Kelompok bersenjata menyerang resor wisata di Pahalgam, Kashmir, menewaskan 26 orang. Insiden ini terjadi di tengah konflik panjang India-Pakistan soal klaim atas wilayah tersebut.
Kekerasan militan terhadap warga sipil di Kashmir menurun dalam beberapa tahun terakhirFoto: Tauseef Mustafa/AFP
Iklan
Sedikitnya 26 orang tewas setelah kelompok bersenjata melepaskan tembakan pada Selasa (22/04) di dekat kawasan wisata di wilayah Kashmiryang dikuasai India, menurut pejabat setempat.
Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi menyebut penembakan ini sebagai "serangan teroris". Insiden ini juga menyebabkan sejumlah orang luka-luka.
Sebagian besar korban tewas adalah wisatawan asal India. Menurut media lokal, beberapa turis asing juga dilaporkan menjadi korban.
Derita Warga Kashmir Akibat Konflik Politik India-Pakistan
India dan Pakistan terus berseteru karena Kashmir, wilayah bergejolak yang telah dilanda pemberontakan bersenjata selama hampir tiga dekade. Banyak warga Kashmir yang sudah muak dengan Islamabad dan New Delhi.
Foto: Getty Images/AFP/T. Mustafa
Bahaya yang belum pernah ada sebelumnya?
Pada tanggal 27 Februari 2019, militer Pakistan mengatakan bahwa mereka telah menembak jatuh dua jet tempur India. Seorang juru bicara militer Pakistan mengatakan jet itu ditembak jatuh setelah mereka memasuki wilayah udara Pakistan. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah, di mana dua negara, yang memiliki senjata nuklir melakukan serangan udara terhadap satu sama lain.
Foto: Reuters/D. Ismail
India menjatuhkan bom di Pakistan
Militer Pakistan merilis gambar ini untuk menunjukkan bahwa pesawat tempur India menyerang wilayah Pakistan untuk pertama kalinya sejak kedua negara terlibat perang tahun 1971. India mengatakan serangan udara itu sebagai tanggapan terhadap serangan bom bunuh diri baru-baru ini terhadap pasukan India yang berbasis di Jammu dan Kashmir.
Foto: AFP/ISPR
Militer bukan solusi
Warga sipil India percaya bahwa pemerintah India tidak dapat membebaskan dirinya dari tanggung jawab dengan menuduh Islamabad menciptakan kerusuhan di lembah Kashmir. Sejumlah organisasi HAM menuntut agar pemerintahan Narendra Modi mengurangi jumlah pasukan di Kashmir dan membiarkan rakyat menentukan nasib mereka.
Foto: Getty Images/AFP/T. Mustafa
Kekerasan tiada akhir
Pada 14 Februari 2019, setidaknya 41 polisi paramiliter India tewas dalam serangan bom bunuh diri di wilayah Kashmir yang dikuasai India. Kelompok militan yang berbasis di Pakistan, Jaish-e-Mohammad, mengaku bertanggung jawab. Serangan itu meningkatkan ketegangan dan memicu kekhawatiran konfrontasi bersenjata antara dua negara yang memiliki kekuatan senjata nuklir.
Foto: IANS
Konflik yang pahit
Sejak tahun 1989, gerilyawan Muslim telah memerangi pasukan India di bagian Kashmir yang dikelola India. Wilayah ini berpenduduk 2 juta orang, dan sekitar 70 persen di antaranya adalah Muslim. Dua dari tiga perang antara India dan Pakistan sejak kemerdekaan tahun 1947 adalah karena sengketa wilayah Kashmir.
India menumpas pemberontakan militan
Pada Oktober 2016, militer India melancarkan serangan terhadap pemberontak bersenjata di Kashmir, yang mengepung sedikitnya 20 desa di distrik Shopian. New Delhi menuduh Islamabad mendukung militan, yang melintasi "Line of Control" Pakistan-India dan menyerang pasukan paramiliter India.
Foto: picture alliance/AP Photo/C. Anand
Kematian seorang separatis Kashmir
Situasi keamanan di Kashmir bagian India memburuk setelah peristiwa pembunuhan Burhan Wani, seorang pemimpin muda gerakan separatis Kashmir pada Juli 2016. Protes terhadap pemerintahan India dan bentrokan antara separatis dan tentara telah merenggut ratusan nyawa sejak saat itu.
Foto: Reuters/D. Ismail
Serangan Uri
Pada September 2016, militan Muslim membunuh setidaknya 17 tentara India dan melukai 30 lainnya di Kashmir India. Tentara India mengatakan para pemberontak telah menyusup ke bagian Kashmir India dari Pakistan. Investigasi awal menunjukkan bahwa gerilyawan itu adalah anggota kelompok Jaish-e-Mohammad yang bermarkas di Pakistan, yang telah aktif di Kashmir selama lebih dari satu dekade.
