Pemerintah Perancis sekarang mengerahkan tentara untuk menjaga sejumlah lokasi yang dinilai "sensitif". Sementara itu sejumlah imam kecam serangan yang dinilai sebagai tindakan teroris dan tidak cerminkan ajaran Islam.
Iklan
Menteri Pertahanan Perancis, Jean-Yves Le Drian menyatakan, sekitar 10.000 tentara akan dikerahkan untuk menjaga sejumlah "lokasi sensitif" di Perancis, setelah serangan teror terjadi pekan lalu di Paris. Itu disampaikannya setelah sidang kabinet yang membicarakan masalah keamanan di Istana Elysee. Ia mengatakan, ini adalah pengerahan tentara terbesar yang pernah diadakan di wilayah Perancis.
Menteri Dalam Negeri Bernard Cazeneuve menyatakan kepada media Perancis, 4.700 polisi akan dikerahkan untuk menjaga 717 sekolah Yahudi dan sinagoga. Langkah itu antara lain diambil, karena pekan lalu teroris juga menyerang sebuah pasar swalayan Yahudi dan menewaskan empat orang. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengadakan kunjungan ke pasar swalayan tersebut. Netanyahu juga ikut dalam demonstrasi damai yang dihadiri sekitar sejuta orang di kota Paris, termasuk sekitar 50 kepala negara dan pemerintahan dari berbagai negara.
Demonstrasi damai yang diadakan hari Minggu (11/01/14) di Paris menjadi simbol bagi dukungan atas kebebasan pers dan penolakan terhadap kekerasan dan teror. Demonstrasi damai dihadiri sejumlah pemimpin negara dan pemerintahan dari Eropa, seperti Kanselir Jerman Angela Merkel dan Perdana Menteri Inggris David Cameron. Selain itu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Raja Abdullah II serta Ratu Rania dari Yordania juga menunjukkan dukungan mereka dengan berjalan bersama para pemimpin lainnya.
Duta Besar Jerman untuk Indonesia Georg Witschel juga mengecam serangan yang terjadi di Paris. Ia mengatakan, "Ini bukan cuma terkait dengan pembunuhan jurnalis tapi sudah merembet ke hal-hal lainnya." Ia menilai, serangan yang menewaskan 12 orang di kantor mingguan Charlie Hebdo sebagai aksi yang menentang demokrasi serta kebebasan media.
"Pelaku serangan teroris, bukan orang Muslim"
Dalam sembayang Jumat (09/01/15) para imam di Perancis mengutuk keras serangan teror terhadap mingguan Charlie Hebdo, dan menyerukan semua pihak untuk tidak menggunakan kekerasan. Pelaku serangan itu adalah "teroris, bukan orang Muslim," demikian dikatakan imam Chabbar Taieb, yang mengepalai lima mesjid di Paris.
Bersatu Melawan Teror
Setelah terjadinya serangkaian serangan teror di Paris, ratusan ribu orang, termasuk lebih dari 50 pemimpin negara dan pemerintahan ikut dalam demonstrasi, untuk menunjukkan protes terhadap teror.
Foto: Reuters/Platiau
Lebih Satu Juta Menentang Teror
Diperkirakan lebih dari sejuta orang turun ke jalan-jalan di kota Paris untuk menyatakan dukungan bagi nilai-nilai kebebasan, toleransi dan pluralisme. Demonstrasi damai itu digelar untuk memperingati 17 korban tewas dalam serangan-serangan teror beberapa hari lalu di Paris.
Foto: Reuters/Platiau
Terbesar dalam 70 Tahun Terakhir
Beberapa jam sebelum dimulainya demonstrasi, yang juga dihadiri partai-partai politik Perancis kecuali Front National yang ekstrem kanan, lapangan Place de la République sudah dipenuhi orang. Diperkirakan lebih dari sejuta orang ikut dalam aksi damai tersebut, dan menjadi demonstrasi terbesar di kota itu sejak pembebasan Paris tahun 1944.
Foto: REUTERS/Youssef Boudlal
Persatuan Berbagai Negara
Sekitar 50 kepala negara dan pemerintahan ikut dalam demonstrasi itu. Dari kanan ke kiri, tampak Raja Yordania Abdullah II (ke dua dari kanan), Ratu Rania dari Yordania, Presiden Palestina Mahmoud Abbas, PM Polandia Donald Tusk, Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Perancis Francois Hollande, Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita dan PM Israel Benjamin Netanyahu.
