Penyelundupan hewan eksotis ke India meningkat pesat melalui perbatasan Bangladesh dan Myanmar. Kurangnya regulasi formal di sektor ini memungkinkan perdagangan terus berkembang.
Iklan
Bulan lalu, pejabat perhutanan Benggala Barat menyelamatkan tiga kanguru di hutan distrik Jalpaiguri serta menemukan sebuah bangkai kanguru.
Meskipun kanguru yang diselamatkan tersebut dikirim ke Taman Safari Benggal, pejabat margasatwa mempercayai mereka hampir pasti hewan ini lahir di fasilitas penangkaran di Asia Tenggara dan diselundupkan ke India melalui jalur darat.
Mereka merupakan hewan eksotis terakhir yang diselundupkan ke India, kemungkinan untuk dijadikan peliharaan. Penyelundupan itu mengungkap celah perdagangan satwa liar yang semakin marak di Asia Selatan.
Bagian tubuh hewan eksotis tinggi peminat
"Ini kedua kalinya kanguru ditemukan di utara Benggala. Sebuah penyelidikan telah dimulai untuk menginvestigasi bagaimana cara hewan tersebut mencapai hutan, dan dari mana asalnya,” kata petugas divisi perhutanan Hari Krishnan kepada wartawan.
Wilayah hutan dataran rendah di Hutan Gajoldoba, tempat kanguru ditemukan, berbatasan dengan Bangladesh di bagian selatan, Nepal di timur dan Bhutan di Utara.
Trenggiling: Istimewa dan Paling Diburu
Hewan ini diburu karena dagingnya dianggap istimewa, dan kulitnya digunakan untuk membuat obat-obatan yang katanya berkhasiat.
Foto: picture-alliance/Zuma/I. Damanik
Delapan Spesies
Dari famili trenggiling yang masih eksis, Manidae, ada delapan spesies yang masih bisa ditemukan di seluruh dunia. Sejumlah spesies lainnya sudah punah, setelah melalui evolusi selama 80 juta tahun.
Foto: picture-alliance/Photoshot
Berkembang Biak dan Mengasuh Anak
Bagi trenggiling tidak ada musim tertentu, di mana mereka berkembang biak. Tiap ekor biasanya hidup sendirian. Untuk berkembangbiak, trengiling jantan biasanya melepas urin di sejumlah tempat untuk menarik betina, dan menunggu sampai ada betina yang datang. Setelah melahirkan anak, ibu trenggiling menggendong anaknya selama tiga bulan di atas ekornya.
Foto: picture-alliance/Photoshot
Mencari Makan
Trenggiling makan serangga, antara lain semut. Caranya dengan menjulurkan lidah untuk menangkap mangsa, kira-kira sebanyak 70 juta setahun. Jika lidah dijulurkan, panjangnya bisa lebih dari 40 cm, sehingga lebih panjang dari tubuhnya. Trenggiling tidak punya gigi dan tidak bisa mengunyah. Makanan dicerna dengan bantuan protein dalam perut.
Foto: picture-alliance/Mary Evans Picture Library
Pertahanan dan Perlindungan Diri
Trenggiling disebut "pangolin" dalam bahasa Inggris, yang berasal dari kata "pengguling". Sebutan itu berasal dari cara hewan itu mempertahankan diri, yaitu menggulung diri dalam perlindungan sisik yang mirip baja jika ada ancaman. Trenggiling juga melepas bau busuk untuk menghalau musuh. Tapi kedua cara itu kerap tidak bisa menjaga mereka dari pemburu ilegal.
Foto: Save Vietnams Wildlife
Musuh Habis Akal
Di samping manusia, musuh utama trenggiling adalah singa, harimau dan macan tutul. Untuk mempertahankan diri, trenggiling hanya perlu menggulung diri. Sisiknya begitu keras sehingga singa pun tidak bisa menggigitnya.
Foto: AP
Aktif di Malam Hari
Dari delapan spesies trenggiling hanya satu yang aktif di siang hari, yaitu trenggiling berekor panjang yang hidup di Afrika Barat dan Tengah. Lainnya aktif di malam hari. Yang hidup malam hari punya mata berukuran kecil dibanding besarnya tubuh. Sehingga mereka tidak bisa melihat dengan baik, dan mengandalkan penciuman dan pendengaran untuk mencari makanan.