Foto: UNI
Pelanggaran HAM
Pihak berwenang India memblokir sejumlah situs media sosial di Kashmir setelah video yang menunjukkan pasukan India melakukan pelanggaran HAM berat menjadi viral di internet. Video-video itu menimbulkan kemarahan di media sosial. Salah satu video menunjukkan pemrotes Kashmir diikat pada jip tentara India, diduga digunakan sebagai tameng hidup.
Foto: Getty Images/AFP/
Demiliterisasi Kashmir
Mereka yang mendukung Kashmir untuk merdeka ingin Pakistan dan India membiarkan rakyat Kashmir menentukan masa depan mereka. "Sudah saatnya India dan Pakistan menarik pasukan mereka dari wilayah yang mereka kendalikan dan mengadakan referendum yang diawasi secara internasional," kata Toqeer Gilani, Presiden Front Pembebasan Jammu dan Kashmir, kepada DW.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Singh
Tidak ada peluang untuk memisahkan diri
Sebagian besar pengamat Kashmir tidak melihat Kashmir merdeka dalam waktu dekat. Mereka mengatakan, meskipun sebagian strategi keras yang digunakan India untuk berurusan dengan militan dan separatis di Kashmir telah berhasil, cepat atau lambat New Delhi harus menemukan solusi politik untuk krisis ini. Perpisahan Kashmir, kata mereka, bukan bagian dari solusi. (Teks: Shamil Shams. Ed.: na/ap)
Foto: Getty Images/AFP/T. Mustafa
11 foto1 | 11
Serangan terhadap warga sipil terbesar di Kashmir
Penembakan terjadi di kawasan wisata Pahalgam, sekitar 90 kilometer dari Srinagar, ibu kota musim panas wilayah yang disengketakan ini.
Kepala Menteri Omar Abdullah menyatakan bahwa "serangan terhadap warga sipil ini jauh lebih besar dibanding serangan yang pernah terjadi sebelumnya dalam beberapa tahun terakhir."
Menurut laporan media India, kelompok militan The Resistance Front (TRF), yang dianggap sebagai pecahan dari kelompok militan teror Lashkar-e-Taiba, mengklaim bertanggung jawab atas penembakan ini.
Kelompok Lashkar-e-Taiba juga pernah melakukan serangkaian serangan besar di Mumbai pada November 2008 yang menewaskan 166 orang.
Lewat unggahan di media sosial X, Gubernur wilayah tersebut, Manoj Sinha, mengecam "serangan teroris para pengecut itu terhadap wisatawan.” Ia menambahkan, "Saya pastikan pelaku serangan biadab ini tidak akan lolos dari hukuman.”
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Modi.
"Pelaku aksi keji ini akan diadili... Mereka tidak akan dibiarkan lolos! Rencana jahat mereka tidak akan berhasil. Tekad kami melawan terorisme tidak akan goyah dan justru akan semakin kuat,” tulis Modi di X.
Modi juga mempersingkat kunjungannya ke Arab Saudi setelah mendengar kabar serangan ini.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump juga turut mengutuk penembakan ini. Ia menelpon Modi untuk menyampaikan "dukungan penuh,” menurut Kementerian Luar Negeri India.
Trump juga menyebut serangan itu "sangat mengganggu”, lewat unggahannya di platform Truth Social. Seorang juru bicara Gedung Putih menyebut insiden ini sebagai "serangan teroris brutal.”
Iklan
Kashmir tetap menarik wisatawan meski penuh risiko
Kelompok pemberontak anti-India di wilayah mayoritas Muslim ini telah melancarkan berbagai aksi pemberontakan bersenjata sejak 1989.
Mereka menuntut kemerdekaan atau ingin wilayah ini bergabung dengan Pakistan. Islamabad menguasai sebagian kecil wilayah di Kashmir, dan seperti India, Pakistan juga mengklaim Kashmir masuk ke wilayah kekuasaannya.
Safron Kashmir Mahal dan Terancam Perubahan Iklim
04:10
India menuduh gerakan pemberontakan di Kashmir ini didukung oleh Pakistan, tapi Pakistan telah membantah itu dan mengatakan pihaknya hanya mendukung aspirasi rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.
Puluhan ribu warga sipil, pemberontak, hingga pasukan pemerintah telah tewas akibat konflik ini.
India diperkirakan akan menempatkan sekitar 500.000 tentara secara permanen di wilayah ini. Sejak pemerintahan Modi mencabut status otonomi terbatas Kashmir pada 2019, pertempuran mulai berkurang.
Sejak itu, pemerintah juga gencar mempromosikan Kashmir sebagai tujuan wisata, mulai dari wisata bermain ski saat musim dingin, hingga tempat sejuk untuk menghindari suhu ekstrem saat musim panas.
Menurut data resmi, sekitar 3,5 juta wisatawan mengunjungi Kashmir sepanjang tahun 2024, di mana sebagian besarnya adalah wisatawan domestik.
Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris