Eropa, Asia dan Amerika Serikat dilanda gelombang panas. Kebakaran hutan yang kerap terjadi di Eropa Selatan dan AS menyebabkan banyak warga kehilangan tempat tinggal.
Iklan
Cuaca telah menjadi kekuatan yang mematikan. Tanyakan saja pada korban badai yang baru-baru ini menghantam Karibia dan Teluk Meksiko. Banjir bandang makin sering terjadi di kawasan di seluruh dunia. Kemarau berkepanjangan meningkatkan ancaman bahaya kelaparan di Afrika.
Belum lama ini, Potsdam Institute for Climate Research mengadakan konferensi mengenai dampak perubahan iklim dan memperingatkan bahwa iklim yang tidak stabil juga dapat mengganggu stabilitas masyarakat.
"Konsekuensi pemanasan global tidak hanya menyebabkan kerusakan ekonomi - juga mengancam masyarakat termiskin di dunia," demikian kesimpulannya.
Teori menjadi kenyataan
Ilmuwan iklim Wallace Broecker memperkenalkan istilah "global warming" alias pemanasan global tahun 1975 dalam makalahnya yang terkenal tentang perubahan iklim. Seberapa besar dampak perubahan iklim memang masih belum jelas - dan kini masih jadi perdebatan di kalangan ilmuwan dan aktivis lingkungan.
Bulan November, wakil-wakil dari seluruh dunia akan berkumpul di Bonn, Jerman, untuk melakukan putaran perundingan COP 23 dalam upaya memperlambat kenaikan temperatir global. Ini adalah lanjutan dari Perjanjian Paris dua tahun lalu yang dipuji sebagai terobosan. Ketika itu, hampir semua pemerintahan dunia berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca.
Kesepakatan tersebut itu adalah indikator, seberapa jauh manusia telah menyadari betapa pentingnya untuk bertindak sekarang. Tapi masih banyak yang harus dilakukan. Sejauh ini, hanya ada janji-janji yang dibuat berdasarkan kesepakatan global. Namun konferensi-konferensi, termasuk COP23 — hanya sebagian dari solusi.
Dale Jamieson, professor filsafat dan studi lingkungan di York University, memperingatkan agar orang tidak terlalu berharap pada "orang-orang terkenal yang datang ke Bonn dan menyatakan pada dunia mereka akan berkomitmen dan mengusulkan aksi-aksi alternatif".
"Kebanyakan hal penting tidak terjadi di COP," kata Jamieson. Kekuatan utama adalah tekanan masyarakat demokratis kepada para politisi, agar mereka melakukan perubahan yang lebih besar dan membentuk dunia seperti yang kita inginkan”.
Tindakan lokal penting
Dalam kasus Amerika Serikat, setelah Presiden Donald Trump menarik AS keluar dari kesepakatan iklim, kota-kota dan negara bagian di seluruh negeri itu malah melangkah maju dan bertekad untuk memenuhi target tentang perubahan iklim.
Gubernur negara-negara bagian AS juga telah menetapkan target pengurangan emisi mereka sendiri yang seringkali lebih progresif daripada target nasional, tidak hanya di AS tapi juga di bagian lain dunia.
Baru-baru ini, sejumlah kota metropolitan terkemuka termasuk London, Los Angeles, Paris, Mexico City, Kopenhagen, Barcelona, Vancouver dan Cape Town melakukan langkah itu.
Robert Costanza, ekonom di Crawford School of Public Policy di Australia mengatakan, hal seperti itu akan lebih sering terjadi karena "inisiatif lokal memiliki kekuatan besar." Dia mengatakan, kita memerlukan perubahan radikal yang lebih luas.
Apa yang Anda ketahui tentang perubahan iklim?
Perubahan iklim menjadi satu tema yang kerap dibahas dalam beberapa tahun terakhir. Sejauh mana Anda tahu tentang masalah yang berdampak besar bagi kita semua ini?
Foto: picture-alliance/W. Steinberg
Pertanyaan:
Berapa derajat Bumi menjadi lebih hangat sejak masa pra-industri?
Foto: picture-alliance/dpa
Jawaban:
Menurut Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim IPCC, suhu rata-rata di bumi telah meningkat 0,8 derajat Celcius sejak 1850. Dinas metereologi Inggris Met Office menyebut, suhu akan meningkat 1 derajat pada akhir 2015. Para pakar mengatakan, kenaikan suhu sampai 2 derajat dapat mengundang bencana besar. Namun banyak ahli juga mengatakan, 1,5 derajat sudah melampaui ambang risiko.
Foto: DW/G. Rueter
Pertanyaan:
Dampak apa yang akan timbul jika suhu bumi meningkat 2 derajat pada tahun 2100?
Foto: DW/K.Hasan
Jawaban:
Hingga 3 juta orang di wilayah pesisir akan terancam banjir. Dan diperkirakan sekitar 250 juta orang akan kehilangan tempat tinggal akibat perubahan iklim. Sampai 2 miliar warga dunia akan menghadapi kekurangan air. Jika suhu meningkat 1 derajat sampai akhir abad ini, 20 sampai 30 persen spesies mahluk hidup bisa punah, karena tidak mampu beradaptasi dengan cepat.
Foto: picture-alliance/AP/T. Gutierrez
Pertanyaan:
Apa yang menyebabkan efek rumah kaca?
Foto: IRNA
Jawaban:
Penggunaan bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak atau bensin, yang sebagian besar untuk produksi listrik dan transportasi, menghasilkan karbon dioksida. Ketika mencapai bagian atas atmosfer, karbon dioksida akan mengikat panas. Proses ini menjadikan suhu meningkat dan menyebabkan perubahan iklim.
Foto: picture-alliance/AP/M. Meissner
Pertanyaan:
Negara mana yang paling terkena dampak cuaca ekstrim?
Foto: Reuters
Jawaban:
Menurut indeks risiko iklim global yang dikeluarkan oleh Germanwatch, antara tahun 1995 sampai 2014, negara-negara berkembang seperti Honduras, Myanmar dan Haiti yang paling menderita akibat banjir, badai dan gelombang panas. Negara yang paling terpukul akibat perubahan iklim di tahun 2014 adalah Afghanistan, Serbia, Bosnia dan Herzegovina.
Foto: Reuters
Pertanyaan:
Apa hubungan antara perubahan iklim dan kenaikan tingkat keasaman laut?
Foto: imago/OceanPhoto
Jawaban:
Satu proses kimia berlangsung saat laut dan samudra menyerap peningkatan karbon dioksida dari atmosfer. Proses ini mengubah tingkat pH air laut. Peningkatan pH ini akan menurunkan kemampuan hidup makhluk laut seperti kerang. Hal ini akan mempengaruhi seluruh rantai makanan di laut, yang mana manusia juga tergantung padanya.
Foto: XL Catlin Seaview Survey
Pertanyaan:
Moda transportasi apa yang paling ramah lingkungan: mobil, kereta api, bus atau pesawat terbang?
Foto: picture-alliance/dpa/L. van Lieshout
Jawaban:
Terbang dengan pesawat komersial dari Bandung ke Denpasar, yang berjarak sekitar 900 km, menghasilkan sekitar 250 kg CO2. Untuk jarak yang sama, satu mobil VW golf menghasilkan 180 kg emisi dan bus sekitar 30 kg. Sementara untuk menempuh jarak 900 km, kereta api hanya menghasilkan 11 kg CO2.