Foto: Save Vietnams Wildlife
Memanjat Pohon atau Menggali Lubang
Dengan cakarnya yang panjang dan melengkung, trenggiling bisa memanjat cabang pohon atau menggali lubang bahkan di tanah keras. Spesies yang hidup di Afrika tinggal di pohon-pohon. Trenggiling bisa menggali lubang begitu besar sampai manusia bisa berdiri di dalamnya.
Foto: Getty Images/AFP
Mamalia Bersisik
Trenggiling adalah satu-satunya mamalia bersisik. Karena mengandung banyak keratin, sisiknya diyakini berkhasiat bagi kecantikan dan kesehatan di sejumlah negara. Ini juga yang sebabkan trenggiling banyak diburu. Tahun 2015 misalnya aparat keamanan Indonesia menyita sedikitnya 125 kg sisik trenggiling, dalam perjalanan ke Hong Kong. Sebagian besar hasil perburuan liar dikirim ke Vietnam dan Cina.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Favre
Hidup Lama?
Berapa usia rata-ratanya jika hidup bebas hanya bisa diperkirakan, yaitu 20 tahun. Trenggiling jarang ditemukan di kebun binatang. Dalam kurungan mereka cepat mati karena stres dan kurang makan. Yang paling lama hidup di kebun binatang selama 19 tahun. Foto: seekor anak trenggiling mendapat susu di kebun binatang Bangkok, setelah warga desa menemukannya sendirian di pinggiran kota.
Foto: AP
Upaya Pelestarian
Di beberapa negara, upaya pelestarian trenggiling sudah digalakkan. Di Kamboja misalnya ada inisiatif untuk merawat trenggiling yang cedera. Karena jumlah perburuan liar tinggi, sekitar 100.000 ekor per tahun dari Afrika dan Asia, semua spesies trenggiling tercatat dalam daftar merah hewan terancam dari International Union for the Conservation of Nature (IUCN). Penulis: ml/as (guardian, telegraph)
Foto: picture alliance/AP Photo
10 foto1 | 10
Konservasionis alam liar menyatakan bahwa selama bertahun-tahun, perdagangan satwa liar telah muncul sebagai bentuk kejahatan transnasional yang terorganisir yang mengancam keberadaan banyak spesies liar di seluruh dunia.
Minggu lalu, lebih dari 400 hewan eksotis, termasuk kungkang berjari tiga, berang-bereng, ular, kadal langka, dan pottos (sebuah primata kecil) disita di negara bagian timur laut Mizoram, yang berbatasan dengan Myanmar.
Seminggu sebelumnya, selama dua hari berturut-turut otoritas pabean di kota selatan Chennai menggagalkan dua upaya penyelundupan hewan liar dari Thailand.
Mendapat laporan, pihak berwenang mencegat seorang penumpang, yang tiba dari Bangkok. Kemudian mereka menemukan seekor landak albino dan seekor tamarin berdada merah dan bibir putih (spesies monyet seukuran tupai) dari dalam bagasinya. Dalam insiden berbeda, pihak berwenang menyelamatkan seekor sugar glider (possum) yang disembunyikan dalam sebuah wadah yang ditempatkan di dalam bagasi seorang penumpang.
"Ini adalah pasar yang menguntungkan dan penyelundupan terjadi," kata Manajer Program Wildflife Society of India Tito Joseph kepada DW. Ditambahkann, maraknya penyeludupan hewan eksotis ini lantaran tidak adanya undang-undang yang mengatur kepemilikan, perdagangan, pengembangbiakan hewan eksotis.
Kurangnya perlindungan hukum untuk satwa liar
Sayangnya, perdagangan spesies eksotis tidak termasuk dalam lingkup Undang-Undang Perlindungan Satwa liar 1972. Hal ini menyebabkan celah hukum yang terbuka dalam sistem perlindungan satwa liar India, yang dimanfaatkan dengan baik oleh pihak yang terlibat di berbagai tingkat perdagangan satwa liar. Pasar perdagangan satwa liar eksotis bahkan beroperasi secara daring dan menangkap pedagang dan pemburu ilegal sejauh ini dikatakan sangat tidak efektif.
