1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

India Ingin Kejar Ketinggalan dari Cina

9 Februari 2012

KTT UE-India sudah dihelat dalam 12 tahun terakhir ini. Kali ini pertemuan puncak tersebut digelar di New Delhi, India, mulai tanggal 10 Februari.

Foto: DW

Tema-tema rumit mendominasi agenda pembicaraan KTT Uni Eropa-India kali ini yang digelar di New Delhi. Antara lain situasi di Pakistan dan Afghanistan, sanksi terhadap Iran, pendalaman kerjasama sektor energi dan tentu saja rencana perjanjian pasar bebas yang sudah dibicarakan sejak lama. Karena itu perundingan menghadapi jalan buntu walau pun itu akan menguntungkan kedua pihak. Uni Eropa ingin mendapatkan akses bebas ke pasar India, yang jumlah penduduknya 1,2 miliar orang dan sangat muda, karenanya sangat menarik. Sementara India khawatir, banyak pengusaha dan sektor komersial lokal tidak akan mampu menyaingi produk impor.

Uni Eropa sudah menjadi mitra dagang terbesar India. Pada 2010 volume perdagangannya mencapai sekitar 114 miliar dollar AS atau sekitar 15 persen dari seluruh perdagangan luar negeri India. Sementara itu volume perdagangan Uni Eropa di India berkisar 2,4 persen.

"Masih banyak peluang untuk menaikkannya," kata Presiden Komisi Uni Eropa José Manuel Barroso dalam KTT Uni Eropa-India akhir tahun 2010 di Brussel. "Perjanjian pasar bebas bisa membuka potensi yang selama ini tersimpan dalam ekonomi kerakyatan kedua pihak. Mari kita menandatangani perjanjian itu tahun 2011." Tapi terlepas dari berbagai upaya kali ini pun kedua pihak sulit mencapai kesepakatan.

Berbeda Pendapat

Hampir 50 tahun usia hubungan diplomatik antara Uni Eropa dan India. Sejak lama pula calon negara adidaya India dianggap sebagai negara miskin bermasa depan suram. India memang menerapkan demokrasi, kebebasan dan menegakkan hak asasi manusia. Tapi baru dua dasawarsa terakhir ini negara adidaya nuklir India dianggap sebagai mitra politik penting oleh banyak pihak, juga Uni Eropa. Padahal India sejak lama adalah negara yang menjanjikan stabilitas dan keamanan di tengah-tengah kawasan bergolak.

PM India kala itu, Manmohan Singh (tengah), Presiden UE Van Rompuy (kiri), dan Presiden Komisi UE Barroso dalam KTT UE-India, Brussel, Belgia, 2010.Foto: AP

Ekonom Praveen Jha dari Universitas Jawaharlal Nehru di New Delhi memandang India memiliki posisi kekuasaan baru. India hampir tidak merasakan dampak krisis ekonomi dan keuangan global. "Jika kita melihat hari ini, maka kami melihat bahwa Uni Eropa menghadapi banyak tantangan, dan bahwa India yang selama ini selalu diragukan Uni Eropa, sebenarnya kuat."

Menurut Jha, kecenderungan ini bertahan hingga beberapa lama, karena India bisa bertahan dengan pertumbuhan ekonomi sekitar delapan persen. Selain itu, terjadi perbedaan pendapat amat besar antara 27 negara anggota Uni Eropa, tambah Jha.

Persaingan dengan Cina

India punya cita-cita ambisius, karena tetangga dan saingan lama India, Cina, sudah selangkah lebih jauh. Uni Eropa dan Cina sudah menjalin kemitraan strategis beberapa tahun lebih awal daripada dengan India. Ekonom India Praveen Jha menegaskan bahwa India tidak bisa menyamai kedudukan Cina, meski sudah bersusah payah mengejar ketinggalan itu. "Kalau kami melihat pertumbuhan dan kecepatan pertumbuhan (ekonomi –red.) Cina, maka India memang ketinggalan jauh."

Andimuthu Raja, mantan menteri telekomunikasi India yang terseret kasus korupsi.Foto: picture alliance/dpa

Berbeda dengan Cina, "India bisa memenangkan simpati di dunia karena merupakan negara demokratis," kata Jha. Namun skandal baru-baru ini di India yang melibatkan sejumlah politisi merusak citra India. Mantan menteri telekomunikasi Manmohan Singh, A. Raja, kini mendekam di penjara karena terlibat kasus korupsi dan penipuan. Pesta Olahraga Negara Persemakmuran 2010 menelan biaya raksasa karena adanya penyuapan dan kesalahan manajemen. "Tercorengnya citra India ini merupakan kesalahan yang dibuat sendiri," tukas Jha.

"Skandal ini membuat India kehilangan reputasi. Di depan investor asing, India selalu berusaha menampilkan diri sebagai negara yang memiliki standar industri yang bagus." Menurut Jha, di Cina juga selalu terjadi skandal. "Tapi yang terjadi di India baru-baru ini merupakan satu-satunya dalam sejarah negara. Cina mengambil keuntungan darinya."

10 Februari 2012 Presiden Uni Eropa Herman van Rompuy, Presiden Komisi Uni Eropa José Manuel Barroso, dan Komisaris Perdagangan UE Karel de Gucht akan hadir dalam pertemuan puncak di New Delhi. Empat hari setelahnya digelar KTT Uni Eropa-Cina di Beijing.

Priya Esselborn/Luky Setyarini
Editor: Agus Setiawan

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait