IMF: Resesi Global Kemungkinan Tidak Terjadi di 2023
31 Januari 2023
Dana Moneter Internasional (IMF) memberikan kabar baik dalam laporan terbarunya dan memprediksi bahwa inflasi akan melambat. Dikatakan bahwa ekonomi Eropa telah menunjukkan ketahanan lebih dari yang diharapkan.
Iklan
Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan dalam rilis terbarunya, World Economic Outlook (WEO) edisi Januari 2023, bahwa inflasi kemungkinan akan melambat selama dua tahun ke depan. Laporan itu mengatakan, "Inflasi global diperkirakan turun dari 8,8 persen pada 2022 menjadi 6,6 persen pada 2023 dan 4,3 persen pada 2024."
PDB global diharapkan tidak menyusut. Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas mengatakan bahwa "kita jauh dari penanda resesi global apa pun."
Revisi perkiraan pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi global diprediksi turun dari 3,4% pada 2022 menjadi 2,9% pada 2023, dan kemudian naik menjadi 3,1% pada 2024, kata IMF.
Iklan
"Kenaikan suku bunga bank sentral untuk melawan inflasi dan perang Rusia di Ukraina terus membebani aktivitas ekonomi," kata laporan itu.
"Kondisi global telah membaik karena tekanan inflasi mulai mereda," kata Gourinchas dalam konferensi pers di Singapura. "Jalan kembali ke pemulihan penuh dengan pertumbuhan berkelanjutan, harga stabil, dan kemajuan untuk semua baru saja dimulai."
"Pertumbuhan ekonomi terbukti sangat tangguh pada kuartal ketiga tahun lalu, dengan pasar tenaga kerja yang kuat, konsumsi rumah tangga yang kuat, dan juga investasi bisnis,” kata Gourinchas.
IMF mengatakan bahwa meskipun penyebaran COVID-19 di Cina menghambat pertumbuhan pada tahun 2022, "pembukaan kembali baru-baru ini telah membuka jalan untuk pemulihan yang lebih cepat dari perkiraan."
Organisasi tersebut mencatat bahwa ekonomi dunia masih menghadapi risiko serius, termasuk perang Rusia di Ukraina, potensi gelombang infeksi COVID-19 Cina di masa depan, dan suku bunga tinggi yang menyebabkan krisis di negara-negara yang dibebani dengan utang yang cukup besar.
IMF menyerukan penguatan kerangka restrukturisasi utang, seraya menunjukkan bahwa beberapa negara kemungkinan akan berjuang untuk melunasi utang mereka tanpa tindakan pencegahan.
"Dukungan fiskal harus lebih baik ditargetkan pada mereka yang paling terpengaruh oleh kenaikan harga pangan dan energi, dan langkah-langkah bantuan fiskal berbasis luas harus ditarik," kata IMF.
Perang, Inflasi, Krisis Energi dan Kenaikan Harga Bebani 2022
Inflasi, krisis energi, ketakutan resesi - tahun 2022 ditandai dengan dampak perang Ukraina yang memicu krisis ekonomi hingga ambruknya bursa krypto. Ekonomi global sedang tidak baik, berikut kilas balik ekonomi 2022.
Foto: picture alliance / Inderlied/Kirchner-Media
Harga bahan bakar meroket
Dampak perang yang dilakukan Rusia di Ukraina terasa secara global. Harga bahan bakar di seluruh dunia naik drastis. Di Jerman, harga Solar tembus rekor baru, yakni 2,32 Euro (sekitar Rp38.000) per liter. Sejumlah negara mengambil langkah antisipasi dan penyelamatan, yang terbukti hanya aksi sementara.
Foto: Lennart Preiss/dpa/picture alliance
Krisis suplai chips komputer
Langkah AS dan Eropa melarang sebagian ekspor chips komputer dari Cina berdampak pada sektor industri. Suplai global turun drastis, sejumlah pabrikan mobil menjadwal ulang pasokan ke pelanggan. Samsung laporkan penurunan omset sekitar 30%. Intel memindahkan sebagian produksinya ke Eropa, tapi pabrik di Jerman dengan investasi 17 miliar Euro baru akan berproduksi 2027.
Foto: Intel Corporation
Bank Sentral Eropa naikkan suku bunga
Bank Sentral Eropa untuk pertamakalinya sejak 11 tahun pada bulan Juli menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,5%, yang lebih tinggi dari prediksi. Dengan begitu tingkat suku bunga acuan di Eropa pada bulan itu mencapai 2,5%. Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde mengumumkan, sehubungan dengan inflasi yang tinggi, akan ada kenaikkan berikutnya.
