1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

IAEA Temukan Jejak Uranium di Suriah

21 November 2008

IAEA menemukan jejak uranium di wilayah Al-Kibar. Sembilan bulan lalu Israel membombardir wilayah itu, dengan dalih Suriah berniat membangun reaktor nuklir. Tapi Temuan IAEA berkata lain. Teka-teki pun berlanjut.

Gambar CIA menunjukkan bangunan yang diduga dijadikan reaktor nukir oleh SuriahFoto: AP

Bulan Juni lalu, atau tepatnya sembilan bulan setelah bombardir oleh pesawat tempur Israel tanggal 6 September 2007, pakar Badan Energi Atom Internasional IAEA akhirnya diperbolehkan mengunjungi Al Kibar.


Diperlukan waktu Lima bulan sampai hasil penelitian di wilayah tersebut disampaikan kepada Dewan Gubernur IAEA dan dipublikasikan. Inspektur IAEA hanya sekali diijinkan pihak berwajib Suriah untuk mengunjungi Al Kibar.

IAEA menemukan apa yang sebelumnya telah dipublikasikan pemerintah Amerika Serikat dengan bantuan hasil foto satelit pengintai. Washington mengambil kesimpulan, Suriah menyembunyikan sesuatu di Al Kibar. Hasil gambar pengintaian yang dipublikasikan Amerika Serikat menunjukkan sebuah instalasi, sebelum dan setelah dibom. Bangunannya hampir mirip dengan instalasi reaktor atom yang terdapat di Korea Utara.

Namun dugaan itu, tidak dapat dipastikan inspektur IAEA yang langsung mengunjungi Al Kibar. Setelah menilai hasil foto satelit pengintai Amerika Serikat serta denah bangunan instalasinya di Al Kibar, memang sesuai dengan dugaan pemerintah di Washington, bahwa bangunan instalasinya mirip dengan reaktor atom.

Tapi yang penting adalah apa yang ditemukan inspektur IAEA, setelah melakukan penilitian contoh lapisan tanah, secara teratur. Yakni, ditemukan jejak uranium yang belum diperkaya. Dalam laporannya dikatakan, terdapat partikel uranium dalam jumlah yang agak banyak. Dan menyebutnya sebagai hasil dari sebuah proses kimia.

Foto udara oleh militer AS menunjukkan kemiripan bangunan reaktor dengan yang ada di Korea UtaraFoto: picture-alliance/ dpa

Pihak berwenang Suriah kurang menunjukkan keinginan bekerjasama dalam masalah tersebut. Sampai sekarang pemerintah Suriah masih tetap bersikeras, bangunan yang mengalami kerusakan itu adalah sebuah instalasi militer.

Sampai sekarang Damaskus tidak bersedia mengijinkan IAEA untuk mengetahui rencana pembangunannya dan menolak permintaan IAEA untuk melakukan penilitian lanjutan di Al Kibar.

Mengenai ditemukannya jejak uranium, pemerintah di Damaskus dengan singkat menjelaskan, itu dapat berasal dari bom dan roket yang ditembakkan pesawat tempur Israel ketika menyerang tempat tersebut.

Bom dan roket jenis itu, pernah dipergunakan Amerika Serikat ketika membebaskan Kuwait. Beberapa tahun setelah perangnya berakhir, di Irak ditemukan bahan- bahan yang tercemar radio aktiv. IAEA tidak menutup kemungkinan mengenai dugaan itu dan menyatakan akan menanyakan kepada Isarel. Namun apakah Israel akan bersikap kooperativ, masih merupakan tanda tanya.

Pasalnya, sampai sekarang Israel tidak mengakui secara resmi melancarkan serangan terhadap instalasi di Al Kibar, tanggal 6 September tahun 2007 lalu. Tapi dunia Internasional tidak meragukan bahwa Israel yang berada dibalik serangannya. Tahun 1981, Israel juga menghancurkan reaktor atom Irak di Osirak. Meskipun saat ini, Suriah dan Israel melakukan perundingan tidak langsung, tapi Israel tetap bertekad untuk mengambil tindakan terhadap negara tetangganya yang berusaha memiliki senjata atom. Padahal, Israel sendiri memilikinya. (ar)