Konflik Dengan Cina, India Beli Senjata Tempur Rusia Rp 73 T
3 Juli 2020
Di tengah ketegangan dan konflik di perbatasan India-Cina di Himalaya, India sepakat beli sistem persenjataan militer dari Rusia seharga lebih dari Rp 73 triliun.
Iklan
Pemerintah India pada hari Kamis (02/07) menyetujui pembelian persenjataan militer termasuk jet tempur, sistem rudal dan perangkat keras lainnya dari Rusia senilai kurang lebih 4,5 miliar euro atau sekitar Rp 73,4 triliun.
Dewan Akuisisi Pertahanan India telah menyetujui pembelian 21 buah pesawat jet MiG-29 dari Rusia serta melakukan pemutakhiran teknologi 59 pesawat yang mereka miliki, kata sebuah pernyataan. Selain itu, juga telah disetujui pembelian 12 jet jenis Su-30 MKI, serta sistem rudal untuk angkatan laut dan angkatan udara.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Pertahanan India mengatakan pembelian peralatan tempur tersebut berkaitan dengan "situasi saat ini dan kebutuhan untuk memperkuat Angkatan Bersenjata untuk pertahanan perbatasan kita."
Lampu hijau pembelian pesawat tempur Rusia ini diberikan menyusul kunjungan Menteri Pertahanan Rajnath Singh ke Moskow bulan lalu ketika ia mendesak Rusia untuk mempercepat pengiriman, kata para pejabat.
Lebih dari separuh persenjataan militer India berasal dari Rusia, meski selama dekade terakhir India juga beralih ke Amerika Serikat dan Israel untuk membeli persenjataan berteknologi canggih.
Konflik dengan Cina meruncing
Sementara itu, Kementerian Perdagangan Cina menuduh India melakukan diskriminasi terhadap perusahaan dari negara itu dengan memblokir puluhan aplikasi yang mayoritas diproduksi oleh perusahaan asal Cina.
Praktik ini dikatakan melanggar aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan harus diperbaiki. Cina sendiri tidak membatasi produk dan layanan India, kata juru bicara di Kementerian Perdagangan Cina.
Ketegangan antara India dan Cina mencapai titik kulminasi dalam beberapa tahun terakhir setelah pecahnya bentrokan dan baku hantam di kawasan perbatasan yang disengketakan di Himalaya barat bulan lalu yang menewaskan 20 tentara India.
India dan Cina juga berupaya melanjutkan pembicaraan diplomatik yang bertujuan untuk menurunkan eskalasi konflik, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri India Anurag Srivastava pada konferensi pers hari Kamis.
Kedua negara raksasa di Asia tersebut pernah terlibat perang di perbatasan pada tahun 1962. Sejak bentrok terbaru pada 15 Juni, kedua negara telah menempatkan pasukan tambahan dan peralatan militer ke bagian-bagian penting dari Garis Kontrol Aktual sepanjang 3.488 km. Ini adalah garis gencatan senjata yang memisahkan kedua pasukan.
Perdana Menteri India Narendra Modi pada hari Jumat (03/07) dilaporkan terbang ke wilayah Himalaya utara untuk bertemu dengan pasukan India di sebuah pangkalan di daerah Nimu di Ladakh. Para pejabat setempat mengatakan, dalam kunjungan ini Modi didampingi oleh Kepala Staf Pertahanan, Jenderal Bipin Rawat dan Kepala Staff Militer, Jenderal Manoj Mukund Naravane.
ae/as(dpa, Reuters)
Era Baru Jet Tempur Siluman
Amerika Serikat telah memulai, kini Cina dan Rusia pun ikut menggenjot pengembangan teknologi siluman untuk pertahanan udara. Inilah sejumlah jet tempur siluman yang bakal beradu tangkas di langit.
Foto: picture-alliance/DOD/US Air Force
Chengdu J-20
Dikembangkan sejak tahun 1990 di bawah kode sandi J-XX, Chengdu J-20 pertama kali melangit tahun 2011. Menurut rencana jet tempur siluman ini akan mulai diproduksi antara 2017-2019. Desain J-20 banyak meniru pesaingnya dari AS, yakni F-22 Raptor. Namun menurut berbagai pakar kedirgantaraan, kelemahan terbesar J-20 dibanding F-22 terletak pada bagian mesin.
Foto: Reuters/China Daily
Shenyang J-31
Jet besi berjuluk Falcon Hawk ini merupakan pesawat tempur multi guna bermesin ganda yang dikembangkan oleh Shenyang Aircraft. Bersamaan dengan J-31, Cina kini menjadi negara kedua yang memiliki dua jenis pesawat tempur siluman setelah Amerika Serikat. J-31 dikembangkan sebagai pesawat angkatan laut dengan daya jelajah tempur sejauh 1300km.
Foto: Reuters
F-22 Raptor
Pesawat yang dikembangkan oleh Lockheed Martin ini merupakan ambisi AS mempertahankan kedigdayaan di langit. Hingga kini F-22 menjadi tolak ukur untuk semua pesawat tempur generasi kelima. Kendati memiliki segudang keunggulan, ongkos produksi F-22 yang mahal memaksa pemerintah AS membatasi pemesanan. AS saat ini telah mengoperasikan 195 pesawat F-22 yang terbagi dalam 15 skuadron tempur.
Foto: picture-alliance/DOD/US Air Force
F-35A Lightning II
Berbeda dengan F-22, F35A didesain dengan harga jual yang lebih terjangkau. Sebanyak 11 negara ikut berpartisipasi mengembangkan jet tempur siluman bermesin tunggal ini. Namun karena jumlah pemesanan yang tinggi (hingga 2.400 unit), F35A tercatat sebagai proyek alutsista termahal dalam sejarah. Pesawat buatan Lockheed Martin ini banyak mengundang kritik seputar desain dan kemampuan terbangnya
Foto: Reuters
Sukhoi T-50
Diusulkan sejak dekade 1980an, pengembangan T-50 sempat terhenti menyusul runtuhnya Uni Sovyet. Rusia menargetkan T-50 sudah bisa diproduksi paling lambat awal 2017 dan diekspor secepatnya tahun 2025. Pesawat siluman bermesin ganda ini pertamakali melakoni ujicoba tahun 2010 silam. T-50 memiliki usia pakai hingga 35 tahun, atau lima tahun lebih lama ketimbang F-22
Foto: Getty Images/AFP/D. Kostyukov
B-2 Spirit
Pesawat pembom siluman ini adalah warisan perang dingin yang masih dipakai hingga kini. Konsepnya didesain untuk mampu memasuki ruang udara Uni Sovyet buat menghancurkan target bernilai tinggi tanpa terdeteksi radar. Namun dari rencana pembelian awal yang mencapai 132 unit, militer AS cuma membeli 20 unit yang masih akan dioperasikan hingga 2058.
Foto: picture-alliance/dpa
F-117A Nighthawk
F-117 adalah pesawat siluman pertama yang beroperasi secara penuh. Kendati bergelar pesawat tempur multiguna, F-117 lebih menyerupai pesawat serbu untuk menyokong pasukan darat. Pesawat ini pertamakali digunakan pada Perang Irak 1991 dan kemudian Perang Yugoslavia. Sebanyak 64 unit F-117 pernah diproduksi. Tahun 2008 silam militer AS secara resmi memensiunkan semua armada F-117.