Foto: Kai Pfaffenbach/REUTERS
Harga energi naik drastis
Konsumen di Eropa terutama menjerit, karena harga gas dan tarif listrik naik drastis. Pasokan gas murah dari Rusia diembargo Uni Eropa, gara-gara invasinya ke Ukraina. Konsumen di Inggris, Jerman dan Spanyol harus membayar harga gas dua kali lipat lebih mahal. Toko-toko roti di Jerman juga mengeluh, karena ongkos produksi naik drastis, dan terpaksa menaikkan harga jual.
Foto: Davide Bonaldo/Zuma/picture alliance
Jaringan pipa gas Rusia disabotase
Jaringan pipa gas Rusia Nord Stream 1 dan 2 di laut Baltik dekat Bornholm, Denmark meledak dan mengalami kebocoran. NATO dan Uni Eropa menuding ada sabotase, tetapi akhirnya menghentikan pengusutan. Saat ledakan, jaringan gas sudah lama tidak dioperasikan oleh Rusia untuk memasok gas ke Eropa.
Foto: Danish Defence Command/AP/picture alliance
Bos Tesla Elon Musk akuisisi Twitter
Twitter resmi jadi milik milyarder Elon Musk. Pemilik Tesla ini membeli si burung biru seharga 44 miliar Dollar setelah proses yang alot berbulan-bulan. Setelah pembelian menyusul kekacauan. Musk mengurangi jumlah pegawai separuhnya, pengiklan menyetop order, sejumlah akun kontroversial kembali muncul dan pembersihan akun dengan centang biru dilakukan secara ugal-ugalan.
Foto: Dado Ruvic/REUTERS
Bursa mata uang Krypto bangkrut
Bursa Krypto FTX bangkrut dan pengusahanya Sam Bankman-Fried mengajukan proteksi dari para kreditor. Perusahaan yang oleh investor ditaksir bernilai 32 miliar Dollar itu ambruk hanya dalam hitungan hari. Krisis di platform perdagangan mata uang digital seperti Bitcoin, menarik pasar krypto makin dalam ke pusaran krisis.
Foto: Jonathan Raa/NurPhoto/picture alliance
Inflasi mencapai tingkat tertinggi
Jerman yang jadi lokomotif ekonomi Eropa, mencatat kenaikan harga tertinggi sejak 70 tahun terakhir. Inflasi yang diseret kenaikan harga energi dan bahan pangan, tembus angka 10%. Pemerintahan negara-negara di Asia, Eropa dan Afrika berjuang untuk mengerem inflasi, agar tidak menyeret ke krisis ekonomi yang memicu resesi. Tahun 2023 tingkat inflasi global diprediksi akan tetap tinggi. (as/pkp)
Foto: Boris Roessler/dpa/picture alliance
8 foto1 | 8
Uni Eropa dan Rusia menunjukkan ketahanan
Laporan tersebut menunjukkan bahwa ekonomi Rusia telah terbukti lebih tahan terhadap sanksi dan dampak lain dari perang di Ukraina. IMF memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,3% pada tahun 2023, dibandingkan dengan kontraksi sebesar 2,2% pada tahun sebelumnya. Pada bulan Oktober lalu, IMF memperkirakan kontraksi 2,3% untuk Rusia pada tahun 2023.
IMF memperkirakan bahwa Jerman dan Italia juga akan terhindar dari resesi tahun ini, dengan pertumbuhan Eropa yang "lebih kuat dari yang diharapkan" terlepas dari pengaruh invasi Moskow ke Kyiv.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Inggris akan menyusut sebesar 0,6% pada tahun 2023. Perekonomian Inggris terkena dampak negatif dari suku bunga yang lebih tinggi dan anggaran pemerintah yang lebih ketat.
"Angka-angka ini mengonfirmasi kami tidak kebal terhadap tekanan yang memukul hampir semua ekonomi maju," kata Menteri Keuangan Inggris Jeremy Hunt menanggapi perkiraan IMF. "Tantangan jangka pendek seharusnya tidak mengaburkan prospek jangka panjang kami. Inggris mengungguli banyak perkiraan tahun lalu dan jika kami tetap berpegang pada rencana kami untuk mengurangi separuh inflasi, Inggris diperkirakan masih akan tumbuh lebih cepat daripada Jerman dan Jepang selama beberapa tahun mendatang."