP/E. Jones
Perayaan yang sulit.....
Martin Fritz, reporter DW di Seoul, mengatakan perayaan ini cukup sulit bagi Kim: "Dia ingin meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi sanksi internasional terus menghambat kemajuan apa pun." Sebalumnya Kim mengatakan kepada utusan khusus Korea Selatan bahwa dia frustrasi dengan kebuntuan diplomatik, dengan mengatakan Pyongyang telah mengambil langkah pertama yang diperlukan menuju denuklirisasi.
Foto: Getty Images/AFP/E. Jones
......Diduga masih membangun roket
Tetapi laporan intelijen AS menunjukkan bahwa Korea Utara terus memproduksi bahan fisil dan membangun roket. Pada awal Agustus lalu, pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan sanksi baru terhadap dua pejabat tinggi Korea Utara.
Foto: picture-alliance/Maxapp/Kyodo
Ini foto dulu
Pada tahun-tahun sebelumnya, para pemimpin Korea Utara tidak pernah segan menyombongkan rudal jarak jauh dan pencapaian nuklir mereka, sementara hampir tidak ada penekanan diberikan pada ekonomi dan budaya negara. Pada parade-parade sebelumnya, berbagai tank, rudal, dan ribuan personel militer kerap dilibatkan. Misalnya parade 105 tahun kelahiran Kim Il Sung, April 2017 (foto).
Foto: Reuters/KCNA
Kemana melangkah?
Tampak sebuah sepatu serdadu perempuan Korea Utara KPA terlepas dari pemiliknya saat pawai berlangsung. Akan kemanakah arah negara yang paling kontroversial melangkah? (Shamil Shams, ap/dpa/rtr/AP/YF)
Foto: Getty Images/AFP/E. Jones
10 foto1 | 10
Beberapa bulan lalu, Pyongyang mengancam bakal memperluas program nuklirnya jika AS tidak menghentikan "permusuhan" terhadap Korea Utara, yakni sanksi ekonomi dan kerjasama militer dengan Korea selatan. Awal Agustus silam, saudara kandung Kim Jong Un, Kim Yo Jong, mengatakan Korut akan meningkatkan "daya gertak absolut" untuk menanggapi ancaman AS.
Senin (30/8), Lee Jong-joo, juru bicara Kementerian Unifikasi Korea Selatan, mengatakan pihaknya memantau aktivitas nuklir Korea Utara bersama Amerika Serikat. Namun dia tidak menjelaskan apakah Seoul ikut mengamini laporan IAEA soal pengaktifan kembali reaktor nuklirnya.