Impian ke Barat - Remaja Jerman Timur setelah Reunifikasi
Frankfurt/Oder: kota yang terletak di tepi sungai Oder ini, secara geografis bisa dikatakan kota paling timur di Jerman. Kota ini berbatasan langsung dengan Polandia. Warga Jerman di barat memberi predikat kota ini sebagai kota dengan tingkat pengangguran tinggi, kota yang sedang dalam keruntuhan. Para pelajar di sekolah Karl-Liebnecht-Gymnasium merasa risi dengan anggapan seperti ini. "Semua yang diberitakan mengenai kami hanya masalah pengangguran atau kelompok radikal kanan," dikatakan Florian Hundertmark (17 thn). "Akibatnya warga Jerman Barat tidak bisa membayangkan satupun sisi baik dari kota Frankfurt." Jörn, seorang siswa lainnya, mengatakan, "Sebenarnya di sini kita bisa melakukan sesuatu yang benar-benar menyenangkan. Di sini sudah bagus. Tapi orang-orang pergi meninggalkan kota."
Warga Pergi Meninggalkan Frankfurt/Oder
Jika remaja Frankfurt/Oder berpikir mengenai penyatuan kembali Jerman, mengenai Jerman Barat, maka yang dipikirkan pertama bukanlah mengenai politik atau sejarah, tapi mengenai masa depan mereka. Angka pengguran di wilayah timur Jerman yang setinggi 11,5 persen jumlahnya hampir dua kali lipat dibandingkan di Barat. Pada tahun 1990, Frankfurt/Oder masih berpenduduk sekitar 88 ribu jiwa. 20 tahun setelah reunifikasi, hampir 30 ribu penduduk pergi meninggalkan kota ini. Florian, Jörn dan banyak remaja lainnya juga berencana untuk pindah ke kota di barat Jerman. Florian ingin kuliah konstruksi kendaraan, dan jurusan ini hanya ada di Barat, dikatakan Florian. "Walaupun sebenarnya saya lebih suka untuk tinggal di sekitar sini."
20 tahun setelah bersatu kembali, yang membedakan antara remaja di barat dan timur Jerman adalah dimensi ekonomi. Selain hal tersebut, para remaja sependapat, §Kami bukan Jerman yang terpecah," dikatakan Jörn. "Memang orang masih mengingat Tembok. Akan tetapi menurut saya, perlahan-lahan hal ini akan hilang." Jörn, Flörian serta siswa lainnya di Karl-Liebnecht-Gymnasium mengenal Jerman hanya sebagai negara yang bersatu. Mereka lahir antara tahun 1992 dan 1994.
Remaja Timur dan Barat Sangat Mirip
Kelompok musik favorit, klub olah raga, liburan di Mallorca: remaja Jerman, baik di barat maupun di timur, tumbuh dengan budaya remaja yang sama. Ini juga pendapat Thomas Gensicke dari Istitut Penelitian Sosial TNS di München. Jika kita membandingkan warga Jerman Barat dan Timur selama beberapa generasi, maka para remaja merupakan kelompok yang paling mirip satu sama lain, kata Thoman Fensicke, yang lahir di Magdeburg, dan pindah ke Barat setelah Jerman bersatu kembali. Pengalaman pribadinya merupakan fokus dari penelitian ilmiahnya.
Walau memang mirip, tapi masih terdapat perbedaan, tambah Thomas Gensicke. Remaja Jerman Timur melihat sistem politik dengan skeptis. "Jika kita bertanya pada remaja, apakah demokrasi berjalan dengan baik, mereka menganggap adanya kebutuhan untuk perbaikan." Sistem yang mereka maksud adalah sistem Jerman Barat yang memang masih relatif baru bagi warga di Timur.
Senang dengan Terciptanya Reunifikasi
Apakah sikap kritis ini juga merupakan penolakan teradap Jerman secara keseluruhan? Tidak, dikatakan para siswa Karl-Liebnecht-Gymnasium. "Kami senang dengan adanya persatuan," dikatakan Inka Sörries dari kelas 12. "Dulu di Jerman Timur terdapat banyak kebebasan yang dibatasi, misalnya larangan berpergian."
Osten (timur), Westen (barat) Ossis (orang Timur) atau Wessis (orang Barat), kata-kata ini memang masih sering terdengar. Walaupun siswa asal Jerman Barat yang pindah ke Frankfurt bersama orang tuanya setelah reunifikasi bisa dihitung dengan jari dan di Bada kota Frankfurt/Main yang lebih terkenal, tapi bahwa ada kota Frankfurt lain di Jerman, banyak yang sudah tahu. Käthe, siswa Karl-Liebknecht-Gymnasium menuturkan, "Dua tahun lalu, saya di Perancis dalam rangka program pertukaran pelajar. Saya bertemu dengan remaja dari Bayern dan Hessen. Dan mereka tahu di mana letak Frankfurt/Oder. Saya merasa terkejut."
Benjamin Hammer/Yuniman Farid
Editor: Hendra Pasuhuk