1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Ekonomi

India Boikot Minyak Sawit Malaysia Imbas Kritik PM Mahathir

14 Januari 2020

India hentikan impor minyak sawit dari Malaysia, setelah PM Mahathir Mohamad mengkritik UU Kewarganegaraan India yang dinilai diskriminatif terhadap muslim. Akibatnya Indonesia berpeluang rebut pasar minyak sawit India.

Indonesien Palmöl
Foto: Imago Images/ZumaPress/Z. Maulana

Para importir minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di India telah sepakat untuk menghentikan semua pembelian sawit dari pemasok utama mereka di Malaysia. Kebijakan itu dirilis setelah Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengkritik penerapan Undang-Undang Kewarganegaraan baru India yang dinilai diskriminatif terhadap warga muslim. 

Meski boikot ini dianggap akan merugikan Malaysia secara finansial, namun PM Mahathir nampaknya akan terus menyuarakan penentangannya terhadap kebijakan India yang dianggap mendiskriminasi warga beragama Islam.

Dalam beberapa bulan terakhir, hubungan Malaysia dengan India memburuk karena pada Oktober 2019 Mahathir Mohamad menuduh pemerintah India menginvasi wilayah mayoritas muslim di Kashmir.

PM Malaysia berusia 94 tahun ini mengatakan akan mencari solusi untuk mengatasi kemungkinan kerugian bisnis akibat pelarangan minyak sawit mentah ini.

"Tentu saja kami khawatir karena kami menjual banyak minyak sawit ke India, tetapi di sisi lain kami harus jujur ,​​dan jika ada yang salah, kami harus mengatakannya," ujar Mahathir kepada wartawan.

"Jika kita membiarkan sesuatu yang salah terus terjadi dan hanya memikirkan uang, maka saya pikir akan ada banyak hal salah lainnya yang mungkin kita dan orang lain lakukan."

India adalah importir minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Pekan lalu, pemerintah India membuat aturan melarang impor minyak sawit dari Malaysia, yang merupakan produsen dan pengekspor minyak sawit terbesar dunia di samping Indonesia.

Seperti dilansir dari Reuters, pemerintah India telah menginstruksikan para pedagang untuk menjauhi impor minyak sawit dari Malaysia. Pedagang dan pelaku industri India malah membeli minyak sawit mentah Indonesia meskipun membayar harga premium dibanding Malaysia.  

Baca juga: Perang Dagang Malaysia dan India Berimbas pada Sawit

Malaysia berpotensi merugi

Menurut Refinitiv, sebuah lembaga infastruktur keuangan dan penyedia data pasar, Malaysia mengekspor sekitar 3,9 juta ton minyak kelapa sawit ke India pada 2019. Sekitar 2,04 juta ton nya adalah palmolein, minyak yang digunakan untuk memasak. Para pelaku industri India mengatakan, pada tahun 2020 pembelian minyak sawit bisa turun di bawah 1 juta ton jika hubungan India-Malaysia tidak membaik.

Pemerintah Malaysia mengatakan mereka berusaha mengatasi potensi kerugian negara dengan menjual lebih banyak CPO ke Pakistan, Filipina, Myanmar, Vietnam, Ethiopia, Arab Saudi, Mesir, Aljazair dan Yordania.

Namun Kongres Serikat Buruh Malaysia, yang para anggotanya juga termasuk pedagang minyak sawit, mendesak kedua negara untuk segera mendiskusikan aturan yang dianggap merugikan Malaysia ini. Pasalnya, menurut mereka tidak mudah mengganti posisi India sebagai pembeli utama minyak sawit Malaysia.

"Kami meminta kedua pemerintah negara menggunakan semua saluran diplomatiknya untuk menyelesaikan masalah ini, dengan mengesampingkan ego pribadi atau diplomatik," ujar Kongres Serikat Buruh Malaysia dalam sebuah pernyataan.

Menurut sumber di pemerintah Malaysia yang tidak ingin disebutkan namanya, Kementerian Industri Primer dan Kementerian Luar Negeri Malaysia sedang berusaha menyelesaikan masalah ini dengan India.

Perang harga dengan Indonesia

Asosiasi Industri Malaysia mengatakan Kamis lalu (9/1), pembatasan impor minyak sawit mentah Malaysia ke India akan memicu perang harga dengan Indonesia. Pasalnya Indonesia adalah pengekspor minyak sawit mentah terbesar di dunia.

Asosiasi Penyulingan Kelapa Sawit Malaysia atau Palm Oil Refiners Association of Malaysia (PORAM) mengatakan Malaysia harus bersaing dengan Indonesia, yang harga penjualan minyak sawitnya lebih kompetitif.

"Aturan Ini membuat Indonesia dan Malaysia bersaing. Akan ada perang harga antara Indonesia dan Malaysia, dan kami akan kalah," kata Ketua PORAM Jamil Haron kepada Reuters.

"Kami masih bisa menjual minyak sawit mentah, tetapi sekarang kami harus bersaing dengan Indonesia."

Haron mengatakan pembatasan minyak sawit mentah akan berpengaruh pada kuota impor. Tahun 2019, Malaysia mengungguli Indonesia sebagai pemasok minyak kelapa sawit terbesar ke India. Sebanyak 85 persen dari produksi minyak sawit dunia diproduksi oleh negara-negara di Asia Tenggara.

Minyak kelapa sawit adalah ekspor pertanian terbesar Malaysia, yang menyumbang 2,8 persen dari produk domestik bruto dan 4,5 persen dari total ekspor.

Seorang pedagang minyak sawit di Kuala Lumpur, yang tidak ingin disebut namanya, mengatakan bahwa angka ekspor Malaysia akan turun per akhir Januari setelah aturan baru ditetapkan.

Ketua Eksekutif Asosiasi Minyak Kelapa Sawit Malaysia, Nageeb Wahab mengatakan, pembatasan ekspor minyak sawit olahan akan menguntungkan kilang penyulingan India. pkp/hp (Reuters)