Imam Khamenei Desak Dunia Arab Batalkan Normalisasi Israel
26 Oktober 2021
Pemimpin spiritual Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengklaim pemulihan hubungan diplomasi dengan Israel mencederai persatuan umat Islam, dan mendesak agar normalisasi dibatalkan.
Iklan
Negara-negara Arab "telah berdosa” menormalisasi hubungan dengan Israel tahun lalu, dan harus membatalkan kebijakan tersebut, kata pemimpin spiritual Iran, Ayatollah Ali Khamenei, Minggu (24/10).
Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan dan Maroko sepakat membuka hubungan dengan Israel di bawah mediasi bekas Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
"Beberapa pemerintahan sayangnya melakukan kesalahan fatal dan berbuat dosa dengan menormalisasi hubungan diplomasi dengan rejim otoriter dan ilegal,” kata dia merujuk kepada Israel.
"Normalisasi bertentangan dengan persatuan Islam, mereka harus segera kembali ke jalan yang benar dan bertanggung jawab atas kesalahan besar ini,” imbuhnya dalam sebuah pidato di acara Maulid Nabi Muhammad di Teheran.
Hingga tahun lalu, hanya Mesir dan Yordania saja yang berhubungan resmi dengan Israel. "Jika persatuan umat muslim tercapai, masalah Palestina pasti akan bisa diatasi dengan cara terbaik.”
Mei silam, Khamenei menggambarkan Israel sebagai "markas teroris” dan "bukan sebuah negara.” Iran saat ini sedang menegosiasikan pemulihan Perjanjian Nuklir 2015 yang ditentang Yerusalem.
Mengenang 40 Tahun Perang Iran vs Irak
Perang Iran-Irak jadi salah satu konflik militer terkelam di Timur Tengah. Berlangsung delapan tahun menjadi saksi penggunaan senjata kimia, tewasnya ratusan ribu orang, serta mengubah wilayah dan situasi politik global.
Foto: picture-alliance/Bildarchiv
Konflik teritorial
Pada 22 September 1980, diktator Irak Saddam Hussein mengirim pasukannya ke negara tetangga Iran. Ini jadi awal mula perang mematikan selama delapan tahun yang menewaskan ratusan ribu orang. Konflik perbatasan wilayah berlarut-larut jadi pemicu perselisihan dua negara mayoritas Muslim Syiah ini.
Foto: defapress
Perjanjian Aljazair
Lima tahun sebelumnya, pada Maret 1975, Saddam Hussein, yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden Irak, dan Raja Iran saat itu Shah Pahlevi menandatangani perjanjian di Aljazair, untuk menyelesaikan sengketa perbatasan. Baghdad menuduh Teheran merencanakan serangan dan memutuskan mengevakuasi tiga pulau strategis di Selat Hormuz, yang diklaim milik Iran dan UEA.
Foto: Gemeinfrei
Sumber air
Pada 17 September 1980, Baghdad menyatakan Perjanjian Aljazair batal demi hukum dan menuntut kendali atas semua wilayah perbatasan Shatt al-Arab, sungai sepanjang 200 kilometer pertemuan sungai Tigris dan Sungai Efrat yang bermuara di Teluk Persia.
Foto: picture-alliance/AP Photo/N. al-Jurani
Pemboman pelabuhan dan kota
Pasukan Irak meledakkan bandara Iran, termasuk yang ada di Teheran, serta fasilitas militer dan kilang minyak Iran. Pada pekan pertama pasukan Irak berhasil merebut kota Qasr-e Shirin dan Mehran, serta pelabuhan Khorramshahr di barat daya Iran, di mana posisi Sungai Shatt al-Arab bermuara.
Foto: picture-alliance/Bildarchiv
Musuh bersama
Banyak negara Teluk, termasuk Arab Saudi dan Kuwait, mendukung Baghdad dalam perang melawan Iran. Hal ini didasari kekhawatiran atas perlawanan Syiah di Timur Tengah yang dipelopori oleh Ayatollah Khomeini dalam Revolusi Iran. Negara-negara Barat juga mendukung Baghdad dan menjual senjata kepada Saddam Hussein.
Foto: Getty Images/Keystone
Dipukul mundur Iran
Serangan balik Iran mengejutkan Irak ketika Teheran berhasil menguasai kembali pelabuhan Khorramshahr. Baghdad mengumumkan gencatan senjata dan menarik kembali pasukannya, tetapi Teheran menolaknya dan terus membom kota-kota Irak. Sejak April 1984, kedua belah pihak terlibat dalam "perang kota", di mana sekitar 30 kota di kedua belah pihak dihujani serangan rudal.
Foto: picture-alliance/dpa/UPI
Penggunaan senjata kimia
Salah satu yang jadi sorotan dalamperang ini adalah penggunaan senjata kimia. Teheran pertama kali melontarkan tuduhan tahun 1984 - dikonfirmasi oleh PBB - dan juga pada tahun 1988. Juni 1987, pasukan Irak menjatuhkan gas beracun di kota Sardasht, Iran. Maret 1988, Iran mengklaim Baghdad menggunakan senjata kimia kepada penduduk sipilnya di kota Halabja di utara Irak yang dikuasai Iran.
Foto: Fred Ernst/AP/picture-alliance
Gencatan senjata
Pada 18 Juli 1988, Khomeini menerima resolusi Dewan Keamanan PBB untuk mengakhiri perang. Meskipun jumlah pasti dari mereka yang tewas dalam perang tidak diketahui, sedikitnya 650.000 orang tewas dalam perang tersebut. Gencatan senjata diumumkan pada 20 Agustus 1988.
Foto: Sassan Moayedi
Lembaran baru
Penggulingan rezim Saddam Hussein oleh AS pada tahun 2003 membuka era baru di Timur Tengah. Hubungan antara Irak dan Iran telah membaik sejak saat itu dan kedua negara meningkatkan kerjasamanya dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya. (Ed: rap/hp)
Foto: picture-alliance/AP Photo/K. Mohammed
9 foto1 | 9
Pergerakan dalam perundingan nuklir
Ucapan Ayatollah, disambut dengan ancaman untuk menciptakan kerugian bernilai "miliaran Dollar AS” dan "respons yang mengejutkan” jika Israel menyerang Iran, kata anggota Dewan Keamanan Nasional, Ali Shamkhani.
Iklan
Dia merujuk pada laporan media-media Israel yang menulis pemerintah sudah menyiapkan USD 1,5 miliar (Rp 21,2 triliun) untuk menyerang situs nuklir Iran. Sejak awal, negeri Yahudi itu sudah melobi untuk mencegah AS, Rusia dan Uni Eropa untuk tidak melanjutkan perundingan nuklir di Wina, Austria.
Saat ini, perundingan nuklir Iran rencananya akan dilanjutkan dalam waktu dekat. Namun begitu Iran mempersulit jalannya negosiasi dengan mengucilkan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dari situs-situs nuklirnya.
Kementerian Luar Negeri Prancis menilai ini "saat yang kritis” bagi upaya untuk menyelamatkan perjanjian tersebut.
"Adalah krusial bagi Iran untuk mengakhiri semua bentuk aktivitas yang melanggar perjanjian, dan agar segera kembali menaati butir-butir kesepakatan,” kata juru bicara Kemenli Prancis, Anne-Claire Legendre.
IAEA mengatakan Iran mencegah kunjungan inspeksi atau melarang petugas memasang kamera pengawas di situs nuklirnya. Menurut Legendre, Uni Eropa dan AS siap menghidupkan kembali perjanjian jika Iran menaati butir kesepakatan.
Pekan lalu, PM Israel Naftali Bennett menyambangi Rusia untuk melobi Putin soal program nuklir Iran. Dia mewanti-wanti terhadap perlombaan senjata di Timur Tengah jika Iran dibiarkan menguasai senjata nuklir.