Burung-burung, dan hewan langka eksotis tersebut mulanya ditangkap di kawasan hutan Brazil, Malaysia, Singapura, Thailand, Papua Nugini, Australia, Selandia Baru hingga beberapa negara di Afrika. Kemudian mereka dikirim menggunakan kargo kapal, dan diselundupkan ke India dengan perahu nelayan.
"India juga melaporkan adanya peningkatan permintaan hewan eksotis. Hewan dari Thailand, Malaysia dan negara favorit wisatawan lainnya di Asia Tenggara diselundupkan ke India,” sebut Joseph.
Banyak ahli berpendapat bahwa kerapnya penyitaan hewan eksotis menunjukkan perdagangan internasional yang berkembang dan adanya peningkatan permintaan di wilayah tersebut.
Hewan Indonesia dan Asia Yang Kritis Terancam Punah
Daftar Merah IUCN tunjukkan lebih dari 27.000 spesies terancam punah di seluruh dunia. DW mengajak Anda melihat sebagian yang berstatus kritis terancam punah, dalam rangka Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia, 22 Mei.
Foto: picture-alliance/Xinhua/Tang Yun
Orang Utan Sumatera (Pongo Abelii)
Orang utan Sumatra, seperti halnya orang utan Borneo dan Tapanuli diklasifikasikan sebagai kritis terancam punah. Daftar Merah IUCN (International Union for Conservation of Nature) mengklasifikasikan flora dan fauna dalam 7 kategori: tidak mengkhawatirkan, hampir terancam punah, rentan ancaman punah, terancam, kritis terancam punah, punah di alam liar, dan punah.
Trenggiling Sunda adalah salah satu dari 8 spesies trenggiling di seluruh dunia. Ini bisa ditemukan di seluruh kawasan Asia Tenggara. Kedelapan spesies menghadapi ancaman kepunahan mulai dari moderat hingga berat. Trenggiling Sunda dan Cina adalah spesies yang paling terancam, terutama akibat perburuan, penebangan pohon, pembuatan jalan dan manajemen air.
Foto: picture-alliance/dpa/F. Lisnawati
Gajah Sumatera (Elephas maximus ssp. sumatranus)
Konfrontasi antara gajah dan manusia bisa segera berkembang menjadi mematikan. Ini disebabkan karena kompetisi ruang hidup semakin intensif. Banyak kawasan yang dulu jadi tempat hidup gajah, dibuka untuk perkebunan dan penebangan. Menurut WWF, hampir 70% ruang hidup gajah Sumatra dihancurkan dalam satu generasi saja.
Foto: Getty Images/C.Mahyuddin
Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus)
Cula badak Jawa biasanya lebih pendek dari 25cm, dan lebih kecil dari cula spesies badak lainnya. Rupanya hanya satu populasi badak Jawa hidup di dunia sekarang, yaitu di Taman Nasional Ujung Kulon di ujung Pulau Jawa, Indonesia.
Foto: Colourbox/Jean Vaillancourt
Harimau Sumatra (Panthera tigris ssp. sumatrae)
Spesies harimau ini hidup di Sumatra, dan diklasifikasikan sebagai kritis terancam punah dalam Daftar Merah IUCN sejak 2008. Salah satu ancaman terbesar atas spesies ini adalah hilangnya ruang hidup akibat perluasan perkebunan kelapa sawit.
Foto: Getty Images/AFP/T. Fabi
Harimau Cina Selatan (Panthera Tigris Amoyensis)
Spesies Harimau Cina Selatan ini berukuran tubuh lebih kecil daripada harimau Indocina. Hewan jantan panjangnya sekitar 250-265 cm. Menurut WWF, spesies harimau ini hampir punah di alam liar. Padahal dulu bisa ditemukan di banyak bagian Cina. Diduga, sekitar 60 ekor kini hidup di sejumlah kebun binatang di Cina.
