IMF: Vaksinasi Gerakkan Pertumbuhan Ekonomi di 2021
27 Januari 2021
Badan Moneter Internasional memprediksi keberhasilan imunisasi Covid-19 akan menggerakkan pertumbuhan ekonomi yang pesat di 2021. Prediksi teranyar mengoreksi perkiraan pertumbuhan sebelumnya yang lebih rendah.
Iklan
Sepanjang 2020, perekonomian global menyusut sebanyak 3,5 persen. Jumlah ini merupakan yang terparah sejak Perang Dunia II. Prediksi itu dipublikasikan oleh Badan Moneter Internasional (IMF) pada Selasa, (26/1).
Menurut laporan terbaru, perekonomian dunia akan tumbuh sebesar 5,5 persen tahun ini. Baru Oktober silam, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan berkisar di angka 5,2 persen. Jika terbukti, tahun kedua pandemi akan mencatat pertumbuhan global terbesar sejak 2010.
Proyeksi tersebut bergantung pada keberhasilan negara-negara di dunia menjalankan imunisasi massal untuk menghentikan wabah corona. Pelonggaran protokol dan normalisasi kegiatan ekonomi diprediksi akan mewarnai upaya pemulihan di seluruh dunia.
Namun badan dunia itu juga mewanti-wanti agar pemerintah membantu bisnis kecil untuk menanggulangi kerusakan akibat pandemi.
Dalam laporan World Economic Outlook 2021, IMF memprediksi perekonomian AS akan tumbuh 5,1% tahun ini, setelah anjlok 3,4 persen pada 2020. Sementara Cina yang tahun lalu masih tumbuh 3,4%, tahun ini akan mencatat pertumbuhan sebesar 8,3%.
Iklan
Ancaman kemiskinan ekstrem bagi kaum marjinal
Adapun ke19 negara-negara Uni Eropa diyakini akan membukukan pertumbuhan rata-rata sebesar 4,2 persen. Tahun lalu, ke27 negara UE kehilangan 7,2% dari PDB-nya akibat pandemi. IMF memperkirakan perekonomian Jepang akan naik sebanyak 3,1 persen, setelah menyusut 5,1% pada 2020.
Prediksi tertinggi antara lain diberikan kepada India. Berkat pemulihan kilat pada sektor manufaktur dan pertanian, negara di Asia Selatan itu diprediksi tumbuh sebanyak 11,5% pada 2021. Adapun untuk Indonesia, IMF meralat prediksi sebesar 5,4% pada Juni 2020, menjadi 5,2% untuk tahun ini.
"Dengan angka USD 22 triliun, nilai kerugian kumulatif selama 2020 hingga 2025 relatif terhadap level sebelum pandemi masih sangat besar,” kata Direktur IMF, Gita Gopinath, Selasa (26/1).
Dalam sebuah blog di situs IMF, Gopinath menulis negara maju mampu pulih dengan cepat karena bisa memberikan bantuan yang luas bagi pelaku bisnis, dan akses terhadap vaksin. Sebaliknya di negara berkembang, pencapaian yang sudah dicatat selama ini dikhawatirkan sirna.
"Hampir 90 juta manusia di seluruh dunia akan memasuki level kemiskinan ekstrem pada 2021, membalikkan tren selama dua dekade terakhir,” tulisnya, sembari menambahkan bahwa tenaga kerja informal, kaum berpendidikan rendah, atau perempuan termasuk yang paling rentan.
Menurutnya dunia internasional harus memastikan bahwa "pandemi ditanggulangi di seluruh dunia,” dan memanfaatkan momentum pemulihan untuk membangun "masa depan yang lebih makmur, hijau dan inklusif.”
rzn/hp (dpa, rtr, imf)
7 Pengusaha Yang Raup Untung Selama Pandemi Corona
Banyak industri yang terpukul oleh krisis virus corona. Tetapi ada juga bisnis yang mengeruk keuntungan besar di masa pandemi.
Foto: Pawan Sharma/AFP/Getty Images
Jeff Bezos, Amazon
Pendiri Amazon Jeff Bezos tentu bermain di kelas tersendiri. Perusahaan e-commerce miliknya dengan cepat melejit selama pandemi Covid-19. Nilai saham Amazon terus menerus mencatat rekor baru, membuat Jeff Bezos menjadi orang terkaya, yang makin kaya lagi selama krisis virus corona, dengan nilai kekayaan USD 193 miliar menurut majalah Forbes.
Foto: Dennis Van TIne/Star Max//AP Images/picture alliance
Elon Musk, Tesla
Perusahaan Tesla milik Elon Musk memang membuat mobil, tetapi di bursa harga sahamnya melejit seperti roket meluncur ke antariksa. Tesla termasuk perusahaan yang mengeruk keuntungan dari antusiasme selama pandemi. Beberapa waktu lalu, Elon Musk menyalip Bill Gates (Microsoft) dalam daftar orang terkaya dunia dan kini menempati peringkat kedua, dengan kekayaan sekitar USD 132 miliar.
Foto: Getty Images/M. Hitij
Eric Yuan, Zoom
Meningkatnya jumlah orang yang bekerja dari rumah di masa pandemi, menjadi keuntungan besar bagi Eric Yuan. Pendiri Zoom ini pindah dari Cina ke AS ketika dia berusia 27 tahun. Dia meluncurkan platform komunikasi videonya Zoom di pasar bursa pada 2019. Sejak pecahnya krisis virus corona, nilai sahamnya ibarat meledak. Eric Yuan diperkirakan memiliki kekayaan sekitar USD 19 miliar.
Foto: Kena Betancur/Getty Images
John Foley, Peloton
Tahun 2013, John Foley masih berkeliling kesana-kemari mempromosikan peralatan fitnesnya. Di saat pandemi, ketika banyak orang harus tinggal di rumah dan banyak tempat olahraga ditutup, makin banyak orang yang membeli peralatan olahraga rumah dari Peloton. Saham perusahaan ini melonjak tiga kali lipat selama pandemi, dan membuat John Foley yang berusia hampir 50 tahun menjadi miliarder.
Foto: Mark Lennihan/AP Photo/picture alliance
Tobias Lütke, Shopify
Shopify memungkinkan pedagang membuat toko online mereka sendiri - dikembangkan oleh Tobias Lütke. Lahir di Koblenz, Jerman, dia beremigrasi ke Kanada 2002 dan mengembangkan bisnisnya dari garasi. Saat ini, Shopify adalah perusahaan paling berharga di Kanada. Majalah Forbes menaksir kekayaan Tobias Lütke yang berusia 39 tahun sekitar USD 9 miliar.
Foto: Wikipedia/Union Eleven
Ugur Sahin, BioNTech
Awal Januari, Ugur Sahin mulai mengembangkan vaksid Covid-19, dengan perusahaan yang dia dirikan bersama istrinya, Özlem Türeci: BioNTech. Insting bisnis suami-istri keturunan Turki ini ternyata membuahkan hasil. Nilai saham yang mereka miliki di BioNTech, yang bekerjasama dengan raksasa farmasi AS Pfizewr, diperkirakan mencapai USD 2,4 miliar.
Foto: BIONTECH/AFP
Dominik Richter, HelloFresh
Perusahaan layanan makanan HelloFresh langsung berkembang pesat di masa pandemi Covid-19. Keuntungannya naik lebih dari tiga kali lipat, menurut laporan terbaru yang dirilis awal November. Salah satu pendirinya, Dominik Richter, berhasil memanfaatkan situasi, di mana banyak restoran harus ditutup. Dia memang belum berada di liga para milarder, tetapi sedang menuju ke sana. (hp/as)