Untuk pertamakalinya ilmuwan memproduksi bahan bakar Propana dari sumber terbarukan, yakni bakteri E.coli yang umum ditemui di dalam tubuh manusia. Bahan bakar unik ini bisa diproduksi masal dalam waktu sepuluh tahun
Iklan
Ilmuwan Inggris dan Finnlandia sukses memproduksi bahan bakar Propana terbarukan dengan memanfaatkan bakteri yang umum ditemui pada usus manusia. Terobosan teranyar ini diyakini akan dapat diproduksi secara massal dalam waktu dekat.
"Walaupun kami baru mampu memproduksi dalam jumlah kecil, bahan bakar yang kami buat bisa langsung dipakai untuk menggerakkan mesin," kata salah seorang peneliti yang terlibat, Patrick Jones dari Imperial College London.
Jones meyakini, kendati penelitian yang dijalankannya baru pada tahap awal, Propana berbasis bakteri bisa diproduksi secara komersial dalam waktu lima hingga sepuluh tahun. Propana termasuk energi yang ramah lingkungan karena kandungan karbonnya yang rendah.
Ramah Lingkungan dan Berbiaya Murah
Dalam bentuknya yang ada saat ini, Propana bisa ditemui sebagai Gas Alam Cair atau Liquid Natural Gas yang digunakan untuk kompor atau kendaraan. Sejauh ini Propana diproduksi sebagai produk sampingan dari pengolahan gas alam atau minyak mentah.
"Bahan bakar fossil jumlahnya terbatas dan kita harus mencari cara baru untuk menutupi kebutuhan energi yang terus meroket," kata Jones. Menurutnya tantangan terbesar buat ilmuwan adalah mengembangkan proses pengolahan yang ramah lingkungan, berbiaya murah dan memiliki prespektif jangka panjang secara ekonomi.
Saat ini Alga juga bisa digunakan buat memproduksi Biodiesel. Namun produksinya dipandang tidak ekonomis karena mahalnya biaya panen dan pengolahan. "Kami memilih Propana karena senyawa ini bisa diolah dengan energi yang sedikit. Dan Propana juga sudah memiliki infrastruktur di seluruh dunia. Jadi mudah digunakan," kata Jones.
Bakteri dalam Usus
Dalam penelitiannya, tim ilmuwan dari Imperial College London dan University of Turku, Finnlandia, menggunakan bakteri Escherichia coli alias E.coli untuk menginterupsi proses biologis yang mengbah asam lemak menjadi membran sel.
Ilmuwan lalu menggunakan enzim untuk menyalurkan asam lemak sehingga merangsang produksi Propana dan bukan membran sel. Jonas mengakui pihaknya saat ini masih menyempurnakan proses pengolahan.
"Saya harap dalam waktu dekat kami sudah bisa mengembangkan proses pengolahan komersil," katanya.
rzn/hp (rtr,ap)
Pesawat Berbahan Bakar Alga
Di Pusat Ilmu Alga di pusat penelitian Jülich diteliti bagaimana membuat bahan bakar pesawat yang efisien dari alga. Tujugannya, agar di masa depan pesawat berukuran besar bisa terbang dengan sumber energi organik.
Foto: DW/B. Böttcher
Tenaga Hijau
Alga sudah bisa digunakan minyaknya. Mengapa minyak ini tidak digunakan untuk menggerakkan pesawat terbang? Cara pembuatannya sekarang mulai diteliti di Pusat Pengetahuan Alga yang baru, di pusat penelitian Jülich.
Foto: DW/B. Böttcher
Berkembang di Kantung dari Bahan Sintetis
Peneliti mencoba tiga metode untuk mengembangbiakkan alga. Pertanyaan yang akan dijawab, dalam kondisi bagaimana alga berkembang, dan menghasilkan minyak terbanyak? Salah satu metodenya adalah mengembangbiakkan dalam kantung dari bahan sintetis, dalam posisi vertikal. Itu bisa dilakukan di dalam atau di udara terbuka.
Foto: DW/B. Böttcher
Kadang Lebih Mudah dalam Posisi Horisontal
Metode ketiga untuk mengembangbiakkan alga adalah dengan menggantungnya dalam posisi melintang. Air menetes melewati tumbuhan itu hingga ke lantai. Karena ruangan dihangatkan, terciptalah situasi seperti dalam rumah kaca. Akibatnya, alga tumbuh lebih cepat. Para ilmiawan meneliti, apakah penambahan energi ini menguntungkan.
Foto: DW/B. Böttcher
Dari Teori Jadi Pelaksanaan
Andreas Müller (kanan) dan Dominik Behrendt (kiri) dari Pusat Penelitian Jülich tidak bermaksud menciptakan metode baru, melainkan meneliti lebih jauh metode yang sudah ada. Yang mana yang paling efisien?
Foto: DW/B. Böttcher
Melihat dalam Gelas Percobaan
Untuk itu mereka meneliti kadar minyak pada alga. Satu kilogram alga mengikat kira-kira dua kilogram karbondioksida, dan mengubahnya menjadi senyawa organik, dan terutama menjadi minyak, yang nantinya diolah menjadi kerosin untuk menggerakkan pesawat terbang.
Foto: DW/B. Böttcher
Karpet Alga di Jülich
Luas ketiga instalasi alga di kompleks Pusat Penelitian Jülich kira-kira 1.500 meter persegi. Para peneliti memperkirakan, dari seluruh produksi alga di Pusat Ilmu Pengetahuan tersebut bisa diproduksi satu ton kerosin per tahun. Dengan jumlah bahan bakar itu, sebuah pesawat Jumbo Airbus A380 bisa terbang sekitar 60 kilometer.
Foto: DW/B. Böttcher
Teruslah Tumbuh!
Hingga pesawat bisa terbang dengan kerosin organik, masih perlu waktu pengembangan panjang. Itu juga diketahui para peneliti. Menurut mereka, metode ini baru bisa dilakukan dalam skala besar dan menguntungkan perekonomian dalam waktu 10 hingga 20 tahun mendatang.