Foto: Getty Images/AFP/A. Joe
Saiga (Saiga tatarica)
Habitat alamiah Saiga adalah daerah sabana dan gurun. Sekarang, sub spesies Saiga Tatarica hanya bisa ditemukan di sejumlah kawasan di Kazakhstan dan Rusia. Peternakan ukuran kecil dan besar adalah ancaman besar bagi keselamatan spesies ini. Demikian halnya dengan pembuatan jalan dan jalur kereta api, tapi juga kekeringan dan perubahan suhu yang ekstrem yang disulut perubahan iklim.
Foto: Imago/blickwinkel
Kuntul Perut Putih (Ardea insignis)
Tempat hidup aslinya adalah kawasan hutan dan daerah padang rumput. Salah satu ancaman terbesar bagi spesies ini adalah pendirian kawasan tinggal dan komersial. Selain itu, perburuan dan penempatan perangkap juga mengancam keselamatan spesies ini. Mereka masih bisa ditemukan di sebagian kawasan Bhutan dan Myanmar.
Foto: Imago/Nature Picture Library/S. Kadur
Unta Baktria Liar (Camelus ferus)
Berlawanan dengan unta Arab yang berpunuk tunggal, unta Baktria memiliki dua punuk. Spesies ini bisa ditemukan di sejumlah bagian Cina utara dan Mongolia selatan. Ancaman terbesar bagi spesies ini adalah pendirian perumahan kawasan komersial, juga peternakan.
Foto: picture alliance/ZUMA Press/Chapman
Sturgeon Rusia (Acipenser gueldenstaedtii)
Spesies ini masih bisa ditemukan di Iran, Kazakhstan dan sebagian negara Eropa Timur. Penggunaan sumber daya biologis, misalnya penangkapan ikan adalah ancaman terbesar bagi spesies ikan ini. Demikian halnya dengan polusi kawasan perairan.
Gibbon atau ungka ini berasal dari kawasan tenggara Cina dan Vietnam utara. Hingga awal 2000 spesies ini diduga telah punah. Namun tahun 2002 populasi kecil ditemukan di Vietnam timur laut. Ancaman terbesar atas spesies ini adalah pembangunan kawasan tinggal dan komersial, perburuan dan pemasangan jebakan. (Ed.: ml/hp)
Foto: picture-alliance/Xinhua/Tang Yun
11 foto1 | 11
Undang-undang Perlindungan Satwa Liar mengabaikan spesies eksotis
"Perdagangan dan penyelundupan telah mengeksploitasi celah hukum ini sepenuhnya,” kata pembuat film satwa liar terkenal, Subbiah Nallamuthu, kepada DW. "Spesies burung eksotis kini diselundupkan ke pasar gelap India. Karena terorganisir, susah untuk mengukur skala dan ruang lingkup perdagangannya secara nyata.”
Menurut Dana Dunia untuk Alam (WWF)India, beragam produk termasuk bulu luwak, kulit ular, cangkang penyu, polong kesturi, dan empedu beruang diperjualbelikan di pasar internasional dan namun di India tidak ada permintaan langsung.
Ambergris, zat lilin yang berasal dari saluran pencernaan paus, dalam jumlah yang banyak telah disita dari berbagai negara bagian di India selama dua tahun terakhir. Di Barat, Ambergris digunakan di industri parfum.
"Saya menyadari adanya celah dalam undang-undang dan itu akan segara dihentikan. Namun, sala satu alasan kenapa kerap terjadi penyitaan adalah karena banyaknya institusi sadar soal penyelundupan hewan eksotis,” kata Wakil Direktur Biro Pengendalian Kejahatan Satwa Liar, H V Grisha, kepada DW.
India juga telah menandatangani konvensi CITES (Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Flora dan Fauna yang Terancam Punah) sejak tahun 1976. CITES merupakan perjanjian internasional antar pemerintah yang bertujuan untuk memastikan bahwa perdagangan internasional hewan dan tumbuhan liar tidak mengancam kelangsungan hidup mereka.
Iklan
Sanksi terlalu lemah
"Namun, tanpa adanya dukungan politik, disinsentif untuk eksploitasi berlebihan dan perdagangan ilegal, jadinya hukuman untuk pelanggaran ini kerap terlalu lemah,” kata WWF.
