1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Ikhwanul Muslimin Nyatakan Akan Hormati Hak Asasi Manusia

4 Desember 2011

Ikhwanul Muslimin memastikan bahwa organisasi ini tidak akan memaksa warga Mesir untuk menerapkan nilai-nilai Islam. Sementara Israel khawatir atas kemenangan Ikhwanul Muslimin pada pemilu parlemen di Mesir.

Egyptians hold posters supporting Omar Suleiman, Egypt's vice president in late January, during a rally in support of the ruling supreme council of the armed forces, SCAF, at Abbasiya Square, in Cairo, Egypt, Friday, Dec. 2, 2011. Islamists appear to have taken a strong majority of seats in the first round of Egypt's first parliamentary vote since Hosni Mubarak's ouster, a trend that if confirmed would give religious parties a popular mandate in the struggle to win control from the ruling military and ultimately reshape a key U.S. ally. Arabic read " We demand Suleiman to candidae for Presidency" , "dignity better than food", " Soleiman : Egypt in danger" . (Foto:Amr Nabil/AP/dapd)
Pemilu di MesirFoto: dapd

Wakil ketua Ikhwanul Muslimin, Essam el Erian mengungkapkan kepada kantor berita AP bahwa Ikhwanul Muslimin adalah partai yang moderat dan fair. Partai ini hendak menerapkan hukum Syariah yang fair dan menghormati hak asasi manusia.

Dengan begitu Ikhwanul Muslimin mengambil jarak dari partai ultra konservatif Nur yang menginginkan interpretasi ketat hukum Islam seperti di Arab Saudi. El Erian selanjutnya menjelaskan bahwa tujuan Ikhwanul Muslimin tidak begitu. "Kami menghargai semua manusia dalam pilihan agama dan cara hidupnya", tambahnya.

Foto: dapd

Gerakan kaum muda, motor aksi protes tidak mainkan peranan dalam pemilu

Menurut hasil pemilu bagian pertama, Ikhwanul Muslimin memimpin dalam pemilu parlemen Mesir. Pekan lalu, Kairo, Aleksandria dan tujuh provinsi melakukan pemilu sedangkan 18 provinsi lainnya belum. El Erian menuntut lawan-lawan politik partainya untuk menerima hasil pemilu. "Kita ingin agar semua pihak menerima sistem demokrasi. Ini adalah jaminan bagi stabilitas."

Menurut hasil sementara, Ikhwanul Muslimin meraup 40 persen suara, partai radikal Nur kelompok Salafiyah di tempat kedua dengan pengumpulan 20 persen suara dan Aliansi Mesir yang terdiri dari kubu kiri dan liberal merupakan kekuatan ketiga. Sementara gerakan kaum muda Mesir yang mendominasi aksi protes terhadap pemerintahan militer di Kairo, sama sekali tidak memainkan peran dalam pemilu parlemen.

Pelantikan pemerintah transisi Mesir tertunda akibat pertikaian seputar posisi tertentu. Menurut kalangan kementrian dalam negeri, sejumlah pejabat tinggi menolak tawaran menjadi menteri. Tugas menteri dalam negeri terutma menyangkut keamanan dalam negeri dan ini merupakan tugas yang sulit saat ini karena gelombang aksi protes di negeri itu. Sebelumnya direncanakan bahwa kabinet tranisisi Perdana Menteri Kamal al Gansiri dilantik oleh Ketua Dewan Militer, Hussein Tantawi, hari Sabtu lalu (3/12).

Ehud BarakFoto: dapd

Israel khawatir atas hasil pemilu Mesir

Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel, Ehud Barak mengungkapkan kekhawatiran atas kemenangan Ikhwanul Muslimin pada pemilu parlemen di Mesir. "Proses Islamisasi di negara-negara Arab sangat mengkhawatirkan", kata Barak kepada harian Israel "Jediot Achronot" hari Minggu (4/12). Ia menambahkan, adalah masih terlalu dini untuk melihat dampak dari perubahan-perubahan terhadap wilayah Wimur Tengah.

Selanjutnya Barak mengatakan, "Saya harap, pemerintahan yang dibentuk di Mesir mengerti bahwa tidak ada pilihan lain kecuali menaati kerangka kesepakatan internasional, di antaranya kesepakatan perdamaian dengan israel."

Christa Saloh/dapd/dpa/ape

Editor: Luky Setyarini

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait