ILO dan Amnesty International Kritik Praktik Kerja Anak
15 November 2017
Organisasi Buruh International ILO mengeluhkan kurangnya upaya penanganan dan pencegahan kerja anak. Amnesty International melaporkan banyak pabrikan mobil Jerman menarik keuntungan dari kerja anak di Afrika.
Iklan
Satu dari setiap 10 anak di seluruh dunia menjadi korban kerja anak, dan hampir setengahnya melakukan pekerjaan berbahaya, kata Direktur Jenderal Organisasi Buruh Internasional (ILO) Guy Ryder hari Selasa (14/11). Guy Ryder berbicara pada pembukaan konferensi global mengenai kerja anak di Buenos Aires, Argentina.
Ryder mengatakan, jumlah pekerja anak memang telah turun sekitar 100 juta sejak akhir 1990-an, saat dia. Tapi tingkat perubahan baru-baru ini telah melambat secara mencolok.
"Kami tidak bisa memprediksi bagaimana pasar tenaga kerja akan berubah di masa depan, namun kami tahu satu hal: Kami tidak menginginkan lebih banyak pekerja anak dan tidak ingin lagi melihat perbudakan modern," kata Ryder kepada peserta konferensi.
Dalam laporan terbarunya, organisasi hak asasi Amnesty International mengecam perusahaan-perusahaan otomotif Jerman yang disebutnya "menarik keuntungan besar"dari kerja anak di Republik Demokratik Kongo. Amnesty antara lain menyebut perusahaan BMW, Daimler dan Volkswagen (VW).
Perusahaan otomotif Jerman memperluas kerja anak?
Dengan meningkatnya penjualan mobil listrik dan sistem komunikasi pintar, permintaan terhadap Cobalt di seluruh dunia makin tinggi. Dari 29 perusahaan Jerman yang diteliti oleh Amnesty International, tidak ada yang bersedia memberi keterangan terbuka tentang upaya mereka mencegah pekerjaan anak.
Terutama perusahaan BMW jadi sorotan laporan Amnesty Internasional. Memang BMW "dalam beberapa aspek” sudah mengadakan perbaikan, namun dalam banyak bidang masih ada "kekurangan besar”. Hal serupa didapati di perusahaan Daimler dan VW.
Peneliti Amnesty Internasional Mathias John mengatakan, beberapa perusahaan memang sudah memperbaiki pengawasan jaringan pemasok Cobalt mereka. Tapi semuanya masih "jauh dari memadai”. Semua perusahaan bersikap tidak transparan tentang jaringan pemasok Cobalt dan sistem pengawasan internal mereka, kata John.
Berupah Minim: Nasib Buruh Anak di Asia
Mereka bekerja di bidang pertanian, pertambangan, pabrik atau bidang pelayanan. Menurut perkiraan Organisasi Buruh Internasional (ILO), di seluruh dunia sekitar 168 juta anak terjerumus jadi pekerja berupah minim.
Foto: AFP/Getty Images
Peringatan Tiap Tahun
Tiap tanggal 12 Juni, PBB memperingatkan nasib pekerja anak-anak di seluruh dunia yang diperkirakan 168 juta. Tahun 1999 negara anggota Organisasi Buruh Internasional (ILO) menyepakati konvensi menentang bentuk terburuk pekerjaan anak-anak. Kesepakatan itu ditujukan bagi anak-anak di bawah 18 tahun dan antara lain melarang perbudakan serta prostitusi.
Foto: imago/Michael Westermann
Handuk "Made in India"
Pekerja anak-anak di Tamil Nadu, India Selatan. Di pabrik ini misalnya diproduksi handuk. Anak ini hanya satu dari jutaan lainnya. ILO memperkirakan, di Asia jumlahnya hampir 78 juta. Dengan kata lain, hampir 10% anak-anak antara lima dan 17 tahun dipaksa bekerja.
Foto: imago/imagebroker
Bekerja, bukan Bersekolah
Mereka tidak bisa membaca serta menulis, dan mereka harus membuat batu bata. Akibat kemiskinan, banyak anak India harus ikut mencari nafkah bagi keluarga. Anak-anak bekerja sepuluh jam per hari, dan upah harian hanya sekitar 10.000 Rupiah.
Foto: imago/Eastnews
Tenaga Kerja Murah
Menurut data sensus terakhir di India, sekitar 12,6 juta anak menjadi pekerja. Mereka menjajakan dagangan di jalanan, menjahit, memasak juga membersihkan restoran, memetik kapas di ladang atau membuat batu bata. Semua itu hanya untuk upah sedikit. Upah pekerja anak-anak hanya sepertiga dari yang diperoleh pekerja dewasa untuk pekerjaan sama.
Foto: imago/imagebroker
Kondisi Sesuai Harkat Sebagai Manusia
Setengah dari seluruh pekerja anak-anak melakukan pekerjaan yang dianggap berbahaya. Demikian laporan ILO tahun 2013. Mereka mencari nafkah di tambang batu atau perkebunan komersial. Mereka juga bekerja di malam hari, bekerja terlalu lama dan sebagian diperlakukan seperti budak. Di samping itu semua, tidak ada kontrak kerja dan jaminan sosial.
Foto: AFP/Getty Images
"Made in Bangladesh"
Di Bangladesh pekerja anak-anak juga ada di mana-mana. Menurut keterangan Badan PBB urusan Anak-Anak (UNICEF), di negara itu sekitar lima juta anak harus ikut mencari nafkah dan bekerja dalam kondisi seperti budak. Misalnya di industri tekstil, sektor ekspor terbesar negara itu. Hasil kerja mereka dibeli konsumen di negara industri kaya.
Foto: imago/Michael Westermann
Sendirian di Kota Metropolitan
Di Kamboja, hanya sekitar 60% anak-anak bersekolah. Lainnya sudah ikut mencari nafkah bersama orang tuanya. Ribuan lainnya mencari uang sendirian di jalan-jalan, misalnya di ibukota Phnom Penh.
Foto: picture-alliance/dpa
Daftar Panjang
Memang jumlah pekerja anak-anak di seluruh dunia berkurang sejak tahun 2000. Pekerja anak perempuan berkurang 40%, dan anak laki-laki 25%. Tetapi pekerja anak-anak masih bisa dijumpai di banyak negara Asia. Di samping India, Bangladesh dan Kamboja, juga di Afghanistan (foto), Nepal dan Myanmar.
Foto: AFP/Getty Images
8 foto1 | 8
Dirjen ILO-Chef: "Kami tidak ingin lagi ada perbudakan!"
Amnesty International menuntut agar semua perusahaan mengawasi jaringan pemasoknya berdasarkan prinsip-prinsip acuan yang ditetapkan PBB dan Organisasi untuk Kerjsama Ekonomi dan Pembangunan, OECD. Pengawasan harus dilakukan sejak dari pertambangan sampai ke pabrik. Jika terjadi pelanggaran hak asasi, maka perusahaan harus bertindak.
Menurut ILO, upaya pencegahan kerja anak dalam beberapa tahun terakhir mengendur. Sekitar setengah pekerja anak menurut ILO dipaksa untuk bekerja, dan melaksanakan kegiatan kerjanya dalam kondisi berbahaya.
Para ahli memperkirakan satu dari sepuluh anak di dunia saat ini dipaksa untuk bekerja. Seluruhnya ada sekitar 152 juta anak-anak yang saat ini harus bekerja, sementara ada sekitar 200 juta orang dewasa yang menganggur. ILO menargetkan, pada tahun 2025 sudah tidak ada lagi anak-anak yang dipaksa untuk bekerja.
Potret Muram Buruh Anak di Indonesia
Di mana kemiskinan merebak, di situ anak-anak dipekerjakan. Kesimpulan Organisasi Buruh Dunia itu juga berlaku buat Indonesia. Negara kita menampung hingga 2,3 juta buruh anak. Dan pemerintah kewalahan.
