Sudah ada tiga kasus corona varian Omicron di Indonesia. Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng M Faqih mengatakan pemerintah harus mengambil langkah cepat untuk mengatasi dan mengantisipasinya.
Iklan
"Jadi ini lampu kuning ya, jadisudah terdeteksi meskipun masih diberitakan yang baru datang dan di lingkungan tempat karantina Wisma Atlet ya. Saya kira memang ini, kalau kita sudah tahu seperti ini, langkah yang harus cepat dilakukan, kita perlu perketat lagi pintu masuk, mau tidak mau," kata Daeng dalam diskusi bertajuk 'Heboh Omicron' yang disiarkan di YouTube MNC Trijaya, Sabtu (18/12/2021).
Selain itu, di tempat karantina seperti Wisma Atlet juga disarankan untuk dilakukan pengetatan. Kru atau petugas di Wisma Atlet lainnya juga di-tracing hingga ke pihak keluarganya agar didapatkan gambaran apakah sudah terjadi transmisi lokal atau belum.
"Makanya saya sampaikan memang harus kita evaluasi lagi untuk memperketat supaya yang dikarantina itu tidak menular ke petugas dan di dalam karantina itu memang tidak bisa keluar ke mana-mana. Dengan langkah seperti itu, kita berharap transmisi lokal itu bisa kita cegah sedini mungkin," ujar Daeng.
Iklan
Antisipasi penularan Omicron yang cepat
Selain itu, IDI menyarankan agar pemerintah menyiapkan kembali tempat untuk isolasi mandiri untuk mengantisipasi adanya lonjakan kasus. Penularan dan penyebaran varian Omicron diketahui sangat cepat.
"Sebenarnya secara keseluruhan gejala COVID-19 lebih banyak gejala ringan, tetapi Omicron ini jauh lebih banyak lagi gejala ringan, tetapi shelter-shelter untuk isolasi mandiri itu mulai lebih di-sounding-sounding untuk dipersiapkan. Saya kira kawan-kawan di Satgas itu sudah mulai ancang-ancang, readiness dan preparedness sudah dilakukan dengan baik," imbuhnya.
Jerman Terjebak dalam Gelombang Keempat COVID-19
Setidaknya 100.000 orang di Jerman kini telah meninggal karena COVID-19. Ketika pandemi berlanjut, tingkat infeksi naik lebih tinggi dari sebelumnya. Sementara vaksinasi kini melambat karena penolakan sebagian warga.
Foto: Jan Woitas/dpa/picture alliance
Angka tragis
Seorang pria di kuburan di Bonn berduka atas istrinya yang telah meninggal - salah satu dari 100.000 orang di Jerman yang telah meninggal karena COVID-19. Selama beberapa minggu terakhir, jumlah mereka yang meninggal karena COVID atau terkait dengan corona meningkat setiap hari.
Foto: Ute Grabowsky/photothek/imago images
Peringatan terakhir
Pengurus pemakaman telah kewalahan, dengan peti mati berbaris di sini di depan oven krematorium. Di salah satu tutupnya, kata "Corona" telah ditulis dengan kapur — peringatan bagi orang-orang yang bekerja di sana. Orang lanjut usia dan yang tidak divaksinasi yangaling berisiko meninggal karena virus, tetapi makin banyak orang yang terinfeksi walaupun sudah divaksin.
Foto: Robert Michael/dpa/picture alliance
Situasi mencemaskan bagi manula...
Dalam beberapa minggu terakhir, ada banyak kasus infeksi COVID-19 di panti jompo dan komunitas pensiunan dan kasus yang meninggal. Inilah salah satu alasan mengapa pemerintah Jerman mempertimbangkan vaksinasi wajib bagi petugas kesehatan. Italia, Prancis, dan Yunani telah melakukan langkah tersebut, dan Austria akan segera mengikutinya.
Foto: Jens Kalaene/dpa/picture alliance
...dan bagi yang muda
Tes Covid-19 di taman kanak-kanak dan sekolah menjadi rutinitas bagi anak-anak. Tidak ada kelompok populasi lain yang diuji secara teratur dan ekstensif untuk COVID-19. Namun angka infeksi pada anak berusia 5 hingga 14 tahun juga naik tiga kali di atas rata-rata. Dalam upaya untuk membendung laju infeksi, Badan Obat Eropa pada 25 November menyetujui vaksin BioNTech-Pfizer untuk kelompok usia ini.
Foto: Christian Charisius/dpa/picture alliance
Unit perawatan intensif penuh
Seorang dokter merawat pasien COVID-19 di unit perawatan intensif rumah sakit universitas di Leipzig. Tingkat rawat inap - jumlah orang yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19 - belum mencapai tingkat tertinggi sejak Desember lalu, tetapi staf kesehatan sudah membunyikan alarm dan memperingatkan bahwa rumah sakit kewalahan.
Foto: Jan Woitas/dpa/picture alliance
Lebih lama tinggal
Seorang pasien COVID-19 dengan jalur akses vena dan trakeostomi duduk di unit perawatan intensif rumah sakit. Menggunakan tingkat rawat inap sebagai nilai kejadian kontroversial: Juga banyak pasien COVID yang lebih muda. Mereka menghabiskan lebih lama dalam perawatan intensif, yang berarti kapasitas tempat tidur juga terisi untuk waktu lama.
Foto: Robert Michael/dpa/picture alliance
Virus di sepanjang perjalanan
Sejak minggu lalu, aturan baru telah diterapkan di kereta api, trem, dan bus, seperti di Hamburg ini. Hanya mereka yang telah divaksinasi, dites negatif, atau baru saja pulih dari infeksi yang dapat menggunakan transportasi umum. Penggunaan masker tetap wajib.
Foto: Eibner/imago images
Rumahku adalah kantorku
Siapa pun yang tidak benar-benar harus pergi ke tempat kerja harus bekerja dari rumah. Persyaratan bekerja dari rumah sebelumnya sudah dicabut, namun kini diberlakukan lagi. Dengan tingkat infeksi yang meningkat, pengurangan kontak menjadi prioritas. (rs/hp)
Foto: Imago/S. Midzor
8 foto1 | 8
Setelah satu orang pekerja pembersih di Wisma Atlet Kemayoran terkonfirmasi COVID-19 varian Omicron, kini bertambah lagi ada dua kasus Omicron. Dua orang terbaru itu adalah warga yang telah menempuh perjalanan dari Amerika dan Eropa.
Kasus Omicron baru di Indonesia
"Dua pasien terkonfirmasi terbaru adalah IKWJ, 42 tahun, laki-laki, perjalanan dari Amerika Selatan, serta M, 50 tahun, laki-laki, perjalanan dari Inggris. Saat ini keduanya sedang menjalani karantina di Wisma Atlet," ungkap Nadia.
Temuan ini merupakan hasil pemeriksaan khusus SGTF yang dilakukan oleh Badan Litbang Kesehatan pada 14 dan 15 Desember lalu.
Kedua pasien terbaru terkonfirmasi Omicron setelah menjalani karantina wajib 10 hari seusai kembali dari luar negeri. Hal ini menunjukkan bahwa sistem proteksi pemerintah berjalan dengan baik untuk mencegah penularan dari pendatang dari luar negeri yang terjangkit virus COVID-19. (Ed: yp)