India: Konflik Rumah Ibadah Kembali Memanas di Varanasi
Jaiswal Nimisha
11 Agustus 2021
Keberadaan masjid Gyanvapi di Varanasi digugat oleh kelompok nasionalis Hindu. Serupa kasus di Ayodhya, mereka berdalih masjid dibangun di atas sebuah kuil Hindu yang dirobohkan Kesultanan Mughal.
Iklan
Azan sore berkumandang dari masjid Gyanvapi di kota Varanasi, Uttar Pradesh, India. Di bagian dalam yang dibentuk serupa gerbang utama Taj Mahal itu sekelompok jemaah pria merapatkan barisan, dan mengikuti suara lembut sang imam yang dilatari dengung kipas angin.
Ketenangan di dalam masjid berbanding kontras dengan apa yang sedang bergolak di luar.
Saat ini keberadaan masjid Gyanvapi sedang diributkan di pengadilan. Ia digugat karena dibangun di atas kuil Vishweshwar. Peninggalan era Kesultanan Mughal itu diminta menghilang, agar kuil bisa dibangun ulang.
Di sana, kelompok Hindu radikal menghancurkan paksa masjid Babri pada 1991, yang ikut melambungkan popularitas Partai Bharatiya Janata (BJP). Tiga dekade kemudian, Mahkamah Agung merestui pembangunan kuil Hindu di atas lokasi masjid.
SM Yaseen, anggota dewan masjid Gyanavapi, meyakini nasib serupa tidak akan menimpa warga muslim di Varanasi. "Ini bukan Aydodhya”, kata dia.
Menurutnya warga muslim kini lebih rapih dalam berorganisasi dan telah siap menghadapi dakwaan hukum. Terlebih, jumlah kaum muslim di Varanasi jauh lebih besar dan mapan ketimbang di Ayodhya, terangnya.
"Kami menerima putusan Ayodhya dengan hati berat, berharap tidak akan ada masalah baru di masa depan,” tutur Yaseen. "Tapi mereka bersikeras mengajukan gugatan, kami akan lawan. Saya cuma berharap agar kasus ini tidak melebar ke jalanan.”
Iklan
Konflik rumah ibadah dilatari sejarah
Trauma pertumpahan darah seputar rumah ibadah masih mengiang kuat di kalangan minoritas muslim. Menyusul pengrusakan masjid Babri, sebanyak 2.000 warga sipil tewas dalam bentrokan yang meletus di seluruh negeri.
Eskalasi antara kedua pemeluk agama turut didorong oleh kebijakan partai BJP yang berkuasa. Janji PM Narendra Modi untuk membangun kuil Hindu di lokasi masjid Babri tampil mencolok selama masa kampanye pada dua pemilu lalu.
India Gelar Festival Kumbh Mela di Tengah Pandemi COVID-19
Festival keagamaan umat Hindu, Kumbh Mela, diadakan di kota Haridwar hingga akhir April mendatang. Di tengah upaya pemerintah mengendalikan penyebaran COVID-19, banyak orang khawatir acara tersebut memicu lonjakan kasus.
Foto: Tanika Godbole/DW
Kerumunan yang tidak dapat terhindarkan
Festival Kumbh Mela, yang dianggap sebagai ajang pertemuan umat Hindu terbesar di dunia, dirayakan empat kali dalam kurun waktu 12 tahun. Tahun ini, festival tersebut berlangsung di kota Haridwar. Acara yang diklasifikasikan sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO ini biasanya dihadiri jutaan orang sebelum masa pandemi.
Foto: Tanika Godbole/DW
Berendam di Sungai Gangga
Cuaca pagi yang dingin tidak menghentikan umat Hindu untuk berendam di Sungai Gangga. Beberapa pakar telah mendesak pemerintah untuk mempertimbangkan kembali acara tersebut, karena khawatir dapat menyebabkan lonjakan kasus infeksi corona. Namun pihak berwenang memutuskan untuk tetap melanjutkan festival tersebut, setelah menetapkan beberapa aturan dan batasan.