Foto: Reuters/Herman
Tanda Solidaritas
Warga Perancis memperingati 17 korban serangan teror. Rabu (07/01/15) dua bersaudara teroris membunuh 12 orang di kantor mingguan Charlie Hebdo. Hari Jumat (09/01/15) seorang teroris lain melakukan penyanderaan di sebuah pasar swalayan Yahudi, dan menewaskan empat orang, setelah sehari sebelumnya membunuh seorang polisi. Ketiga pelaku serangan itu tewas dalam tembak-menembak dengan polisi.
Foto: Mitchell/Getty Images
Takut Serangan
Sejak terjadinya serangan, baik warga Muslim maupun Yahudi menyatakan khawatir akan diserang. "Mereka yang melakukan serangan teror bukan Muslim," demikian dikatakan Jamel yang berusia 50 tahun. Ia merasa takut. "Beberapa mesjid sudah jadi sasaran serangan," katanya.
Foto: picture-alliance/dpa/Fredrik von Erichsen
Pertemuan Bahas Kriris
Sebelum demonstrasi diadakan, para menteri dalam negeri negara-negara Uni Eropa bertemu. Gelombang serangan teror di Perancis adalah juga serangan terhadap semua negara demokratis. Demikian kata Menteri Dalam Negeri Perancis Bernard Cazeneuve. Pertemuan itu juga dihadiri Menteri Kehakiman AS Eric Holder.
Foto: picture-alliance/dpa/Guillaume
Dalam Keadaan Siaga
Walaupun pelaku serangan tewas, di Paris tetap berlaku tingkat keamanan tertinggi. Ribuan polisi dan tentara digerakkan untuk menjaga keamanan selama demonstrasi. Setelang rangkaian serangan teror, Al Qaeda dan ISIS mengancam akan mengadakan serangan baru.
Foto: Kitwood/Getty Images
Seluruh Perancis Bangkit
Di sejumlah kota besar Perancis lainnya, ratusan ribu orang juga turun ke jalan. Demonstrasi terbesar, dengan peserta sampai 200.000 orang, diadakan di Lyon, Bordeaux, Marseille (foto) dan Rennes.
Foto: picture-alliance/dpa/Florian
Brussel vs. Kebencian
Di ibukota Belgia, Brussel, sekitar 20.000 orang berdemonstrasi menyatakan solidaritas. Moto demonstrasi: bersama menghadapi kebencian. Dalam demonstrasi hadir politisi Belgia, wakil berbagai media dan organisasi.
Foto: picture-alliance/dpa/Jensen
Peringatan di Berlin
Di ibukota Jerman sekitar 18.000 orang berdemonstrasi menentang serangan teror. Walaupun badai melanda kota Berlin, warga tetap berkumpul di lapangan Pariser Platz dekat Gerbang Brandenburg, di lokasi Kedutaan Besar Perancis, juga di jalan-jalan sekitarnya. Banyak orang mengangkat spanduk bertuliskan #jesuischarlie. Organisator memperkirakan ada 6.000 yang hadir.
Foto: picture-alliance/dpa/Jensen
Solidaritas Deutsche Welle dengan Charlie Hebdo
Staf Deutsche Welle baik di Bonn (foto) dan Berlin menyatakan solidaritas kepada mingguan Perancis Charlie Hebdo, dukungan bagi kebebasan pers dan protes terhadap teror. Direktur Jenderal DW Peter Limbourg menyatakan, serangan ini juga ditujukan terhadap nilai-nilai yang dijunjung tinggi dan dipertahankan DW. Ia menegaskan, "nous sommes Charlie": kita juga Charlie.
Foto: DW/M. Müller
11 foto1 | 11
Imam Abdel Qader Achour dari Mesjid Omar di pusat kota Paris mengatakan, para pelaku serangan "bukan Muslim dan tidak bisa bicara atas nama Muslim." Ia menambahkan, Nabi Muhammad tidak pernah mengajarkan digunakannya kekerasan terhadap non Muslim. Menurut Achour, para pembuat karikatur di mingguan Charlie Hebdo hanya menyerang warga Muslim dengan pensil. "Reaksi terhadap serangan itu juga hanya boleh dengan menggunakan pensil," demikian imam Abdel Achour. Pernyataan serupa juga diberikan Imam Mustafa Riad, dari mesjid di kota Montpellier.
Para imam juga menyerukan untuk tidak memberi reaksi dengan kekerasan terhadap kerusuhan bersifat anti Islam yang terjadi menyusul serangan teror. "Kekerasan seperti itu kita lawan dengan cara damai," kata Imam Belgacem Ben Saïd di Nantes. "Para penyerang tidak mengerti apa inti ajaran Islam," kata imam Mohammed Faiyaz. Imam Mohammed Zakaria dari ibukota Bangladesh, Dhaka, juga mengutuk serangan teroris di Paris.