Tindakan paling mudah melindungi diri dari virus corona, seperti sering mencuci tangan terbukti efektif. Hingga kini vaksin untuk virus ini belum ada, dan ilmuwan berlomba dengan waktu mengembangkannya.
Iklan
Cara paling efektif mencegah infeksi adalah, memperkuat sistem kekebalan tubuh. Vaksin untuk menangkal influenza, dibuat dari virus yang dilemahkan atau bagian kode genetiknya. Vaksinasi membangunkan sistem kekebalan tubuh untuk siaga dan memacu produksi antibodi, yang bereaksi cepat menyerang virus target.
Pengembangan vaksin yang aman dan efektif, dalam kondisi normal perlu waktu lama, hingga 5 tahun. Tapi dalam kasus virus corona baru, terjadi perlombaan adu cepat. Sejumlah laboratorium lintas negara sudah bekerjasama dan beberapa diantaranya mulai melakukan ujicoba pada binatang.
Tapi apakah hasilnya sudah bisa digunakan segera, banyak pakar skeptis. Cepat itu relatif.
Dr. Hilary Marston dari National Instiute of Allergy and Infectious Diseases mengatakan: "Jika semua hal berjalan sangat cepat, kita kemungkinan punya vaksin dalam waktu satusetengah atau dua tahun. Itupun sudah sangat optimistis."
Imunisasi pasif dan obat alternatif
Mengingat pembuatan vaksin yang efektif melawan virus corona masih perlu waktu cukup lama, sangat penting untuk menolong orang yang sudah terinfeksi dan sakit dengan obat-obatan. Misalnya dengan imunisasi pasiv, menggunakan antibodi pasien yang sembuh dari infeksi. Metode ini sudah digunakan pada penyakit lainnya.
Juga ada harapan dari obat-obatan yang sebetulnya dikembangkan untuk penyakit lain, yang bisa ampuh melawan COVID-19. Misalnya Remdesivir yang sejatinya dikembangkan untuk melawan Ebola. Ini sudah diujicoba saat epidemi di Afrika Barat pada tahun 2013. Walau tidak terbukti sangat efektif melawan ebola, tapi perusahaan menyebut itu punya efek pada virus corona. Artinya bisa membantu pasien COVID-19.
Pakar medis mengatakan, pemanfaatan ulang obat-obatan lain yang dikembangkan untuk melawan malaria atau HIV juga menunjukkan harapan. Uji klinis bagi komponen obat itu sedang berjalan. (as/ml)
Di Mana Sebenarnya Virus Corona Mengintai?
Khawatir tertular virus corona dari hewan peliharaan, kentang, atau bahkan kartu ulang tahun di samping tempat tidur? Anda tidak sendirian. Virus corona seolah ada di mana-mana. Benda apa saja yang aman dipegang?
Foto: picture-alliance/dpa/S. Gollnow
Gagang pintu bisa terkontaminasi?
Penelitian saat ini menyebukan, virus corona dapat bertahan hidup selama empat hingga lima hari pada permukaan benda seperti gagang pintu. Virus SARS-CoV-2 penyebab wabah corona juga dapat menyebar melalui tangan dan permukaan yang sering disentuh. Meski masih perlu dipelajari lebih lanjut, para ahli meyakini bahwa wabah COVID-19 mirip dengan virus corona jenis lainnya.
Perlu juga kewaspadaan ekstra sewaktu makan siang di kantin, jika kantin masih buka. Pada dasarnya, virus corona juga dapat menempel di peralatan makan seperti sendok dan piring lewat bersin atau batuk orang yang terinfeksi. Namun, Institut Federal Jerman untuk Penanganan Risiko, BfR, mengatakan bahwa sampai saat ini "belum diketahui ada infeksi virus SARS-CoV-2 yang menyebar lewat cara ini."
Foto: picture-alliance/dpa/J. Kalaene
Ragu terhadap barang impor?
Haruskah orang tua khawatir adanya kemungkinan infeksi dari mainan impor? Tidak, kata BfR. Sejauh ini, belum ada bukti adanya kasus penularan lewat mainan impor atau barang lainnya. Para ahli sejauh ini berasumsi bahwa virus sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan. Namun patogen masih bisa menginfeksi selama beberapa hari, terutama dalam cuaca dingin dan kelembaban tinggi.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Gollnow
Paket pos penuh virus?
Secara umum, virus corona yang menginfeksi manusia tidak bisa bertahan lama pada permukaan kering. Hidupnya virus di luar organisme manusia tergantung pada banyak faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban. BfR memperkirakan infeksi melalui pos "agak tidak mungkin." Namun, institut ini juga mengakui bahwa data yang lebih tepat tentang SARS-CoV-2 belum tersedia.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Becker
Bisakah saya terinfeksi dari hewan peliharaan?
Dapatkah anjing saya menginfeksi saya atau saya menginfeksi anjing saya? Para ahli menganggap risiko hewan peliharaan terinfeksi virus corona sangat rendah, tetapi tidak menutup kemungkinannya. Hewan-hewan itu sendiri mungkin tidak menunjukkan gejala, sehingga tidak sakit. Namun, jika hewan terinfeksi, mungkin saja mereka menularkan virus corona melalui udara atau lewat kotoran.
Foto: picture-alliance/dpa/AP/A. Tarantino
Apakah buah-buahan berbahaya?
BfR mengatakan bahwa makanan yang terkontaminasi kemungkinan tidak mentransmisikan virus SARS-CoV-2. Sejauh ini, tidak ada kasus yang terbukti. Tentu saja orang harus mencuci tangan dengan teliti sebelum menyiapkan makanan, bahkan juga jika tidak ada wabah corona. Karena virus peka terhadap panas, memanaskan makanan dapat mengurangi risiko infeksi lebih lanjut.
Foto: picture-alliance/Kontrolab/IPA/S. Laporta
Kontaminasi dari makanan beku?
Meski virus corona penyebab SARS dan MERS dikenal tidak suka panas, patogen ini bisa bertahan di suhu dingin. Virus dapat tetap menular pada suhu -20 derajat Celsius, dan bertahan dalam status beku hingga dua tahun. Namun, BfR tetap menegaskan bahwa sejauh ini, belum ada bukti rantai infeksi SARS-CoV-2 melalui konsumsi makanan, termasuk makanan beku.
Foto: picture-alliance /imageBROKER/J. Tack
Jangan makan binatang liar!
Wabah COVID-19 setidaknya menghasilkan satu hal yang positif: Cina melarang konsumsi hewan liar. Bukti telah menunjukkan bahwa virus corona jenis baru ini ditransmisikan ke manusia oleh kelelawar. Kelelawar, tentu saja, tidak bisa disalahkan atas wabah ini. Mungkin, sebenarnya hewan ini juga tidak mau jadi santapan. (ae/as)