Foto: Tanika Godbole/DW
Hasil tes COVID-19 harus negatif
Pengunjung harus melakukan registrasi sebelum menghadiri festival dan menyerahkan hasil tes RT-PCR yang menunjukkan bahwa mereka negatif COVID-19. Para lansia, anak-anak, dan wanita hamil tidak diizinkan untuk menghadiri acara tersebut. "Kami telah mendirikan pusat pengujian antigen di setiap pintu masuk," kata Gopal Singh Chauhan, seorang pejabat di Uttarakhand.
Foto: Tanika Godbole/DW
Sedikit yang percaya pada tes COVID-19
Beberapa peziarah mengatakan kepada DW bahwa mereka tidak terlalu yakin terhadap tes COVID-19, meskipun ada kemungkinan risiko terinfeksi. "Ya, menghadiri Kumbh Mela berisiko, tetapi Anda bisa tertular di mana saja ... Banyak hal lainnya yang sudah terbuka, jadi mengapa acara ini tidak diadakan?" ucap Shalini Soni, seorang peziarah dari New Delhi.
Foto: Tanika Godbole/DW
Keberuntungan di festival Kumbh Mela
Pihak berwenang hanya akan menerapkan pembatasan tertentu pada hari-hari yang dianggap menguntungkan untuk mandi atau berendam di Sungai Gangga. Ada empat tanggal mandi yang menguntungkan atau "Shahi Snan" sepanjang festival. Shahi Snan pertama berlangsung pada 11 Maret 2021.
Foto: Tanika Godbole/DW
Tradisi mandi suci
Menurut tradisi Hindu, mandi di Sungai Gangga dapat menghapuskan dosa-dosa seseorang dan membebaskannya dari siklus hidup dan mati. Khumbh Mela dimulai pada 14 Januari dan akan berlanjut hingga 27 April 2021.
Foto: Anushree Fadnavis/REUTERS
Peraturan tidak ditegakkan
Banyak peserta mengatakan terdapat kerancuan dalam proses pendaftaran online. Beberapa orang melaporkan masalah teknis ketika mendaftar di situs web pemerintah, sementara yang lain mengatakan syarat untuk memberikan hasil tes RT-PCR negatif tidak diberlakukan.
Foto: Tanika Godbole/DW
Berdoa agar terhindar dari virus corona
"Saya pikir lebih banyak orang akan menghadiri festival, setelah mereka mendengar bahwa aturan tes RT-PCR tidak diperlukan," kata Pandit Mohit Dubey, seorang pendeta Hindu. “Masyarakat biasanya datang dan berdoa meminta kesehatan, keluarga, anak, usaha, atau kemajuan pekerjaan. Kali ini, banyak orang yang meminta agar Sungai Gangga membebaskan mereka dari virus corona,” ujarnya. (ha/hp)
Foto: Anushree Fadnavis/REUTERS
8 foto1 | 8
"Satu generasi kaum Hindu dimobilisasi untuk isu masjid Babri,” kata Kapil Komireddi yang sejak lama mempelajari gerakan nasionalisme Hindu di India. "Sekarang, sentimennya harus terus dirawat.”
Secara berkala BJP menggunakan isu agama untuk menjaring pemilih. Selain masjid Gyanvapi, gugatan juga dilayangkan terhadap dua masjid di kota Mazhura dan Agra di Uttar Pradesh.
"Kaum muslim menghancurkan situs suci ini dan membangun masjid untuk menyebarkan agama mereka,” kata Vijay Shankar Rastogi, kuasa hukum pihak penggugat. "Saya mengajukan gugatan ini untuk kepentingan semua warga Hindu, melawan kaum muslim,” tukasnya kepada DW.
Varanasi adalah salah satu kota suci umat Hindu. Jutaan peziarah berdatangan saban tahunnya untuk menghormati Dewa Shiva. Meski separuh penduduk Varanasi adalah warga muslim, umat Hindu bersikeras Varanasi "adalah kota Shiva, jadi lokasi itu sebaiknya digunakan untuknya,” kata Rajesh Kesari, seorang pedagang lokal.