Foto: picture alliance/C. Leimbach/Robert Harding
Konsentrasi di Timur Indonesia
Organisasi Buruh Internasional (ILO) mencatat, saat ini terdapat sekitar 2,3 juta buruh anak di Indonesia. Data tersebut mencakup bocah yang berusia antara 5 hingga 17 tahun. Menurut badan PBB itu, sebagian besar pekerja anak di Indonesia terdapat di bagian timur.
Foto: WEDA/AFP/Getty Images
Papua dan Sulawesi
Menurut Komisi Nasional Perlindungan Anak, buruh di bawah umur di Papua mencapai 34,7 persen dari total pekerja. Sementara di tempat kedua adalah Sulawesi Utara yang menampung 20,4 persen buruh anak dan Sulawesi Barat sebesar 19,82 persen.
Foto: picture alliance/M. Norz
Bertani Atau Jadi Buruh
Sebagian buruh anak di Indonesia bekerja di sektor pertanian. Sementara sisanya terbagi antara sektor jasa dan manufaktur. ILO mengklaim, bocah yang bekerja di sektor jasa kebanyakan menjadi pembantu rumah tangga.
Foto: picture alliance/C. Leimbach/Robert Harding
Nol Buruh Anak di 2022
Kementrian Ketenagakerjaan berambisi menghapus buruh anak di Indonesia hingga tahun 2022. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan memberikan perlindungan sosial buat anak di bawah umur dan pelatihan buat masyarakat, serikat pekerja dan perusahaan.
Foto: picture alliance/dpa/M. Irham
Lingkaran Kemiskinan
Tantangan terbesar dalam mengurangi pertumbuhan buruh anak adalah minimnya akses pendidikan dan kemiskinan. Dari jumlahnya yang mencapai jutaan, pemerintah baru berhasil menyekolahkan hingga 50.000 buruh anak.
Foto: picture alliance/Robert Harding
Potret Bocah Miskin Perkotaan
Sebagian bocah dipaksa bekerja sebagai anak jalanan. Data Kementerian Sosial menyebut terdapat sekitar 230.000 anak jalanan di Indonesia. 8000 di antaranya berada di Jakarta. Dari jumlah tersebut, tidak sampai setengahnya yang masuk dalam jaringan pengaman sosial.
Foto: B. Ismoyo/AFP/Getty Images
Rumah Penampungan
Dinas Sosial pemerintahan DKI sejauh ini telah membuka 56 rumah singgah buat anak-anak jalanan. Jumlah yang bisa ditampung sekitar 3000 bocah. Namun seringkali anak-anak itu kembali ke pekerjaan lama, ketimbang duduk di bangku sekolah.
Foto: picture alliance/dpa/A. Rante
Membantu Ekonomi Keluarga
Penelitian Kementerian Pemberdayaan Perempuan 2009 silam mengungkap, 71 persen anak jalanan mengaku bekerja secara sukarela untuk membantu perekonomian keluarga, enam persen lain mengklaim dirinya dipaksa dan 15 persen buat membiayai sekolah. Ketika mengemis dan mengamen tidak lagi mendatangkan uang, anak-anak terkadang menjadi pemulung.
Foto: picture alliance/AP Photo/B. Bakkara
Rentan Kemiskinan
Kemiskinan anak adalah masalah lain yang dihadapi Indonesia. Menurut sensus penduduk terakhir, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) mencatat 51 persen bocah di Indonesia rentan kemiskinan, sementara 28 persen lain saat ini tergolong miskin.
Foto: picture alliance/Robert Harding World Imagery
Tanpa Gizi, Tanpa Pendidikan
Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 menyebut saat ini 17,9 persen balita di Indonesia mengalami kekurangan gizi. Situasi muram juga bisa ditemui di bidang pendidikan. Menurut data Profil Anak Indonesia 2011 lalu: 8,12 persen anak usia 5-17 tahun masih berstatus tidak sekolah dan 9,3 persen malah belum pernah sama sekali mengecap pendidikan.