Menurut Program Lingkungan PBB (UNEP), gading gajah, kulit harimau, sisik trenggiling, dan bagian dari kura-kura bintang India hanyalah beberapa bagian satwa liar yang telah disita di bandara India, merupakan bagian dari tren yang memanfaatkan bandara untuk lalu lintas perdagangan satwa liar.
Laporan Satwa Liar Dunia tahun 2020 menemukan 6,000 ragam spesies flora dan fauna disita antara tahun 1999 hingga 2018. Para terduga pelaku perdagangan di seluruh dunia sudah teridentifikasi, menggambarkan bahwa kejahatan terhadap satwa liar adalah masalah global.
Laporan terbaru dari TRAFFIC, sebuah organisasi pemantau perdagangan satwa liar dan mitra kerja UNEP, menemukan sebanyak 70,000 hewan asli dan eksotis serta keturunannya diperdagangkan lewat 18 bandara di India antara tahun 2011 dan 2020.
"India termasuk negara 10 besar dalam hal penggunaan sektor penerbangan untuk perdagangan satwa liar,” kata Direktur UNEP di India, Atul Bagai. "Ini adalah satu penghargaan yang tidak diinginkan.”
(mh/yf)
Dampak Kepunahan Massal Keenam Dunia
Kita akan menjadi saksi awal dari kepunahan massal dalam 65 juta tahun. Apa dampak dari punahnya keanekaragaman hayati untuk manusia dan alam?
Foto: Ed Ram/Getty Images
Ancaman ketahanan pangan
Professor Ekologi Global Corey Bradshaw mengatakan sekitar sepertiga pasokan makanan dunia bergantung pada binatang penyerbuk seperti lebah. Kepunahan lebah berdampak pada anjloknya hasil pertanian. Ancaman ketahanan pangan akan menyebabkan tingginya kekeringan dan banjir di Sub-Sahara Afrika dan sebagian Asia Tenggara.
Foto: Alfredo Mejía
Kesuburan tanah
Kualitas tanah diperkirakan akan menurun jika mikroorganisme punah. Ilmuwan percaya mikroorganisme akan punah lebih cepat dibanding spesies lainnya, meskipun belum ada data resmi. Kepunahan mikroorganisme akan memperparah erosi yang akan menyebabkan banjir dan rusaknya kesuburan tanah. Hal ini berdampak pada pertumbuhan tanaman.
Foto: Sercan Kucuksahin/AA/picture alliance
Kelangkaan air dan bencana alam
Air bersih berasal dari sungai dan lahan basah, melimpahnya jumlah alga dan menyusutnya vegetasi sebabkan kelangkaan air. Organisasi Pangan dan Pertanian PBB sebut setidaknya ada 24 juta hektar hutan yang ditebang tiap tahun sejak 2015. Kekurangan hutan memicu perubahan iklim dan memperparah bencana alam.
Foto: Fernando Souza/ZUMA Press/picture alliance
Ancaman penyakit dan pandemi
Peneliti tegaskan punahnya keanekaragaman hayati dapat tingkatkan risiko pandemi akibat interaksi manusia dan hewan liar yang semakin dekat akibat fragmentasi habitat dan kerusakan alam. Contohnya Ebola di Afrika pada tahun 2014, diduga berasal dari kelelawar.
Foto: Silvia Izquierdo/AP/picture alliance
Terancamnya warisan yang tak berwujud
Kepunahan yang tak terlihat malah lebih mengerikan. “Ingat, setiap spesies tunggal adalah produk dari jutaan tahun evolusi. Anda sedang melihat hilangnya apa yang membuat umat manusia menjadi bagian dari planet ini. Anda sedang melihat apa yang membuat kita utuh,” kata Thomas Brooks, Kepala Ilmuwaan Persatuan Konservasi Alam International (IUCN).
Foto: Sun Ruibo/XinHua/Photoshot/picture alliance
Apakah spesies yang punah dapat dikembalikan?
Meski adanya prediksi bencana luar biasa, masih ada alasan manusia untuk optimis jika bertindak. Hasil penelitian menyebutkan jika tidak adanya konservasi, kepunahan bisa menjadi tiga hingga empat kali lipat dari tahun 1993. (mh/yp)
Foto: Joe Giddens/PA Wire /empics/picture alliance