1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

India dan Cina Lakukan Pembicaran mengenai Perbatasan

Murali Krishnan4 Desember 2012

Di tengah kontroversi paspor Cina yang menunjukkan wilayah yang disengketakan sebagai milik Cina, India dan Cina memulai pembicaran perbatasan kedua negara.

Putaran ke 16 pembicaran perbatasan digelar dalam suasana diplomatik yang tegang. Baru-baru ini, Cina mengeluarkan paspor yang menunjukkan peta, di mana tertera juga Arunachal Pradeshh, sebagian wilayah Jammu dan Kahsmir serta beberapa pulau yang disengketakan di Laut Cina sebagai wilayah Cina,

Langkah pengeluaran paspor baru ini telah menegangkan hubungan bilateral Cina tidak hanya dengan India tetapi juga dengan Filipina, Vietnam, Brunei dan Taiwan. Negara-negara ini bahkan tidak bersedia memberikan stempel pada paspor warga Cina yang datang berkunjung, karena khawatir dianggap menyetujui peta baru. Sementara India bereaksi dengan memberikan visa yang mencantumkan peta versi India kepada  warga negara Cina yang datang ke India.

Pertemuan Cina – India pertama kali digelar pada tahun 2003, setelah mantan Perdana Menteri India Atal Bihari Vajpayee dan Presiden China Hu Jintao menyepakati paradigma baru untuk menyelesaikan sengketa perbatasan kedua negara.

New Delhi menuduh bahwa Beijing secara tidak sah menduduki sebagian besar wilayah India di Jammu dan Kashmir. Beijing juga mengklaim sekitar 60.000 km persegi wilayah di negara bagian Arunachal Pradesh di timur laut India yang berbatasan dengan Tibet.

Para pakar mengatakan bahwa walaupun tengah terjadi ketegangan diplomatik, pembicaraan antara Cina dan India masih signifikan, karena kedua negara membahas seluruh masalah perbatasan yang ada. “Putaran pembicaraan ini penting bagi India untuk menyikapi pembicaraan di masa depan di bawah kepemimpinan politik baru Beijing,” dikatakan Alka Acharya, dosen Studi Cina di Universitas Jawaharlal Nehru New Delhi, kepada DW.

Namun tidak banyak hasil yang diharapkan dari pembicaraan kedua negara. “Saya tidak melihat kemajuan sama sekali. Kenyataannya, Cina telah mempertegas sikapnya. Terdapat lebih banyak pencaplokan perbatasan dan kehadiran angkatan laut Cina meningkat di Samudera Hindia,” dikatakan mantan Menteri Luar Negeri India Lalit Mansingh.

“Rezim baru Cina telah menujukkan warna aslinya,” dikatakan seorang pejabat militer India kepada DW. “Terdapat peluang untuk menyelesaikan sengketa bilateral dan bekerja menuju masa depan yang lebih baik. Namun Cina memilih untuk bertindak lebih ofensif dan mengeluarkan paspor baru yang kontroversial.”

Amitabh Matto, pakar hubungan internasional, mengatakan kepada DW bahwa rezim baru di Cina tampaknya akan melanjutkan sikap “keras dan tanpa kompromi“ mengenai konflik perbatasan dengan negara-negara tetangganya.